100 Tahun Lahirnya Soeharto
Mengenang 100 Tahun Lahirnya Soeharto, Berikut Biografi dan 3 Fakta Menarik tentang Soeharto
Soeharto adalah presiden kedua di Indonesia yang terkenal kontroversial di masanya. Mengenang 100 tahun kelahirannya, simak biografinya berikut ini.
Penulis:
Oktaviani Wahyu Widayanti
Editor:
Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Mengenang 100 tahun kelahiran mantan presiden Soeharto, pada sore hari ini masyarakat gelar acara doa bersama di masjid At Tin, Jakarta.
Acara doa bersama dipanjatkan khusus untuk memperingati kelahiran Jenderal Besar HM Soeharto.
Masyarakat akan membaca yasin, tahmid, dan tahlil khusus untuk almarhum Soeharto.
Acara doa bersama dipimpin oleh H Ahmad Fauzi Lubis MA, bersama dengan H. Saiful Ismail MA, dan Prof. H. Nassarudin Umar (Imam Masjid besar Istiqlal).
Acara ini dilaksanakan dengan mematuhi protokol kesehatan yang berlaku.
Baca juga: 100 Tahun Lahirnya Soeharto, Ratusan Masyarakat Akan Panjatkan Doa Sore ini di Masjid At-Tin
Biografi Soeharto
Soeharto adalah Presiden kedua Republik Indonesia, ia dikenal sebagai presiden yang kontroversial.
Soeharto lahir di daerah Kemusuk, Yogyakarta, pada tanggal 8 Juni 1921.
Dikutip dari perpusnas.go.id, Soaharto merupakan putra dari pasangan Kertosudiro dan Sukirah.
Ayahnya Kertosudiro merupakan seorang petani yang juga sebagai pembantu lurah dalam pengairan sawah desa.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah, Rezim Orde Baru Tumbang, Soeharto Lengser Setelah Berkuasa 32 Tahun
Semasa sekolah, Soeharto sering sekali pindah-pindah sekolah.
Awalnya pada dan usia delapan tahun, Soeharto mengenyam pendidikan di sekolahkan di Sekolah Desa (SD) Puluhan, Godean.
Kemudian pindah ke SD Pedes, dikarenakan ibu dan bapaknya, Pak Pramono pindah rumah, ke Kemusuk Kidul.
Lalu ayahnya kembali memindahkan Soeharto ke SD Wuryantoro.
Kemudian pada akhirnya Soeharto melanjutkan pendidikannya menjadi prajurit teladan di Sekolah Bintara, Gombong, Jawa Tengah pada tahun 1941.
Soeharto baru resmi ditetapkan menjadi anggota TNI pada 5 Oktober 1945, lalu.
Pada tahun 1947, Soeharto resmi menikah dengan perempuan bernama Siti Hartinah, putri dari pegawai Mangkunegaran.
Baca juga: Kenang Masa Lalu dengan Mendiang Soeharto dan Bu Tien, Titiek Soeharto Ceritakan Hobi Orangtua

Pernikahan Soeharto dengan Siti Hartinah dilangsungkan pada 26 Desember 1947 di Solo.
Pada saat itu Soeharto masih berusia 26 tahun, sedangkan istrinya Hartinah 24 tahun.
Dari perkawinannya dengan Siti Hartinah, Soeharto dikaruniai enam putra dan putri, sebagai berikut;
- Siti Hardiyanti Hastuti
- Sigit Harjojudanto
- Bambang Trihatmodjo
- Siti Hediati Herijadi
- Hutomo Mandala Putra
- Siti Hutami Endang Adiningsih.
Baca juga: Moeldoko: Kita Patut Berterimakasih Pada Soeharto dan Tien Soeharto, TMII Bisa Seperti Sekarang
Soeharto telah menapaki perjalanan panjang di dalam karirnya melalui bidang militer dan politiknya.
Di bidang militer, Soeharto memulainya pangkatnya mulai dari sersan tentara KNIL, kemudian komandan PETA, lalu komandan resimen dengan pangkat Mayor dan komandan batalyon berpangkat Letnan Kolonel.
Pada 1949, Soeharto berhasil memimpin pasukannya merebut kembali kota Yogyakarta dari tangan penjajah Belanda.
Presiden Soeharto juga pernah menjadi Pengawal Panglima Besar Sudirman dan juga pernah menjadi Panglima Mandala (pembebasan Irian Barat).
Kemudian baru pada 1 Oktober 1965, atau meletusnya G-30-S/PKI, Soeharto mengambil alih pimpinan Angkatan Darat.
Ia dikukuhkan sebagai Pangad, dan ditunjuk sebagai Pangkopkamtib oleh Presiden Soekarno.
Lalu pada tahun 1966, Jenderal Soeharto menerima Surat Perintah 11 Maret dari Presiden Soekarno.
Ia ditugaskan untuk mengembalikan keamanan dan ketertiban serta mengamankan ajaran-ajaran Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno.
Kemudian menurut sidang istimewa MPRS, Maret 1967, Soeharto ditunjuk sebagai Pejabat Presiden, dan dikukuhkan selaku Presiden RI Kedua, pada Maret 1968.
Sejak itu Soeharto memerintah lebih dari tiga dasa warsa lewat enam kali Pemilu.
Sampai kemudian ia memutuskan untuk mengundurkan diri, pada 21 Mei 1998.
Soeharto wafat pada Minggu, 27 Januari 2006, pukul 13.10 siang di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta Selatan.
Soeharto meninggal dunia saat berusia 87 tahun, dikarenakan sakit.

Fakta-fakta tentang Soeharto yang Tak Banyak Diketahui Orang:
1. Soeharto merupakan Presiden Satu-satunya yang pernah mengunjungi Luwu Utara
Dikutip dari TribunLutra.com, Soeharto merupakan satu-satunya presiden yang pernah menginjakkan kakinya di wilayah Luwu Utara.
Pada 31 April 1977, Soeharto berkunjung ke Luwu Utara untuk meninjau penduduk transmigrasi di Desa Sukamaju
Pada waktu Soeharto berkunjung, Desa Sukamaju masih masuk dalam wilayah Kecamatan Bone-bone, Kabupaten Luwu.
Kedatangan Soeharto, sangat membekas di ingatan warga Luwu Utara.
Sebenarnya beberapa presiden dan mantan presiden sebenarnya juga pernah berkunjung ke Tanah Luwu, namun mereka hanya mengunjungi sampai Kota Palopo dan Kabupaten Luwu saja.

2. Soeharto adalah presiden yang lebih dulu melakukan teknik blusukan
Dikutip dari Tribunnewswiki, Soeharto ternyata presiden yang lebih dulu lakukan teknik blusukan ketimbang Presiden Joko Widodo.
Hal tersebut tertulis pada buku 'Otobiografi Soeharto Pikiran, Ucapan dan Tindakan' dan 'Soeharto The Untold Stories'.
Sejak dulu, Soeharto sudah sering melakukan penyamaran dan berbaur dengan rakyatnya.

3. Soeharto ternyata pernah ditempeleng oleh Jendral-jenderal berikut ini
Dikutip dari triunnewswiki.com, kisah tersebut diungkap beserta rahasia lain tentang sosok Soeharto.
Jenderal pertama yang pernah menempeleng Soeharto adalah Mantan Wakil Perdana Menteri Indonesia di era tahun 1960-an, Soebandrio.
Ia menempeleng Soeharto karena menganggap Soeharto telah melakukan kudeta merangkak terhadap kekuasaan Soekarno.
Kemudian jenderal Ahmad Yani, juga pernah sangat marah hingga menempeleng Soeharto.
Karena ia dianggap mempermalukan korps Angkatan Darat (AD).
Hal tersebut dikarenakan Soeharto dianggap telah menggunakan institusi militernya untuk mengumpulkan uang dari perusahaan-perusahaan di Jawa Tengah.
Dan yang terakhir, sosok Alex Evert Kawilarang, jenderal yang juga dikabarkan pernah menempeleng Soeharto.
Hal tersebut lantaran Kawilarangan menerima radiogram dari Soekarno yang menyatakan bahwa pasukan KNIL Belanda sudah menduduki Makassar.
Brigade Mataram yang seharusnya mempertahankan kota Makassar, saat itu juga dilaporkan mundur ke Lapangan Udara Mandai.
Mendengar kabar itu, setibanya di lapangan udara Mandai, ia langsung memarahi Komandan Brigade Mataram, Letkol Soeharto, sambil menempelengnya.
(Tribunnews.com/Oktavia WW/Hasanudin Aco) (Tribunnewswiki.com/Abdurrahman Al Farid/Ika Wahyuningsih/Natalia Bulan Retno Palupi)(TribunLutra.com/Chalik Mawardi)
Berita lain terkait Mengenang 100 Tahun Lahirnya Soeharto