Minggu, 7 September 2025

Gejolak di Partai Demokrat

Kisruh Demokrat, Pengamat UGM Singgung Gejala Tren Dinasti Politik, Partai Lain Tinggal Tunggu Waktu

Pengamat politik UGM Prof Drs Purwo Santoso, gejala yang dialami partai Demokrat sebetulnya juga dialami oleh partai politik (Parpol) lain.

Tribun Medan/Danil Siregar
Pimpinan sidang, Jhoni Alen Marbun (tengah) bersama politisi senior, Max Sopacua (kedua kanan) memberikan keterangan kepada wartawan saat Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat di The Hill Hotel Sibolangit, Deliserdang, Sumatera Utara, Jumat (5/3/2021). Berdasarkan hasil KLB tersebut, Moeldoko terpilih menjadi Ketua Umum Partai Demokrat. Tribun Medan/Danil Siregar 

Masih kata Purwo, apabila partai Demokrat benar-benar menjadi wadah demokrasi, menurutnya pembaharuan radikal seperti saat ini lah yang bisa menyelamatkan partai yang berdiri sejak 2001 itu.

"Syukur-syukur bisa menjadi basis konsolidasi ke depan. Jadi jebloknya Demokrat saat ini harus disyukuri. Karena kalau dekat dengan pemilu tidak bisa dibenahi," selorohnya.

Artinya, momen jebloknya partai Demokrat saat ini menurut Purwo menjadi momen yang pas untuk arah demokrat ke depan.

"Kalau momennya untuk sakit hati, ya sakit hati tenan. Tapi kalau untuk memperbaiki krisis ini momen yang pas," terang Purwo.

Lalu bagaimana dengan kader-kader yang berada di daerah khususnya di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta?

Menurut Purwo, momen jebloknya Demokrat saat ini justru menjadi peluang kader yang berada di Dewan Perwakilan Daerah (DPD) untuk bersuara.

Namun demikian, dirinya belum mengetahui sistem di partai Demokrat seperti apa.

"Justru ini saatnya yang di bawah bersuara. Kalau Demokrat strukturnya mengakar ke bawah, dan justru suara di bawah itu harus berpikir ulang untuk konsolidasi. Karena pimpinan itu harusnya mewadahi bukan memonopoli," tegas dia.

Tak Sekuat PDIP

Variabel keretakan partai Demokrat menurut Purwo lantaran laju pertumbuhan partai terlalu cepat sementara akar kepemimpinan tidak begitu kuat.

Sehingga apabila saat ini muncul kudeta terhadap ketua umum partai, itu sangat wajar terjadi.

Jika disajikan head to head dengan Partai Demokrasi Perjuangan Indonesia (PDIP), partai Demokrat sangat tertinggal jauh dalam menyusun dinasti politik.

Salah satu faktornya antara lain kematangan SBY dengan putra mahkota Agus Harimurti Yudhoyono tak sebanding dengan Soekarno dan Megawati.

Ketua Umum PDIP, Megawati didampingi Gubernur Bali sekaligus Ketua DPD PDIP Bali, Wayan Koster, Sekjen PDIP, Hasto Kristianto dan Prananda Prabowo menghadiri malam budaya Kongres V PDIP di Bali, tepatnya di Grand Inna Bali Beach, Sanur, Rabu (7/8/2019).
Ketua Umum PDIP, Megawati didampingi Gubernur Bali sekaligus Ketua DPD PDIP Bali, Wayan Koster, Sekjen PDIP, Hasto Kristianto dan Prananda Prabowo menghadiri malam budaya Kongres V PDIP di Bali, tepatnya di Grand Inna Bali Beach, Sanur, Rabu (7/8/2019). (Tribun Bali)

"Beda PDIP itu proses pematangan bu Mega yang dulunya nobody menjadi somebody, jadi stronge women ada legalisir dari Soekarno. Nah, Demokrat ini akarnya gak sekuat PDIP. Karena variabel Soekarno itu kuat, jadi keturunannya bisa lebih tegar," tambahnya.

Sementara partai Demokrat dengan belum sempurnanya akar variabel pimpinannya, mereka langsung tancap sementara institusinya belum kuat.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan