Senin, 6 Oktober 2025

Penulisan Ulang Sejarah RI

Dua Legislator PDIP Menangis Dengar Jawaban Fadli Zon Terkait Penyangkalan Rudapaksa Massal 1998

Dua anggota Komisi X DPR RI Fraksi PDIP menangis mendengar penjelasan Menteri Kebudayaan Fadli Zon, soal penyangkalan kasus rudapaksa massal 1998.

Penulis: Chaerul Umam
Editor: Wahyu Aji
Tribunnews.com/Chaerul Umam
KEKERASAN SEKSUAL 1998 - Dua anggota Komisi X DPR RI Fraksi PDIP yakni My Esti Wijayati dan Mercy Chriesty Barends, menangis mendengar penjelasan Menteri Kebudayaan Fadli Zon, soal penyangkalan kasus rudapaksa massal pada 1998. Hal itu terjadi dalam rapat kerja (raker) Komisi X DPR RI dengan Fadli Zon, pada Rabu (2/7/2025). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dua anggota Komisi X DPR RI Fraksi PDIP yakni My Esti Wijayati dan Mercy Chriesty Barends, menangis mendengar penjelasan Menteri Kebudayaan Fadli Zon, soal penyangkalan kasus rudapaksa massal pada 1998.

Hal itu terjadi dalam rapat kerja (raker) Komisi X DPR RI dengan Fadli Zon, pada Rabu (2/7/2025).

Dalam penjelasan Fadli Zon, ia menegaskan diksi massal identik dengan terstruktur dan sistematis.

Ia menyebut bahwa soal kekerasan seksual massal yang ramai di media merupakan pendapat pribadinya.

"Soal penulisan sejarah itu pendapat saya pribadi soal diksi massal itu, kenapa? Massal itu sangat identik dengan terstruktur dan sistematis," kara Fadli di Ruang Rapat Komisi X DPR, Senayan, Jakarta.

Lantas, Fadli mengklaim dirinya tidak menegasikan kekerasan seksual pada konflik 1998.

Menurutnya perbedaan pendapat dalam sebuah forum merupakan hal yang wajar.

"Saya kira perbedaan perbedaan pendapat mungkin di dalam forum yang lain bukan saya sebagai menteri kebudayaan," ucapnya.

"Saya siap sebagai seorang sejarawan, sebagai seorang peneliti untuk mendiskusikan ini dan sangat terbuka," imbuhnya.

Mendengar jawaban Fadli Zon, My Esti mengaku sakit hati. Ia menegaskan Fadli Zon tidak memiliki kepekaan terhadap para korban.

"Semakin Pak Fadli Zon ini bicara, rasanya kenapa semakin sakit dia? Soal pemerkosaan, mungkin sebaiknya nggak perlu di forum ini, Pak," katanya sambil menangis.

"Karena saya pas kejadian itu juga enggak ada di Jakarta, sehingga saya tidak bisa pulang beberapa hari. Tetapi ini semakin menunjukkan Pak Fadli Zon tidak punya kepekaan terhadap persoalan yang dihadapi korban perkosaan," imbuhnya.

Kemudian, Fadli Zon menimpal jawaban My Esti. Fadli mengakui bahwa peristiwa kekerasan seksual itu terjadi.

"Saya mengakui, dalam penjelasan saya, saya mengakui terjadi peristiwa itu," jawab Fadli.

Setelah itu, Mercy Chriesty Barends menegaskan pentingnya keberanian negara dalam mengakui dan meminta maaf atas berbagai peristiwa kelam tersebut. 

Dia secara emosional mengingat kembali pengalaman pribadinya sebagai bagian dari tim pendokumentasian testimoni korban kekerasan seksual dari berbagai daerah konflik seperti Maluku, Papua, dan Aceh.

“Saya termasuk bagian yang ikut mendata itu, testimoni. Sangat menyakitkan. Kita bawa itu testimoni dalam desingan peluru,” ujarnya sambil terisak.

Mercy juga menyinggung soal minimnya pengakuan negara terhadap kekerasan seksual yang terjadi secara massal, khususnya pada kerusuhan Mei 1998. 

Dia menyesalkan pernyataan yang menyangsikan adanya kekerasan seksual sistematis, apalagi sebagian besar korban berasal dari satu etnis tertentu.

Baca juga: Legislator PDIP Beri Laporan TGPF Kasus Rudapaksa 1998 ke Fadli Zon: Ada Banyak yang Terluka di Sini

"Bapak bilang tidak terima yang massal. Pak, kebetulan sebagian besar itu satu etnis. Ini kita tidak ingin membuka sejarah kelam itu," tandasnya.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved