Senin, 8 September 2025

Ijazah Jokowi

Mantan Rektor UGM Tak Tahu Komentarnya soal Ijazah Jokowi Direkam, Berujung Ada Ancaman

Sofian Effendi mengaku tidak tahu bahwa komentarnya soal ijazah Jokowi direkam. Kini dia meminta di-takedown setelah adanya ancaman

Tribun Jogja/Ardhike Indah
KLARIFIKASI - Rektor UGM periode 2002-2007, Prof. Dr. Sofian Effendi, klarifikasi tentang pernyataannya yang dibingkai untuk mengomentari kasus ijazah palsu Jokowi yang viral di media sosial, Kamis (17/7/2025). Sofian Effendi mengaku tidak tahu bahwa komentarnya soal ijazah Jokowi direkam. Kini dia meminta Rismon Sianipar agar melakukan takedown terhadap video pernyataannya setelah adanya ancaman pelaporan ke polisi. 

TRIBUNNEWS.COM - Mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) 2002-2007, Sofian Effendi, mengaku tidak mengetahui pernyataannya terkait ijazah mantan Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi), dalam wawancara bersama ahli digital forensik sekaligus mantan dosen Universitas Mataram, Risman Sianipar, akan direkam.

Sofian memang sempat diwawancarai oleh Rismon pada Rabu (16/7/2025) dan ditanya terkait keabsahan ijazah Jokowi.

Adapun wawancara itu ditayangkan di kanal YouTube Langkah Update secara siaran langsung atau live.

Dalam pernyataannya, dia menyimpulkan ijazah Jokowi tidak sah karena menurut temuannya, skripsi mantan Wali Kota Solo itu tidak pernah diujikan.

Setelah viral, Sofian pun akhirnya mencabut pernyataannya itu dan meminta maaf kepada UGM yang tertuang dalam secarik kertas pada Kamis (17/7/2025).

Sementara, berdasarkan pengakuan terbarunya, Sofian mengaku tidak mengetahui momen pertemuannya dengan Rismon akan direkam.

Baca juga: Mantan Rektor UGM Sofian Effendi Tak Sadar Ucapannya soal Ijazah Jokowi Diunggah: Ini Tidak Pantas

Rismon, kata Sofian, hanya mengajak untuk melakukan telekonferensi bersama alumni UGM lainnya terkait kebebasan akademik.

"Mereka hanya bilang, ini kita ngomong-ngomong dengan para alumni dari kota lain. Memang ada mantan murid saya dulu dari Aceh, kemudian Kalimantan yang berhubungan di situ. Itu pembicaraan orang dalam lah," kata Sofian dikutip dari Tribun Jogja, Jumat (18/7/2025).

Sofian mengaku tidak tahu percakapannya itu dibingkai untuk mengomentari terkait kasus ijazah Jokowi.

Dia juga mengira percakapan dengan Rismon dan alumni UGM lainnya hanya diperuntukkan bagi internal saja dan tidak dipublikasikan secara luas.

Menurutnya, seluruh pernyataannya tersebut tidak layak untuk dikonsumsi publik.

"Saya tidak sadar itu akan dipublikasikan. Saya tidak menyangka akan dipublikasikan seperti itu. Omongan saya tidak pantas untuk diomongkan (ke publik)," tegasnya.

Sofian pun meminta maaf kepada Rektor UGM saat ini, Ova Emilia, atas pernyataannya tersebut.

Dia menegaskan tidak ingin ada perseteruan antara dirinya dan Ova buntut komentar soal kasus ijazah Jokowi.

"Saya tidak ingin diadu dengan Prof. Ova. Itu tidak baik. Bagaimanapun, saya adalah anggota organisasi UGM," jelasnya.

Diancam Pendukung Jokowi

Di sisi lain, Sofian mengaku diancam oleh pendukung Jokowi setelah komentarnya tersebut viral.

Ancaman itu, katanya, terjadi lewat sebuah pemberitaan di media massa yang diketahuinya setelah dikirim tautan artikel oleh mantan mahasiswanya.

Dalam artikel tersebut, Sofian bakal dilaporkan ke Bareskrim Polri karena dianggap menyebarkan berita bohong atau hoaks.

Usai adanya ancaman pelaporan itu, dia mengaku takut dan memikirkan kondisi keluarganya jika benar-benar dilaporkan.

"Maka, saya meminta maaf atas pernyataan saya. Saya tidak mau harus berurusan dengan polisi soal ini, apalagi saya sudah berusia 80 tahun dan keluarga saya juga terganggu," bebernya.

Lebih lanjut, Sofian juga ingin melayangkan surat keberatan kepada Rismon dan alumni UGM lainnya agar video terkait dirinya ditarik atau di-takedown dari peredaran.

Pernyataan Sofian soal Ijazah Jokowi Berujung Dicabut

POLEMIK IJAZAH- Mantan Rektor Universitas Gajah Mada (UGM) Sofian Effendi saat diwawancarai ahli digital forensik, Rismon Sianipar dalam channel Langkah Update pada Rabu (16/7/2025). Sofian menyebut bahwa skripsi Jokowi tidak pernah mendapatkan pengesahan. Namun, pernyataannya itu langsung dicabut sehari kemudian atau Kamis (17/7/2025) dan meminta maaf kepada pihak UGM.
POLEMIK IJAZAH- Mantan Rektor Universitas Gajah Mada (UGM) Sofian Effendi saat diwawancarai ahli digital forensik, Rismon Sianipar dalam channel Langkah Update pada Rabu (16/7/2025). Sofian menyebut bahwa skripsi Jokowi tidak pernah mendapatkan pengesahan. Namun, pernyataannya itu langsung dicabut sehari kemudian atau Kamis (17/7/2025) dan meminta maaf kepada pihak UGM. (Tangkapan layar dari YouTube Langkah Update)

Sofian Effendi dalam wawancaranya bersama Rismon, menyebut tidak mungkin Jokowi memiliki ijazah S1 UGM karena nilainya tidak memenuhi syarat.

Adapun pernyataannya itu berkaca dari konferensi pers Bareskrim Polri terkait hasil penyelidikan ijazah Jokowi beberapa waktu lalu.

Menurutnya, ketika mengacu pada ijazah Jokowi yang ditampilkan dalam konferensi pers tersebut, seharusnya mantan Wali Kota Solo itu lulus dengan gelar sarjana muda.

"Saya lihat di dalam transkip nilai itu juga yang ditampilkan bareskrim, IPK-nya itu nggak sampai dua kan. Kalau sistemnya benar, dia tidak lulus atau di-DO (drop out) istilahnya. Hanya boleh sampai sarjana muda," katanya.

Sofian juga mengaku heran ketika beredar skripsi Jokowi yang seolah-olah dibuat untuk memenuhi syarat untuk lulus.

Baca juga: Sosok Prof Sofian Effendi, Eks Rektor UGM Sebut Jokowi Bukan Mahasiswa Berprestasi saat Kuliah

Bahkan, dia menyebut skripsi Jokowi hanya berisi terkait pidato dari Guru Besar Fakultas Kehutanan UGM, Soenardi.

Setelah itu, Sofian mengaku menanyakan kepada pihak UGM perihal skripsi Jokowi yang sempat beredar luas di media sosial. Pihak UGM, kata Sofian, justru menyebut skripsi Jokowi memang tidak pernah diuji.

"Saya tanya ke petugasnya, 'Mbak, ini kok kosong'? Dia bilang 'iya, Pak, itu sebenarnya nggak diuji. Nggak ada nilainya. Makanya nggak ada tanggal, nggak ada tandatangan dosen penguji'," jelasnya.

Pengakuan tersebut pun membuat Sofian meyakini Jokowi tidak memiliki ijazah S1 UGM.

"Kalau dia mengatakan punya ijazah BsC (sarjana muda) mungkin betul lah. Kalau yang ijazah sarjana, nggak punya dia," kata Sofian.

Namun, seluruh pernyataannya itu langsung dicabut olehnya sehari setelah diwawancarai oleh Rismon tersebut.

Dalam secarik kertas, Sofian pun meminta maaf kepada UGM dan berharap rekaman wawancarannya dengan Rismon terkait ijazah Jokowi agar di-takedown.

"Saya menyatakan bahwa pernyataan Rektor UGM Prof. Dr. Ova Emilia tertanggal 11 Oktober 2022 memang sesuai dengan bukti-bukti yang tersedia di Universitas. Sehubungan dengan itu, saya menarik semua pernyataan saya di dalam video tersebut dan memohon agar wawancara dalam kanal YouTube tersebut ditarik dari peredaran," kata Sofian.

Dia pun meminta maaf atas segala pernyatannya yang mengomentari skripsi dan ijazah Jokowi.

"Saya mohon maaf setulus-tulusnya kepada semua pihak yang saya sebutkan pada wawancara tersebut. Demikian pernyataan saya dan saya sangat berharap agar wacana tentang ijazah tersebut dapat diakhiri. Terima kasih," pungkas Sofian.

UGM Bantah Pernyataan Sofian

Pada Kamis kemarin, UGM pun turut memberikan klarifikasi terkait pernyataan Sofian tersebut.

UGM menilai adanya pihak tertentu yang menggiring Sofian agar memberikan opini yang tidak berdasarkan fakta.

"Kami menyayangkan pihak-pihak yang telah menggiring beliau untuk menyampaikan opini yang keliru dan tidak berdasar. Pernyataan tersebut akan berdampak hukum dan menjadi risiko bagi Bapak Sofian Effendi secara pribadi," kata Sekretaris UGM, Andi Sandi Antonius Tabusassa Tonralipu, dikutip dari laman UGM.

Baca juga: Waketum Projo Dicecar 42 Pertanyaan oleh Penyidik Polda Metro Jaya Terkait Ijazah Jokowi

Sandi menegaskan seluruh bukti terkait Jokowi adalah lulusan Fakultas Kehutanan UGM telah dilampirkan dalam rilis pers yang diterbitkan pada 15 April 2025 lalu.

Dalam pernyataan tersebut, eks Gubernur DKI Jakarta itu dinyatakan lulus pada 5 November 1985.

"Di siaran pers tersebut disebutkan bahwa Joko Widodo adalah alumnus Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yang bersangkutan telah melaksanakan seluruh proses studi yang dimulai sejak tahun 1980 dengan nomor mahasiswa 80/34416/KT/1681 dan lulus pada tanggal 5 November 1985," kata Sandi.

Lebih lanjut, Sandi menegaskan UGM memiliki hak untuk melindungi data pribadi dari civitas akademika karena hal tersebut dilindungi oleh peraturan perundang-undangan.

Sehingga, UGM hanya bersedia menunjukkan data pribadi seseorang jika memang diminta oleh aparat penegak hukum.

Sebagian artikel telah tayang di Tribun Jogja dengan judul "Pengakuan Terbaru Pak Mantan Rektor UGM Jogja Soal Ijazah Jokowi"

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)(Tribun Jogja/Ardhike Indah)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan