Profil Panda Nababan, Politisi Senior PDIP Sebut Gibran Anak Ingusan, Pernah Terjerat Kasus Korupsi
Politisi senior PDIP, Panda Nababan, yang menyebut Gibran sebagai anak ingusan pernah terjerat kasus korupsi.
Penulis:
Pravitri Retno Widyastuti
Editor:
Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.com - Pernyataan politisi senior PDIP, Panda Nababan, terkait Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, menuai kritik dari sejumlah pihak.
Sebelumnya, Panda Nabanan menyebut Gibran Rakabuming Raka sebagai anak ingusan, saat berdiskusi bersama Budi Arie Setiadi mengenai putusan Mahkamah Konstitusi (MK) soal batas usia presiden jika di bawah 40 tahun.
Dalam diskusi itu, Budi mengatakan keputusan MK soal batas usia presiden jika di bawah 40 tahun memiliki berbagai risiko politik.
Dikutip dari KompasTV, satu diantaranya adalah peluang Gibran menggantikan posisi sang ayah, Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Menanggapi pernyataan Budi, Panda Nababan menilai Gibran masih anak ingusan dan perlu proses yang panjang seperti Jokowi jika ingin maju Pilpres.
"Gibran anak ingusan kok, gimana? Nanti anak itu besar kepala, masih belajar dulu lah," ungkap Panda Nababan.
"Dia butuh proses seperti Bapaknya, panjang. Nggak langsung ujug-ujug," imbuhnya.
Lantas, seperti apa profil Panda Nababan?
Baca juga: Wajar Gibran Disebut Anak Ingusan, Panda Nababan Punya Pengalaman Matang di Dunia Politik
Profil Panda Nababan
Panda Nababan atau yang bernama lengkap Pandapotan Maruli Asi Nababan, lahir pada 14 Februari 1944 di Siborongborong, Tapanuli, Sumatra Utara.
Ia pernah berkuliah di Universitas HKBP Nommenesen di Pematangsiantar sampai tahun 1963.
Menurut Wikipedia, Panda Nabanan kemudian pindah ke Jakarta dan lanjut kuliah di Universitas Bung Karno.
Lagi-lagi, Panda berpindah tempat kuliah ke Perguruan Tinggi Publisistik.
Sebelum terjun ke dunia politik, Panda termasuk jurnalis senior yang pernah bertugas di sejumlah media.
Ia pernah bekerja sebagai wartawan di harian umum Warta Harian (1969-1970).
Setelahnya, Panda juga pernah menjadi Redaktur Harian Umum Sinar Harapan (1970-1987), Wakil Pemimpin Umum Harian Umum Prioritas (1987-1988), hingga Kepala Litbang Media Indonesia (1988-1989).
Atas dedikasinya sebagai jurnalis, Panda Nababan pernah meraih penghargaan jurnalistik Hadiah Adinegoro pada 1976.
Ia baru terjun ke dunia politik pada 1993 saat bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia (PDI).
Saat PDI menghadapi kemelut kepemimpinan di tahun 1998, Panda lebih memilih bergabung dengan PDI Perjuangan (PDIP) dan menjadi anggota DPR RI dari Fraksi PDIP.
Kesetiaan Panda Nababan pada PDIP masih bertahan hingga sekarang.
Ia tercatat sudah beberapa kali menjabat sebagai wakil rakyat fraksi PDIP, terakhir adalah anggota Komisi III DPR RI periode 2009-2014.
Baca juga: Panda Nababan Sebut Gibran Anak Ingusan, Solmet: Gibran Berhasil Majukan Kota Solo
Terjerat Kasus Korupsi

Namun, Panda Nababan diberhentikan sebagai wakil rakyat oleh Badan Kehormatan DPR pada 2012 usai tersangkut kasus suap cek perjalanan saat pemilihan Deputi Senior Bank Indonesia (BI).
Sebelum diberhentikan, Panda Nababan telah mengajukan surat pengunduran diri sebagai anggota Dewan.
"Sudah diberhentikan tetap sebelum reses," kata Wakil Ketua BK kala itu, Siswono Yudhohusodo, di Gedung Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (27/7/2012), dilansir Kompas.com.
"Sudah ada surat resminya dari Pak Panda, jauh-jauh hari sebelum keputusan BK," imbuhnya.
Kala itu, ia divonis oleh Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta hukuman 1 tahun 5 bulan penjara.
Vonis itu dijatuhkan pada 22 Juni 2011 lantaran Panda dianggap bersalah melakukan tipikor dengan menerima pemberian berupa cek perjalanan dalam kapasitasnya sebagai wakil rakyat.
Masih dilansir Kompas.com, ia pun mendekam di LP Klas I Cipinang, Jakarta Timur dan bebas pada Mei 2012.
Reaksi Gibran Disebut Anak Ingusan

Gibran Rakabuming Raka bereaksi atas sindiran seniornya Panda Nababan beberapa waktu lalu.
Gibran berterima kasih atas masukan atau kritik yang ditujukan pada dirinya.
"(Nababan) sudah tak jawab kemarin. Ya terima kasih masukannya dari para senior partai," ungkap Gibran saat ditemui usai mengikuti ibadah Salat Idul Adha di Balai Kota Solo, Kamis (29/6/2023), dilansir TribunSolo.com.
Meski disinggung soal kepemimpinannya sebagai Wali Kota di Solo, Gibran tidak punya rencana untuk bertemu Panda Nababan.
Sebagai kader muda di PDIP, Gibran tidak ingin dicap kurang ajar, termasuk untuk mengundang Panda Nababan ke Solo melihat perkembangan kota selama ia pimpin.
Baca juga: Politisi Muda NasDem ke Senior PDIP Panda Nababan: Anak Ingusan Ternyata Lebih Berguna dan Berdampak
"Nggak usah, jangan minta-minta. Nggak boleh dong perintah-perintah senior," jelasnya.
Terkait banyak tokoh yang membelanya usai dikritik keras oleh Panda Nababan, Gibran mengaku sangat berterima kasih.
"Ya pokoknya terima kasih untuk masukannya semua ya. Terutama untuk para senior partai," tambah Gibran.
Ia pun mengaku tidak tersinggung dengan sindiran Panda Nababan soal dirinya yang dicap sebagai anak ingusan.
"Ndak, saya memang perlu banyak belajar. Terima kasih," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W, TribunSolo.com/Andreas Chris, KompasTV/Rizky L Pratama, Kompas.com/Sandro Gatra/Icha Rastika)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.