Senin, 1 September 2025

Ibadah Haji 2025

5 Calon Jemaah Haji Penuh Inspirasi: Tukang Sampah dari Semarang hingga Buruh Tani dari Deli Serdang

Meski berlatar belakang dari golongan masyarakat menengah ke bawah, sejumlah sosok inspiratif dari berbagai daerah menjadi jemaah calon haji tahun ini

TRIBUNJATIM.COM/WILLY ABRAHAM
TUKANG PIJAT HAJI - Supinah seorang tukang pijat jadi calon jemaah haji tertua di Gresik, Jawa Timur, Senin (28/4/2025). Berikut cerita inspiratif dari jemaah calon haji yang berlatar belakang dari golongan masyarakat menengah ke bawah. 

Ia menyebut, mimpi tersebut tak tercapai dalam waktu singkat. Ia mulai menyisihkan uang dari hasil berjualan sejak 1998.

"Dan baru bisa mendaftar haji pada 2012, jadi perjuangannya memang cukup panjang," kata Erfan.

Erfan menjelaskan bahwa setiap hari ia menyisihkan sekitar Rp 30 ribu dari hasil jualan satenya. Mengingat penghasilannya tidak besar, ia harus mengatur keuangan sebaik mungkin.

"Jadi kami hitung pendapatan tiap hari berapa, untuk kebutuhan keluarga berapa. Sisanya masuk tabungan. Karena kami kan tidak punya uang pensiunan," tuturnya.

Setelah hampir tiga dekade menabung dari hasil berdagang sate, impiannya pun tercapai. Surat panggilan haji dari Kementerian Agama akhirnya datang.

"Jadi sedikit demi sedikit menabung, satunya buat keluarga satunya untuk tabungan haji, yang penting punya niat," ucap Erfan.

4. Tukang Pijit dari Gresik

TUKANG PIJAT HAJI - Supinah seorang tukang pijat jadi calon jemaah haji tertua di Gresik. Berprofesi sebagai tukang pijat.
TUKANG PIJAT HAJI - Supinah seorang tukang pijat jadi calon jemaah haji tertua di Gresik. Berprofesi sebagai tukang pijat. (TRIBUNJATIM.COM/WILLY ABRAHAM)

Sementara itu dari Gresik, Jawa Timur, nenek berusia 91 tahun bernama Supinah juga akan mewujudkan mimpinya menunaikan ibadah haji.

Nenek yang berasal dari Desa Wates Tanjung, Kecamatan Wringinanom, menjadi calon jemaah haji tertua asal Gresik yang berangkat tahun ini melalui program prioritas lansia Kementerian Agama.

Diberitakan Tribun Jatim, untuk bisa berangkat haji, Mbah Sup harus bekerja keras sebagai tukang pijat anak-anak dan perempuan di desanya.

Dengan tarif jasa pijat sebesar Rp 30 ribu sekali layanan, ia menyisihkan sebagian hasil jerih payahnya setiap hari.

Tak tanggung-tanggung, ia menabung selama lebih dari 20 tahun demi bisa mendaftarkan diri ke biro perjalanan haji.

Keseharian Mbah Sup, panggilannya, tampak sabar dan telaten memijat seorang anak di atas ranjang kayu sederhana di dalam rumahnya. 

Dengan penuh kasih, ia melayani pasien kecilnya, demi mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk mewujudkan impian berhaji.

Semula, keberangkatan Mbah Sup dijadwalkan pada tahun 2030.

Namun berkat program prioritas lansia, ia bisa berangkat lebih cepat pada tahun 2025 ini.

"Nggeh, seneng, mpon sepuh dipanggil kalihan Gusti Allah, saget diteraken anak. Nate ditawari anak kulo umroh tapi mboten purun. Mugi-mugi budal sae mantok sae. Nabung arto saking Gusti Allah."

"(Iya, senang, sudah tua dipanggil oleh Allah SWT, bisa diantar anak. Pernah ditawari anak saya umrah tapi tidak mau. Semoga berangkat dalam keadaan baik, pulang dalam keadaan baik. Menabung uang dari Allah," ungkap Mbah Sup dengan wajah sumringah, Senin (28/4/2025).

5. Buruh Tani dari Deli Serdang

JEMAAH HAJI - Ngatirah (60) manifest 094 (kanan) jemaah haji kloter 4, perempuan asal Payabakung Blok 3 Hilir, Deliserdang.
JEMAAH HAJI - Ngatirah (60) manifest 094 (kanan) jemaah haji kloter 4, perempuan asal Payabakung Blok 3 Hilir, Deliserdang.  Berikut cerita inspiratif dari jemaah calon haji yang berlatar belakang dari golongan masyarakat menengah ke bawah. (TRIBUN MEDAN/HUSNA FADILLA)

Dari Deli Serdang, Sumatra Utara, sosok Ngatirah (60) menjadi perhatian.

Perempuan asal Payabakung Blok 3 Hilir ini merupakan buruh tani yang berjuang puluhan tahun menyisihkan upah hariannya demi satu tujuan, menjejakkan kaki di Tanah Suci. 

Diberitakan Tribun Medan, sejak remaja, Ngatirah sudah bekerja sebagai buruh tani dengan penghasilan tak menentu.

Upahnya hanya Rp70.000–Rp100.000 per hari. 

Namun, dari situ ia menyisihkan sedikit demi sedikit, kadang hanya Rp50.000, untuk dimasukkan ke dalam celengan kayu tua miliknya. 

"Tidak pernah terpikir berapa lama harus menabung. Saya hanya yakin, suatu hari nanti pasti terkumpul," ujarnya dengan suara lirih namun penuh keyakinan. 

Lalu pada tahun 2013, setelah 44 tahun menabung, celengannya akhirnya dibuka.

Isinya Rp14 juta, cukup untuk mendaftar haji. Tapi perjuangannya belum selesai. Biaya haji terus naik, memaksanya kembali menabung selama bertahun-tahun. 

Yang membuat kisahnya lebih mengharukan, Ngatirah tidak bisa membaca.

Ia tak pernah mengenyam pendidikan formal.

Namun, ketidaktahuannya akan huruf dan angka tak menyurutkan niatnya.

Ia mengandalkan informasi dari tetangga dan keluarganya untuk urusan pendaftaran haji. 

"Saya percaya pada Allah. Jika Dia berkehendak, jalan akan dibukakan," katanya, tersenyum. 

Sebagian artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com dengan judul Kisah Ngatirah, Buruh Tani asal Deli Serdang yang Wujudkan Mimpi Berangkat Haji, 44 Tahun Nabung.

(Tribunnews.com/Gilang Putranto) (TribunJateng/Reza Gustav Pradana) (TribunTimur.com/Rachmat Ariadi) (TribunJatim.com/Willy Abraham) (Tribun-Medan.com/Husna Fadilla Tarigan)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan