Demokrat Tembus Tiga Besar Partai dengan Elektabilitas Tertinggi, Membayangi PDIP dan Gerindra
Dalam rilis survei nasional itu, elektabilitas partai Demokrat diperkirakan mencapai 14,80 persen jika pemilihan legislatif digelar pada hari ini.
Editor:
Choirul Arifin
Lebih lanjut, Bagis menyatakan faktor yang paling banyak membuat masyarakat mengubah pilihannya adalah faktor program kerja yang nyata 39,3 persen dan pengaruh tokoh agama atau masyarakat 34,21 persen.
Selanjutnya, kampanye kandidat 11,90 persen, dari lingkungan kerabat atau teman kantor 9,34 persen, kunjungan kandidat 1,9 persen, uang barang ataupun jasa 1,8 persen dan kunjungan relawan 1,07 persen.
"PDIP masih menjadi partai politik teratas hal ini merupakan potret PDIP sebagai partai pemenang Pemilu 2019 yang masih kuat tertanam," ujarnya.
Sebagai informasi, survei ARSC menggunakan metode multistage random sampling dengan jumlah responden 1.200 orang. Dalam survei ini juga memperhatikan jumlah proporsionalitas antara jumlah sampel dengan jumlah pemilih di setiap provinsi.
Adapun margin of error dalam survei ini kurang lebih 2,9% dengan tingkat kepercayaan hingga 95%.
Sebaliknya, proses pengumpulan data dilaksanakan sejak 26 April hingga 8 Mei 2021 melalui telepon untuk responden usia minimum adalah 17 tahun atau sudah memenuhi syarat pemilih.
Terkait hal itu, Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra menilai tren elektabilitas Partai Demokrat sejak kepemimpinan Ketua Umum AHY yang terus melonjak dan stabil di posisi dua atau tiga, menunjukkan tiga hal.
"Pertama, publik butuh partai politik yang melakukan kerja-kerja nyata untuk rakyat, bukan hanya sibuk berwacana apalagi sekedar melempar janji yang tidak pernah ditepati. Partai Demokrat sejak era Ketum AHY, tak pernah henti bekerja untuk rakyat, baik di parlemen maupun di grass root," ujar Herzaky.
Herzaky menilai dukungan terus mengalir untuk partai berlambang mercy itu karena pihaknya menolong rakyat yang sedang kesulitan akibat pandemi dan bencana.
"Di sinilah dukungan kemudian mengalir untuk Partai Demokrat. Jadi, jalan yang kami tempuh saat ini, Demokrat Berkoalisi Dengan Rakyat, sudah tepat," kata dia.
Kedua, Herzaky menyebut publik memberikan dukungannya kepada Partai Demokrat pimpinan Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono untuk memberikan sinyal kepada para oknum kekuasaan dan perusak demokrasi, untuk tidak melakukan abuse of power kepada parpol maupun organisasi politik maupun massa lainnya.
Meskipun punya kuasa, bukan berarti oknum kekuasaan bebas berlaku tanpa mempedulikan etika, norma, dan aturan.
Walau Herzaky tak menjelaskan siapa oknum yang dimaksud, namun diduga hal itu merujuk pada Gerakan Pengambilalihan Kepemimpinan Partai Demokrat (GPK PD) oleh kubu KLB.
"Publik menunjukkan, mereka akan mendukung siapapun yang dizalimi dan menentang siapapun yang mencoba menggerogoti demokrasi kita," kata dia.
Ketiga, Herzaky menilai publik saat ini merasa butuh alternatif baru. Sebagian dari publik merasa kondisi saat ini tidak sesuai dengan harapan mereka, dan butuh tempat meletakkan dan menaruh asa.