Minggu, 21 September 2025

Program Makan Bergizi Gratis

Mengapa Tempe Layak Masuk Menu Makan Bergizi Gratis? Ini Penjelasannya

Pemerintah mencanangkan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) untuk memastikan akses masyarakat terhadap pangan bergizi

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Wahyu Aji
HandOut/IST
MAKAN BERGIZI GRATIS - Tempe kerap hadir dalam menu MBG di berbagai sekolah, sebagai sumber protein nabati untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak. Sekjen Forum Tempe Indonesia (FTI), M Ridha mengatakan, sebagai makanan fermentasi kedelai khas Indonesia, tempe dikenal sebagai sumber protein berkualitas tinggi, kaya serat, vitamin B kompleks, serta mineral penting seperti zat besi, kalsium, fosfor, dan zinc.  

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah mencanangkan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) untuk memastikan akses masyarakat terhadap pangan bergizi seimbang, terutama bagi kelompok rentan seperti anak sekolah, ibu hamil, dan lansia. 

Dalam implementasinya, tempe kerap hadir dalam menu MBG di berbagai sekolah, sebagai sumber protein nabati untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.

Sekjen Forum Tempe Indonesia (FTI), M Ridha mengatakan, sebagai makanan fermentasi kedelai khas Indonesia, tempe dikenal sebagai sumber protein berkualitas tinggi, kaya serat, vitamin B kompleks, serta mineral penting seperti zat besi, kalsium, fosfor, dan zinc. 

"Kandungan tersebut menjadikan tempe sangat relevan dengan standar gizi MBG, yang mewajibkan pemenuhan minimal 30 persen kebutuhan protein harian dalam setiap porsi makanan," kata M Ridha, Sekjen Forum Tempe Indonesia (FTI), Selasa (20/5/2025).

Namun demikian, kata dia kehadiran tempe dalam menu MBG tak jarang disambut dengan komentar sinis.

“Karena tempe mudah ditemukan dan harganya terjangkau, masyarakat kerap meremehkan nilai gizinya. Padahal tempe merupakan superfood lokal yang sangat bernilai,” katanya.

Staf Khusus Badan Gizi Nasional dan Guru Besar FEMA IPB University, Prof Dr Ir Ikeu Tanziha MS mengatakan, penggunaan tempe dalam MBG bukan karena kewajiban, tetapi karena efektivitasnya. 

“Tempe muncul dengan sendirinya dalam banyak menu MBG. Selain murah, tempe memang sudah menjadi preferensi masyarakat dan membantu menghidupkan UMKM lokal. Manfaatnya pun luar biasa, terutama dalam meningkatkan imunitas anak,” ujarnya.

Ridha mengatakan, penggunaan tempe dalam MBG memperkuat ekonomi lokal karena bahan bakunya diproduksi secara mandiri di banyak wilayah. Lebih dari 170.000 perajin tempe tersebar di Indonesia, menjadikannya bagian penting dari ekosistem pangan nasional.

Untuk mendukung kualitas produksi, FTI aktif mendorong peningkatan standar higienitas para perajin agar memenuhi standar keamanan pangan nasional.

“Sejak berdiri tahun 2008, FTI konsisten mendorong peningkatan kelas perajin tempe. Kami telah mengkurasi lebih dari seratus produsen tempe yang memenuhi standar keamanan pangan, yang dapat diakses melalui situs kami,” kata Ridha.

FTI menyediakan katalog produsen tempe berkualitas dari seluruh Indonesia. Masyarakat dapat mencari produk berdasarkan wilayah, serta terhubung langsung ke media sosial atau toko daring para pelaku UMKM.

Selain situs web, FTI juga aktif menggunakan media sosial Instagram dan YouTube  sebagai kanal edukasi dan kampanye literasi pangan, termasuk untuk menyosialisasikan Hari Tempe Nasional yang diperingati setiap 6 Juni. 

Tahun ini, peringatan tersebut digeser menjadi 14 Juni 2025 karena berdekatan dengan Idul Adha, dan akan dirayakan dalam bentuk acara Rembug Budaya Tempe di Hotel Royal Salak Heritage, Bogor.

Melalui momentum ini, FTI mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menghargai dan melestarikan tempe sebagai warisan budaya kuliner Nusantara, serta mendorong generasi muda, khususnya Gen Z, untuk mengenal manfaat tempe sejak dini.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan