Virus Corona
Beberapa Kasus Covid-19 Ditemukan Tanpa Gejala, Begini Penjelasan Kemenkes Soal Pencegahaannya
Achmad Yurianto menuturkan beberapa upaya pendeteksi dini yang diterapkan di bandara-bandara di Indonesia untuk mencegah penularan Covid-19.
TRIBUNNEWS.COM - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan adanya perubahan gejala seseorang yang terifeksi virus corona (Covid-19).
Terdapat pergeseran pola penyakitnya sejak mewabah di Wuhan, China pada akhir Desember 2019 lalu ini.
Dimana tanda gejala yang muncul makin ringan dan masa inkubasi yang memanjang.
Menanggapi hal ini, Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Achmad Yurianto menuturkan beberapa upaya pendeteksi dini yang diterapkan di bandara-bandara di Indonesia untuk mencegah penularan Covid-19.
Pernyataan ini ia sampaikan dalam konferensi pers di Kantor Presiden, Kompleks Istana Negara, Jakarta, Jumat (6/3/2020).
Yutianto menyebut dalam menangkal virus tersebut, Indonesia sudah menerapkan standar yang sama dengan yang dilakukan seluruh negara di dunia.
"Dalam cegah tangkal kekarantinaan kesehatan di seluruh dunia sama ini standard dan manualnya sama, dan itu yang kami implementasikan," ujarnya yang dikutip dari YouTube Kompas TV, Jumat (6/3/2020).
Lebih lanjut ia menuturkan terdapat tiga obyek yang sangat memungkinkan membawa penyakit baik keluar maupun masuk ke Indonesia.
"Pertama manusia, kedua barang dan terakhir angkat angkut," kata Yurianto.
"Berbicara soal Covid-19 maka kami hanya membahas pada aspek manusiannya," tegasnya.
Mengingat Covid-19 ini tidak akan bisa masuk melalui barang atau nempel diangkat angkut.
"Oleh karena itu maka standartnya adalah melakukan pemeriksaan terhadap manusianya," ujarnya.
"Satu di antara yang menjadi indikator cepat untuk memeriksa seseorang sedang terinfeksi penyakit menular atau tidak adalah suhu tubuh," jelas Yurianto.
Baca: Observasi Hari Ke-6, 188 ABK Dream World Negatif Corona, Satu Diantaranya Hamil 3 Bulan
"Thermal scan menjadi screening awal yang sangat kasar untuk mendeteksi orang sedang panas tinggi atau tidak," kata Yurianto.
Menurut penuturannya seseorang dengan suhu 37,5 lebih dianggap tidak normal oleh Kemenkes.
Akibatnya orang dengan suhu tersebut akan dilakukan pemeriksaan lebih spesifik.
Sementara itu, terkait dengan perubahan pola pada Covid-19 di second wave (gelombang kedua) ini, Yurianto menyebut pemerintah sudah memberlakukan surat kewaspadaan kesehatan untuk setiap penumpang dengan kedatangan dari luar negeri.
"Ternyata banyak seklai kasus yang tanda klinisnya ringan, sehingga seringkali kemudian ada flu yang tidak berat dan minum obat, suhunya normal," ungkap Yurianto.
Baca: Merasa Terpapar Virus Corona? Ini yang Harus Kamu Lakukan
"Atau beberapa kasus tanpa gejala sehingga betul-betul tidak ada tanda apapun yang kami dapatkan," imbuhnya.
"Ini lah yang kemudian kami lanjutkan dengan memberikan kartu kewaspadaan kesehatan," tegasnya.
Karena menurutnya tidak mungkin setiap yang datang di bandara diberhentikan guna dilakukannya usap nasofaring atau urufaring untuk diperiksa.
"Proses ini bisa dibayangkan kalau misalnya dengan metode pemeriksaan cepat, sementara PCR (polymerase chain reaction) membutuhkan 24 jam," kata Yurianto.
"Berapa lama mereka akan tertahan di bandara, ini yang menjadi permasalahan," imbuhnya.
"Oleh karena itu kami tidak terlalu berlebihan dan standar di seluruh dunia juga tidak melakukan seperti itu," jelasnya.
Achmad Yurianto Sebut Ada Perubahan Pola Penyakit Covid-19 yang Semakin Ringan
Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Achmad Yurianto mengatakan dalam pandangannya ada pergeseran pola penyakit dari Covid-19 sejak mewabah di Wuhan, China ini.
Dimana tanda gejala yang muncul makin ringan dan masa inkubasi yang memanjang.
Pernyataan ini ia sampaikan dalam program OPSI yang dikutip dari YouTube metrotvnews.
"Kalau kami melihat ada perubahan dalam virus itu sendiri," ujar Yurianto.
"Kita tahu pada first wave (gelombang pertama) di mainland China gambaran itu sangat klasik dengan inkubasi 14 hari, akan tetapi kasusnya dan angka kematian lumayan tinggi," jelasnya.
Baca: Empat Orang Diduga Positif Corona, Kepastian Hasil Laboratorium Sore Ini
"Akan tetapi begitu kemudian di maindland-nya mulai turun dan terdeteksi di second wave di luar China, virus ini berubah ," imbuhnya.
Adapun perubahan yang dimaksud yakni terkait masa inkubasi dan gejala klinis penderita.
"Kita lihat dalam beberapa kasus masa inkubasinya tidak hanya 14 hari bahkan ada yang lebih dari itu," ungkapnya.
"Kemudian yang ada juga manifestasi gejala klinisnya juga ikut turun," tegasnya.
"Bahkan beberapa kasus yang ditemukan dengan gejala yang minimal atau tidak seberat yang awal," kata Yurianto.
"Nah ini lah yang kemudian sangat memungkinkan seorang melaksanakan traveling tanpa gejala, padahal di dalam tubuhnya ada Covid-19," jelas Yurianto. (*)
(Tribunnews.com/Isnaya Helmi Rahma)