Polisi Tembak Polisi
Ferdy Sambo 'Ngeprank' Kapolri Dengan Sumpah dan Air Mata, Sayang Jenderal Listyo Tak Percaya
Kapolri menyebut bahwa dalang pembunuhan tersebut, Irjen Ferdy Sambo melakukan berbagai cara untuk membohonginya, agar lepas dari jeratan hukum.
Editor:
Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo kembali buka suara soal kasus pembunuhan Brigadir J.
Kapolri menyebut bahwa tersangka dalang pembunuhan tersebut, Irjen Ferdy Sambo melakukan berbagai cara untuk membohonginya, agar lepas dari jeratan hukum.
Sambo pun berani 'Ngeprank' Kapolri dengan mengucapkan kata 'sumpah' sambil bercucuran air mata, padahal apa yang dikatakannya tidak benar soal kasus pembunuhan Nopriansyah Yosua Hutabarat aliast Brigadir J tersebut.
Upaya Irjen Ferdy Sambo untuk menutupi kasus pembunuhan berencana almarhum Brigadir J, sangat kuat.
Baca juga: Lie Detector Ferdy Sambo Cs Banyak Diragukan, Polri Klaim Alatnya Canggih, Diimpor dari Amerika
Sejak awal Ferdy Sambo sudah memikirkan skenario yang dibuatnya, sehingga polisi kesulitan mengusut tuntas, seperti sekarang terkait motif menjadi tak jelas.
Mantan Kadiv Propam ini sudah gelap mata, sehingga berani berbohong kepada atasannya langsung, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Namun, Listyo tak percaya begitu saja. Dia sampai dua kali menanyakan langsung ke Ferdy Sambo, namun yang bersangkutan tetap pada keterangan pertama, yakni tak terlibat pembunuhan berencana itu.
Hal itu dikatakan Kapolri pada acara Satu Meja The Forum Spesial 'Siasat Kapolri di Pusaran Kasus Sambo' di Kompas TV, Rabu (7/9/2022) malam.
Saat bertemu dengan Ferdy Sambo, Kapolri mengaku sempat meminta mantan Kadiv Propam itu agar menceritakan hal sejujurnya terkait kematian anak buahnya di rumah dinas Duren Tiga.
“Saat itu saya tanya ke yang bersangkutan 'kamu jujur, kamu terlibat atau tidak',” jelas Kapolri.
Kala itu sambil berlinang air mata, Ferdy Sambo mengatakan apa yang ia sampaikan benar adanya.
Tak cuma itu, Ferdy Sambo bahkan sampai berani mengucapkan sumpah di depan Kapolri.
Baca juga: Pakar Hukum Pidana: Ferdy Sambo Sulit Bebas di Kasus Pembunuhan Brigadir J
"Dia bersumpah, sampai beberapa kali saya tanyakan," ucap Kapolri.
Kapolri lalu mengatakan kepada Ferdy Sambo bahwa kasus tersebut akan diusut sesuai fakta.
“Saya tanyakan karena saya akan proses ini sesuai fakta, jadi kalau kira-kira peristiwa tidak seperti itu ceritakan, tapi kalau seperti itu nanti kita buktikan sesuai fakta,” tuturnya.
Kapolri mengaku dua kali menanyakan hal tersebut kepada Ferdy Sambo.
Namun, Ferdy Sambo selalu membantah mengenai keterlibatannya dalam kematian sang ajudan di rumah dinasnya tersebut.
Belakangan, setelah kesaksian demi kesaksian dan bukti demi bukti terungkap, Ferdy Sambo akhirnya mengakui keterlibatan dalam pembunuhan Brigadir J.
Baca juga: Pemeriksaan Lie Detector Diundur Hari kamis, Ferdy Sambo Diperiksa soal Obstruction of Justice Besok
Penyidik Ketakutan
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengungkapkan bahwa penyidik mengalami ketakutan saat menangani kasus pembunuhan berencana terhadap Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J di Rumah Dinas Ferdy Sambo.
Listyo menyebut, para penyidik takut bila nanti berhadapan dengan mantan Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo.
"Kami lihat bahwa penyidik pun saat itu sempat takut,” ujarnya.
“Sempat takut karena ada bahasa-bahasa bahwa mereka semua nanti akan berhadapan dengan yang bersangkutan,” imbuhnya.

“Sehingga dari situ kami putuskan 25 orang yang pada saat itu, termasuk yang bersangkutan (Ferdy Sambo) untuk kami mutasi demosi dan kami ganti dengan pejabat yang baru," kata Listyo Sigit Prabowo seperti dikutip dari Kompas Tv.
Menurut Kapolri, setelah Ferdy Sambo dinonaktifkan, barulah kasus pembunuhan berencana tersebut secara perlahan mulai terbongkar.
"Alhamdulillah begitu kami ganti waktu itu proses mulai berjalan lancar, mulai terbuka. Kemudian kejanggalan-kejanggalan yang pada saat itu kami dapat itu mulai bisa terjawab. Utamanya memang pada saat itu kami mulai/start masalah perkenaan atau pun temuan balistik di TKP yang berbeda dengan apa yang dia sampaikan," katanya.
Kapolri tidak memungkiri bahwa kasus pembunuhan berencana terhadap Brigadir J merupakan pukulan bagi Polri, dimana saat ini sedang memperbaiki citra institusi.
Menurutnya, pada saat hasil survei awal, Polri di angka 74 persen, sehingga kemudian dengan melaksanakan berbagai program transformasi menuju Polri yang presisi pada saat itu.
"Makanya begitu ada peristiwa Sambo ini memang dampaknya luar biasa. Angka kami tiba-tiba turun di angka sekitar 54 persen, dan tentunya ini pukulan buat kami," ujarnya.
"Ini lah yang kemudian menjadi tekat kami untuk betul-betul bisa menuntaskan," tegasnya.
Menurut Kapolri, awalnya proses penyelidikan memang agak sulit.
"Memang awalnya agak sulit Pak Budiman, karena memang di awal-awal saudara FS ini kan menceritakan peristiwa skenario yang terjadi di Duren Tiga itu kan peristiwa tembak-menembak. Dan itu disampaikan ke banyak orang, termasuk saya. Termasuk saya," ucapnya.
"Sehingga pada saat itu saya tanyakan kepada yang bersangkutan, 'Kamu jujur kamu terlibat atau tidak?' Saya tanyakan, dua kali saya tanyakan," imbuhnya. (Tribunnews.com/Tribun Medan)
Simak juga wawancara eksklusif dengan eks Kabareskrim Susno Duadji terkait kasus yang menjerat Ferdy Sambo di bawah ini