Kamis, 21 Agustus 2025

Pilgub DKI Jakarta 2024

PROFIL Ketua FBR Lutfi Hakim yang Sebut Gerakan Coblos 3 Paslon Anak Abah Sebagai Gerakan Pecundang

Ketua Forum Betawi Rempug (FBR), Lutfi Hakim mengkritik  gerakan coblos tiga paslon yang mengemuka belakangan ini. Berikut sosoknya.

Tribunnews.com
Ketua Umum Forum Betawi Rempug (FBR), Lutfi Hakim. Ia mengkritik tajam gerakan coblos tiga paslon yang mengemuka belakangan ini 

Kedua kelompok ini kemungkinan akan memilih dua paslon tersebut. 

"Tetapi kita akan melihat ya kelompok mana yang secara proporsional lebih besar daripada yang lain. Tetapi saya kira yang umum Anies Baswedan ini benar-benar mewakili kecenderungan di masyarakat yang tidak puas dengan kondisi yang ada sekarang ini terjewantahkan ke dalam gerakan coblos semua calon," pungkasnya. 

Gerakan Anak Abah disebut wajar

Gerakan Anak Abah berencana mencoblos semua pasangan calon gubernur dan wakil gubernur di Pilkada Jakarta 2024. 

Menurut pengamat politik, Saidiman Ahmad, gerakan tersebut wajar terjadi. 

Pasalnya, munculnya gerakan itu karena adanya aspirasi publik yang sangat besar tapi tidak terwadahi dari tiga paslon tersebut. 

"Pemilih Anies ditambah dengan pemilih Ahok itu kalau kita jumlahkan lebih dari 60 persen sampai 70 persen. Artinya, sangat besar sebetulnya warga Jakarta yang tidak terkanalisasi dalam Pilkada Jakarta sekarang ini," ujar Saidiman seperti dikutip dari Nusantara TV yang tayang pada Senin (16/9/2024). 

Maka tak heran, banyak dari pendukung dari kedua tokoh itu kecewa. 

"Kalau ada gerakan untuk mencoblos semua pasangan itu, saya kira sangat wajar. Itu adalah bentuk kekecewaan," ucapnya. 

Namun, Saidiman tidak melihat adanya sebuah ajakan atau kampanye yang dilakukan oleh gerakan ini untuk mengajak golput atau tidak memilih. 

Gerakan ini dinilainya spontanitas belaka. 

"Karena itu muncul dari macam-macam akun media sosial, macam-macam orang yang saya sebetulnya tidak tahu mereka dan saya belum melihat public figure yang benar-benar melakukan ajakan atau kampanye untuk itu," ucapnya. 

Saidiman melanjutkan bahwa munculnya gerakan ini karena sebenarnya telah mengetahui bahwa Pilkada Jakarta 2024 telah diatur sedemikian rupa. 

"Wajar kemudian publik mengemukakan kekecewaannya dengan tidak datang ke TPS atau coblos semua. Ini bentuk reaksi publik yang wajar sebetulnya menghadapi kondisi di mana pemilihan umumnya itu ada, tetapi hasilya seperti sudah di-setting atau ditentukan dari awal gitu. Nah kondisi semacam ini menunjukkan tidak idealnya kondisi politik kita," pungkasnya. 

Sumber: Tribun Jakarta

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan