PROFIL Eko Pujianto, Dirut SKB Food yang Jadi CEO Termuda, Berawal dari Bisnis Trotoar ke Bursa
Berikut profil Direktur Utama PT Sari Kreasi Boga Tbk (SKB Food), Eko Pujianto yang dirangkum Tribunnews dari berbagai sumber.
Penulis:
Faryyanida Putwiliani
Editor:
Arif Tio Buqi Abdulah
TRIBUNNEWS.COM - Nama Eko Pujianto sempat menjadi trending topic di media sosial Twitter, karena ia menjadi CEO termuda yang berhasil membawa Kebab Turki Baba Rafi dan PT Sari Kreasi Boga Tbk (SKB Food) yang menembus pasar modal.
Direktur Utama PT Sari Kreasi Boga Tbk (SKB Food) ini pun berperan penting dalam mengembangkan bisnis kulinernya yang bermula dari trotoar hingga bisa melantai di pasar modal.
Diketahui, PT Sari Kreasi Boga Tbk (SKB Food) tercatat sebagai perusahaan waralaba kebab pertama yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 5 Agustus 2022 dengan kode saham RAFI.
Lantas siapakah Eko Pujianto ini?
Berikut profil Eko Pujianto yang dirangkum Tribunnews dari berbagai sumber.
Baca juga: Mengintip Geliat Bisnis Baju Bekas di Blok M, Kemeja Flanel Cukup Tebus Rp 50.000
Profil Eko Pujianto
Dilansir laman resmi skbfood.id, Eko Pujianto adalah alumnus dari Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.
Semasa kuliah Eko Pujianto tercatat sebagai mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia dan lulus pada 2011.
Dikutip dari akun Facebook pribadinya, pria asal Wonogiri, Jawa Tengah ini ternyata aktif dalam beberapa organisasi di kampus.
Di antaranya aktif dalam Himpunan Mahasiswa Prodi (HMP) Kimia Kovalen FKIP UNS, bidang Kaderisasi.
Baca juga: Dirut BRI Ungkap Komitmen BRI Berikan Dividen Optimal Kepada Pemegang Saham
Eko diketahui juga mengikuti organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FKIP UNS pada 2014-2015.
Sejak 2011, Eko sudah mulai terjun di dunia bisnis dengan menjadi Founder CV KM Tour n Travel.
Kemudian pada tahun 2017, Eko mendirikan 10 Koperasi Pertanian.
Pada 2020 hingga saat ini, Eko pun menjabat sebagai Direktur Utama PT Sari Kreasi Boga Tbk (SKB Food).
Kini Eko pun berhasil menjadi CEO termuda di lantai bursa setelah PT Sari Kreasi Boga Tbk (SKB Food) dengan kode RAFI memperoleh Penawaran Umum Perdana Saham mencapai Rp1,567 Triliun akibat kelebihan permintaan (oversubscribed) sebanyak 75,75 kali.
Baca juga: Perusahaan Sektor Otomotif Ini Raih Penghargaan Saham Terbaik 2022
Nyaris Bangkrut hingga Mampu Bertahan dari Pandemi
Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, SKB Food diketahui pernah nyaris bangkrut karena adanya pecah kongsi antara founder Kebab Turki Baba Rafi, yakni Hendy Setiono dan istrinya Nilamsari Sahadewa.
Setelah Hendy dan Nilamsari resmi berpisah, kepemilikan brand Baba Rafi terbagi menjadi dua.
Hendy menguasai wilayah timur dengan bendera PT Baba Rafi Internasional. Sementara Nilamsari menguasai wilayah barat bersama SKB Food.
”Tahun 2017 itu posisinya sudah di ujung tanduk. Kantor (SKB Food) di kawasan Fatmawati dari tiga lantai setengah menjadi satu lantai,” kata Eko.
Sejak saat itu, Eko ditunjuk menjadi nahkoda SKB Food dengan tugas utamanya membenahi internal perusahaan.
Baca juga: BEI: Pekan Ini, Rata-rata Nilai Transaksi Harian Bursa Naik Jadi Rp15,28 Triliun
Penunjukan Eko sebagai pimpinan perusahaan didasarkan pada pertimbangan profesional.
Dengan harapan tidak ada campur aduk kepentingan di tubuh perusahaan.
Pembenahan pun dilakukan dengan cara back to basic, pemegang saham yang tadinya menerima gaji penuh pun dipangkas.
Perusahaan juga menganalisis peluang keuntungan dari bisnis tersebut, dari cara perhitungan itu diperoleh kesimpulan bahwa bisnis penyedia bahan baku kebab masih menguntungkan.
Eko mengatakan, pihaknya juga melakukan restrukturisasi organisasi di tubuh perusahaan.
Baca juga: Melantai di Bursa Efek Indonesia, Emiten Distributor Bahan Kimia KKES Dapat Respons Positif Investor
“Karyawan diberi target dan KPI (Key Performance Indicator) lebih, khususnya karyawan yang porsi pekerjaannya masih sedikit, atau pilihannya resign, ” ungkap Eko yang merupakan CEO termuda perusahaan yang go public di Indonesia.
Bersamaan dengan restrukturisasi itu, anak muda tersebut kemudian membangun relasi dan kolaborasi.
Termasuk bekerja sama dengan sejumlah artis papan atas untuk meningkatkan brand awareness.
”Jadi dibikin eksis lagi, kuncinya inovatif, adaptif dan kolaboratif,” tutur Eko.
Pelan-pelan, brand Baba Rafi yang paling populer di antara brand lainnya itu kembali mendapat perhatian masyarakat. ”Setelah sukses, jenis bisnisnya ditambah. Dari sebelumnya hanya buka outlet menjadi berpikir tentang penyedia bahan baku,” paparnya.
Baca juga: Moratelindo Bidik Rp 1,03 Triliun dari IPO di Bursa Efek Indonesia
Saat pandemi Covid-19 menghajar Indonesia 2020 lalu, SKB Food juga mampu bertahan, tentu, hal itu tidak mudah.
Kala itu, anak-anak muda di SKB Food membuat strategi stokis bahan baku di setiap kota besar, dengan begitu outlet-outlet bisa dikontrol.
”Bahan baku juga tidak banyak yang bocor karena ada penanggung jawab setiap stokis,” paparnya.
Semua upaya itu mengantarkan SKB Food menjadi perusahaan waralaba kebab pertama yang melantai di BEI.
Perusahaan itu menggelar penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) dengan kode emiten RAFI.
Baca juga: Lima Emiten Baru Siap Melantai di Bursa Efek Indonesia
SKB Food akan melepas 948 juta saham atau setara 30,1 persen dari total saham perusahaan.
Pada proses Penawaran Umum Perdana, saham RAFI mencatat pemesanan saham mencapai Rp 1,567 triliun atau mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) sebanyak 82 kali dari pooling (penjatahan terpusat).
Dengan prestasi tersebut, Eko mencatatkan sejarah sebagai profesional di bawah usia 30 tahun yang membawa perusahaannya go public.
Eko berharap langkahnya bisa menjadi motivasi bagi para pelaku usaha UMKM di Indonesia untuk terus berkembang menjadi lebih baik.
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Choirul Arifin)