Selasa, 9 September 2025

Eksklusif Tribunnews

Seratus Tahun PK Ojong Pendiri Kompas Gramedia (2): Korannya Ditutup karena Melawan Bung Karno

Harry Tjan sebetulnya sudah ingin menemui PK Ojong saat Ojong masih menjadi Pemimpin Redaksi Star Weekly sekira tahun 1951.

Editor: Dewi Agustina
TRIBUN/DENNIS DESTRYAWAN
Pengamat politik dan satu di antara pendiri Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Harry Tjan Silalahi menceritakan sosok Pendiri Kompas, Petrus Kanisius (PK) Ojong saat ditemui di kantor CSIS, Jakarta Pusat, Jumat (24/7/2020). TRIBUNNEWS/DENNIS DESTRYAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Warisan (legacy) PK Ojong menancap kuat bagi mayarakat luas. Selain Harian Kompas dan Kelompok Gramedia, Ojong juga ikut mendirikan Universitas Tarumanagara di Jakarta.

Aura kecendikiawanan itu dilanjutkan oleh sahabatnya, Jakob Oetama, dimana Kompas Gramedia kemudian melahirkan Universitas Multimedia Nusantara (UMN) pada 2006.

Kebiasaannya membantu penderitaan orang lain, juga diwujudkan dengan ikut mendirikan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta.

LBH merupakan lembaga yang gigih berpihak membela kepentingan rakyat kecil.

Lembaga ini didirikan oleh Gubernur DKI Ali Sadikin, termasuk Ojong ikut membidaninya.

Di Harian Kompas, Ojong meneruskan ketajamannya dalam menulis.

Ia membuka rubrik Kompasiana, dan di rubrik itu ia tak segan membela masyarakat yang tertindas, memberi saran kepada pemrintah, termasuk mengkritik kebijakan Ali Sadikin sebagai Gubernur DKI.

Baca: 100 Tahun Pendiri Kompas Gramedia: Generasi Sekarang Layak Meniru PK Ojong, Jangan Cuma Tik-tok-an

Ojong juga termasuk peduli terhadap lingkungan. Ia kerap memberi gagasan ke Gubernur DKI saat itu, Ali Sadikin, mengenai penghijauan di Jakarta.

Satu kebiasaan dalam hidupnya, ia selalu membawa buku catatan ke mana pun pergi. Ia mencatat kegiatan sehari-hari.

Tidak hanya rencana harian, tetapi juga tempat yang didatangi, cuaca hari itu, menu makanan, uang yang dikeluarkan.

Catatan ini tidak hanya membantu pelaksanaan rencana tetapi juga membantu ingatan.

Meskipun mempunyai anak buah yang banyak, PK Ojong tidak hanya mendengar laporan, tetapi langsung melihat ke lapangan.

Jiwa wartawannya yang selalu mengecek fakta tak pernah ditinggakan meskipun sudah memimpin banyak lembaga bisnis.

Foto dokumentasi wartawan sekaligus pendiri Harian Kompas Petrus Kanisius (PK) Ojong. KOMPAS
Foto dokumentasi wartawan sekaligus pendiri Harian Kompas Petrus Kanisius (PK) Ojong. KOMPAS (KOMPAS/Arsip)

Dalam kesederhanaannya, PK Ojong kerap mentraktir karyawan yang bekerja di shift malam, dengan memberi telur rebus dan kacang hijau untuk membantu menjaga kesehatan mereka.

Tradisi ini terus berjalan di Kompas Gramedia berupa pembagian telur atau susu bagi karyawan percetakan atau redaksi yang bertugas di shift malam.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan