Kamis, 21 Agustus 2025

8 Ribu Umat Buddha Hadiri Gema Waisak Pindapata 2025, Menag Ajak Rawat Persaudaraan dan Toleransi

Menteri Agama Nasaruddin Umar mengajak umat Buddha untuk terus memelihara persaudaraan dan memperkuat tolerasi

Penulis: Abdul Qodir
Editor: Wahyu Aji
Tribunnews.com/Handout
WAISAK 2025 - Menteri Agama, Nasaruddin Umar; Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung; Wali Kota Jakarta Pusat, Arifin, serta beberapa anggota DPRD DKI Jakarta, menghadiri Gema Waisak Pindapata Nasional 2569 BE/2025 M di Jalan Benyamin Suaeb, Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu (4/5/2025). Menteri Nasaruddin dalam sambutannya mengajak umat Buddha untuk terus memelihara persaudaraan dan toleransi. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTAMenteri Agama Nasaruddin Umar mengajak umat Buddha untuk terus memelihara persaudaraan dan memperkuat tolerasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Hal itu disampaikan Menteri Agama saat menghadiri acara Gema Waisak Pindapata Nasional dalam rangkaian peringatan Hari Tri Suci Waisak 2569 BE/2025, di Jalan Benyamin Suaeb, Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu pagi (4/5/2025).

Sekitar 8.000 umat Buddha dari berbagai wilayah Jakarta tumpah ruah di Jalan Benyamin Suaeb, Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu pagi.

 

Mereka berkumpul sejak pagi untuk menyambut Gema Waisak Pindapata Nasional yang digelar oleh Sangha Theravada Indonesia (STI) bersama Keluarga Buddhis Theravada Indonesia (KBTI).

Acara ini melibatkan 52 Bhikkhu Sangha dan didukung 800 panitia dari berbagai elemen Theravada, dengan tema besar “Kebijaksanaan Dasar Keluhuran Bangsa.”

Hadir dalam kegiatan tersebut, Menteri Agama, Nasaruddin Umar; Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung; Anggota DPRD Fraksi Partai Kebangkitan Bangsan (PKB), Heri Kustanto dan Ketua Pelaksana acara sekaligus anggota Fraksi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) DPRD DKI Jakarta, Kevin Wu; serta dan Wali Kota Jakarta Pusat, Arifin.

Menteri Agama Nasaruddin Umar dalam sambutannya, menyerukan umat Buddha menjadikan ajaran Buddha sebagai pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Kegiatan keagamaan yang diselenggarakan di alam terbuka dapat merasakan energi batin yang baik. Untuk itu saya memberikan apresiasi dan penghargaan atas kegiatan ini,” ujar Nasaruddin.

“Terus pelihara persaudaraan berbangsa dan bernegara dan perkuat toleransi serta terapkan damai dan sejahtera dalam kehidupan sehari-hari,” lanjutnya.

Perayaan Gema Waisak Jadi Simbol Toleransi dan Keharmonisan

Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, turut mengapresiasi gelaran Gema Waisak sebagai potret nyata kerukunan antarumat beragama di Ibu Kota.

“Atas kegiatan ini saya yakin akan membawa dampak yang sangat positif bagi kehidupan ketenteraman kehidupan keagamaan di Jakarta. Ini adalah cerminan kerukunan yang harus kita jaga bersama-sama,” tegasnya.

Perayaan akbar ini merupakan kolaborasi antara Sangha Theravada Indonesia (STI) dan unsur Keluarga Buddhis Theravada Indonesia (KBTI), seperti ASTINDA, MAGABUDHI, WANDANI, dan PATRIA.

Melibatkan 52 Bhikkhu Sangha serta 800 panitia, acara ini bukan sekadar ritual tahunan, melainkan momentum strategis menyebarkan nilai-nilai kebajikan lintas generasi.

Tema “Kebijaksanaan Dasar Keluhuran Bangsa” Gaungkan Aksi Nyata

Mengangkat tema “Kebijaksanaan Dasar Keluhuran Bangsa”, Ketua Pelaksana Kevin Wu menyatakan bahwa peringatan Gema Waisak tahun ini juga menjadi ajang untuk mengedepankan budaya, sosial, dan kepedulian terhadap lingkungan.

“Pindapata adalah momentum spiritual sekaligus sosial. Melalui GEMA WAISAK, kami ingin menyampaikan pesan cinta kasih, keberagaman, dan kepedulian lintas generasi,” tutur Kevin.

Selain ritual pemberian dana (Pindapata), umat juga berpartisipasi dalam program “Lembar Pavarana”, yaitu donasi dalam bentuk komitmen terhadap empat kebutuhan pokok Bhikkhu.

Mekanisme ini dinilai lebih efektif dan terukur, meski umat tetap diperbolehkan membawa persembahan fisik.

Nuansa Budaya dan Aksi Hijau Warnai Perayaan

Rangkaian acara kian semarak dengan hadirnya beragam penampilan budaya khas Nusantara dan aksi peduli lingkungan. Di antaranya:

Penuangan Eco Enzyme oleh WANDANI, sebagai bentuk nyata kepedulian terhadap kelestarian lingkungan dan keberlanjutan bumi.

Ondel-ondel, Gambang Kromong, Pencak Silat, hingga atraksi Barongsai dan kesenian dari Pondok Pesantren Al Hamid, memperkaya makna toleransi dalam bingkai kebudayaan.

Gema Waisak tahun ini juga menghadirkan layanan pengobatan gratis bagi masyarakat umum di area dalam MGK Kemayoran, memperluas makna berbagi kepada seluruh lapisan masyarakat.

Dukungan Luas dan Manfaat Sosial

Kevin Wu mengucapkan terima kasih atas dukungan MGK Kemayoran dan Pusat Pengelola Komplek Kemayoran (PPKK), serta peran besar dari TNI-Polri, Satpol PP, Dinas Perhubungan, Gulkarmat, Dinas Lingkungan Hidup, dan relawan Dharmapala Nusantara dalam kelancaran acara.

Sebagian hasil dari kegiatan Pindapata juga akan disalurkan ke program-program sosial, memperkuat kontribusi umat Buddha terhadap kesejahteraan masyarakat luas.

“Semoga gema kebajikan ini menyebar luas ke seluruh penjuru Tanah Air dan menggugah hati masyarakat untuk terus berbagi, menjaga budaya, dan mencintai bumi,” pungkas Kevin Wu.

Baca juga: PIK Jadi Simbol Toleransi, Doa Bersama Sambut Bhikkhu Thudong untuk Waisak 2025

Perayaan Gema Waisak 2025 di Kemayoran bukan hanya peristiwa keagamaan, tetapi juga simbol hidupnya semangat gotong royong, pluralisme, dan keberlanjutan.

Di tengah tantangan zaman, suara kedamaian dari umat Buddha menjadi peneguh harapan untuk Indonesia yang harmonis dan saling menjaga.

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan