Selasa, 11 November 2025

Gelar Pahlawan Nasional

Mengintip Rumah Cendana: Tempat Soeharto Dulu Berkumpul, Kini Ditinggal Anak-anaknya

Rumah Cendana kini sunyi, ditinggal anak-anak Soeharto. Di balik pagar berkarat, sejarah dan kenangan masih berbisik lirih.

|
Tribunnews.com/Abdi Ryanda Shakti
RUMAH SOEHARTO – Rumah Presiden ke-2 RI, Soeharto, di Jalan Cendana nomor 6-8, Menteng, Jakarta Pusat, tampak sepi dan lapuk saat ia dianugerahi gelar pahlawan nasional, Senin (10/11/2025). Bangunan yang dulu menjadi pusat kekuasaan kini berdiri dalam keheningan, ditinggal anak-anaknya dan hanya dijaga oleh kenangan. 

Ringkasan Berita:
  • Rumah Cendana kini sunyi, hanya suara burung dan genting amblas yang tersisa.
  • Slamet, penjaga setia, ungkap anak-anak Soeharto tak lagi datang sejak pandemi.
  • Soeharto dianugerahi gelar pahlawan oleh mantan menantunya, Prabowo, di Hari Pahlawan.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Suasana sepi menyelimuti rumah di Jalan Cendana nomor 6 hingga 8, Menteng, Jakarta Pusat. Rumah yang dulu menjadi tempat berkumpul keluarga Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto, kini tampak usang dan termakan waktu.

Di tengah kesenyapan rumah Cendana, Soeharto justru dianugerahi gelar pahlawan nasional oleh Presiden ke-8 Republik Indonesia, Prabowo Subianto, dalam rangka peringatan Hari Pahlawan, Senin, 11 November 2025.

Prabowo adalah mantan suami dari Siti Hediati Hariyadi, yang lebih dikenal sebagai Titiek Soeharto, putri keempat Soeharto.

Dalam upacara di Istana Negara, keluarga Soeharto diwakili oleh dua anaknya: Bambang Trihatmodjo dan Siti Hardijanti Rukmana atau Tutut Soeharto.

Di balik pagar besi yang mulai berkarat, rumah Cendana yang pernah menjadi pusat kekuasaan selama 32 tahun itu kini berdiri dalam keheningan. 

Tak ada lagi riuh keluarga besar, hanya sisa-sisa kenangan yang tertinggal di sudut-sudut bangunan.

Kini Sepi dan Lapuk

Dari tampak depan, pagar setinggi sekitar 1,5 meter memisahkan rumah dari jalan satu arah.

Cat putih pada pagar telah memudar, dan karat mulai menjalar di bagian penguncinya. 

Di balik pagar rumah, pohon-pohon besar masih rimbun, memberi kesan rindang yang kontras dengan suasana sunyi.

Baca juga: Antasari Azhar dan Tangan Besi KPK: Dari OTT Jaksa hingga Jerat Besan Presiden

Rumah bergaya arsitektur lama itu masih mempertahankan warna hijau militer khas Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD), dipadu putih di bagian pilar.

Genting rumah terlihat memudar, beberapa bagian bahkan mulai amblas.

Pos penjagaan di bagian depan dan samping rumah masih berdiri, dengan tembok hijau menyerupai pos militer.

Di teras, patung Kartika Eka Paksi—lambang TNI AD yang menggambarkan kekuatan dan kesetiaan—masih terpajang. Namun, plafon rumah banyak yang lapuk dan berlubang.

Di salah satu sudut, terlihat sarang burung di dekat palaron. Beberapa kendaraan roda dua dan empat masih terparkir, milik para penjaga dan pengurus rumah.

Sosok Penjaga Setia di Tengah Kenangan

Di tengah sunyi rumah tua itu, Slamet berdiri sebagai penjaga yang masih setia. Pria sepuh berbaju batik itu menyambut Tribunnews dengan senyum tipis. Ia telah lama menjaga rumah tersebut.

Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved