Mengenal Rhacophorus boeadii, Spesies Baru Katak Pohon Endemik Sulawesi, Ciri Khasnya Bercak Putih
Mengenal spesies baru katak pohon dari genus Rhacophorus yang ditemukan di lokasi berbeda di Sulawesi, di Gunung Katopasa dan Gunung Gandang Dewata.
Penulis:
Suci Bangun Dwi Setyaningsih
Editor:
Sri Juliati
Lantas, Kepala Pusat Riset Biosistematika Evolusi BRIN, Arif Nurkanto, menyampaikan wilayah Sulawesi memiliki sejarah geologi unik.
Pulau Sulawesi terbentuk dari pertemuan tiga lempeng besar, yakni Asia, Indo-Australia, dan Pasifik, yang menyebabkan tingginya tingkat endemisitas.
“Secara biogeografi, Sulawesi tidak pernah terhubung sepenuhnya dengan Australia atau Asia, sehingga menghasilkan spesies unik,” ungkapnya, dilansir Kompas.com.
Penemuan terbaru itu, menurut Arif, menunjukkan Sulawesi menempati posisi kedua dalam penemuan spesies baru di Indonesia, menandakan tingginya keanekaragaman hayati.
"Meskipun penelitian mengenai katak terbang Rhacophorus telah mengungkap beberapa spesies baru dan garis keturunan yang berbeda, masih banyak keanekaragaman amfibi lainnya yang belum teridentifikasi sepenuhnya,” terang Arif.
Penelitian lebih lanjut pun diperlukan untuk memahami pola evolusi, adaptasi, serta interaksi ekologi amfibi di wilayah ini.
Arif menekankan, penemuan terbaru hanya menjadi awal dari eksplorasi panjang yang akan membuka lebih banyak wawasan tentang kehidupan herpetofauna di Sulawesi dan Indonesia secara keseluruhan.
Baca juga: Pegiat Kesejahteraan Hewan Usul Taman di Jakarta Jadi Ruang Ramah Kucing
Oreophryne Riyantoi, Katak Spesies Baru Endemik Sulawesi
Sebelumnya, Tim Peneliti BRIN juga menemukan katak spesies baru endemik Sulawesi.
Katak tersebut, diberi nama Oreophryne riyantoi yang ditemukan di hutan pegunungan pada tahun 2023 lalu.
Penemuan katak spesies baru tersebut, berada di Gunung Mekongga, Sulawesi Tenggara, pada ketinggian 2528 mdpl.
Asal usul nama “riyantoi” pada katak berwarna cokelat ini didedikasikan untuk Awal Riyanto.
Awal Riyanto merupakan seorang peneliti senior yang aktif meneliti di Pusat Penelitian Biosistematika dan Evolusi (PRBE) BRIN.
“Apresiasi tersebut diberikan sebagai bentuk pengakuan atas kontribusinya yang luar biasa dalam bidang taksonomi dan konservasi herpetofauna di Sulawesi,” kata tim herpetologis dari Pusat Penelitian Biosistematika dan Evolusi (PRBE) BRIN, Auni Ade Putri.
Dijelaskan Auni, dasar penemuan Oreophryne riyantoi didukung oleh data morfologi dan analisis filogenetik gen 16S rRNA.
Hasil identifikasi menyatakan:
- Memiliki moncong bulat pada tampilan punggung dan lateral.
- Membran timpani tidak jelas
- Jarak interorbital sempit.
- Tangan kecil
- Jari tangan dan kaki tidak berselaput
- Cakram terminal pada jari tangan dan kaki kecil
- Kakinya sangat pendek
- Permukaan dorsal kepala, badan, dan tungkai dengan tuberkel tidak teratur.
(Tribunnews.com/Suci Bangun DS)
Sumber: TribunSolo.com
Prakiraan Cuaca Makassar Rabu, 27 Agustus 2025: Pagi hingga Malam Berawan |
![]() |
---|
Kronologi Ustaz di Morowali Utara Ditikam Jemaah saat Salat Subuh, Pelaku Positif Narkoba |
![]() |
---|
Kata Kapolres Selayar usai Markasnya Didatangi Puluhan TNI dan Ditembaki |
![]() |
---|
Prakiraan Cuaca Manado, Selasa 26 Agustus 2025: Cerah Berawan di Pagi Hari |
![]() |
---|
Pemicu Keributan di Mapolres Selayar, Didatangi Puluhan Prajurit TNI hingga Ada Tembakan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.