Minggu, 17 Agustus 2025

Ancaman Tsunami 20 Meter, BMKG Siapkan Jaringan Sensor Gempa dan Lakukan Simulasi di Daerah

Simulasi tersebut dilakukan bekerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Penanggulangan Bencana Daerah(BPBD).

Editor: Hasanudin Aco
Pinterest
Ilustrasi tsunami. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Willy Widianto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika(BMKG) sudah menyiapkan sistem peringatan dini atau early warning system terkait adanya prediksi ancaman gempa bumi megathrust dan tsunami setinggi 20 meter di selatan Jawa.

"Sudah kita siapkan sistem, kita sudah menyiapkan jaringan sensor yang mampu mendeteksi dengan akurat dan perangkat yang mampu menerima dengan pasti datangnya bencana gempa dan tsunami," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono saat berbincang dengan Tribunnews.com, Jumat(25/9/2020).

Selain memasang perangkat sensor BMKG lanjut Rahmat juga akan melakukan simulasi mitigasi bencana gempa bumi megathrust dan ancaman gelombang tsunami di beberapa titik mulai dari Barat Sumatera, Selatan Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi hingga Maluku.

Baca: BMKG Sebut Tsunami 20 Meter Butuh Waktu 20 Menit untuk Sampai ke Daratan

Simulasi tersebut dilakukan bekerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

Rahmat membantah agenda simulasi yang dilakukan tersebut berkaitan dengan keluarnya hasil penelitian ilmuwan ITB terkait ancaman gempa bumi megathrust dan tsunami 20 meter.

Kata dia simulasi tersebut adalah agenda dua tahunan negara-negara di sekitar Samudra Hindia.

"Di seluruh daerah nanti tanggal 6 Oktober akan ada simulasi. Tapi itu tidak ada kaitannya dengan ancaman tsunami 20 meter. Itu sudah disiapkan jauh, lama, karena ini agenda dua tahun sekali," kata Rahmat.

Dalam simulasi tersebut nantinya akan dicoba mengenai antisipasi bencana gempa bumi megathrust dan tsunami 20 meter serta dilakukan mulai pukul 10.00 WIB.

Simulasi lanjut Rahmat diharapkan akan menguji sistem kebencanaan, action plan dan respon serta SOP yang harus dilakukan saat ada bencana besar.

Nantinya juga akan dilakukan evaluasi dalam simulasi agar terjadi kesinambungan antara BMKG Pusat, BMKG daerah, BNPB, BPBD juga sampai ke kepala daerah yang terdampak bencana.

"Jadi nanti pusdalops di daerah bisa tahu apa yang harus dilakukan ketika statusnya awas, statusnya waspada. Karena ini hanya 20 menit tsunami sampai ke daratan. Apa yang harus dilakukan, Pusdalops harus tentukan action plan, apakah minta kepala daerah lakukan evakuasi segera atau tidak. Jangan sampai nanti malah kebingungan harus lakukan apa, "kata Rahmat. (Willy Widianto)

Sumber: TribunJakarta
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan