Rabu, 13 Agustus 2025

Pantau Udara Karhutla di Riau, Menhut: Masih Ada Asap Putih Tapi Titik Api Berkurang

Berdasarkan pemantauan udara tersebut, Raja Antoni menduga kejadian kebakaran disebabkan adanya aktivitas pembukaan lahan dengan cara dibakar.

Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Bobby Wiratama
dok. Kemenhut RI
KARHUTLA RIAU - Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni bersama Kapolda Riau Irjen Herry Heryawan, Pangdam Bukit Barisan Mayjen TNI Rio Firdianto dan Danlanud Marsma TNI Abdul Haris melakukan pantauan udara kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Riau, Rabu (23/7/2025). Sejumlah titik api yang ditinjau yakni Rokan Hilir (Rohil) di wilayah Pujud dan Bangko Pusako 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni melakukan pemantauan udara di lokasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Riau, Rabu (23/7/2025).

Sejumlah titik api yang ditinjau yakni Rokan Hilir (Rohil) di wilayah Pujud dan Bangko Pusako.

Pemantauan udara dengan helikopter ini dilakukan bersama Kapolda Riau Irjen Herry Heryawan, Pangdam Bukit Barisan Mayjen TNI Rio Firdianto, dan Danlanud Marsma TNI Abdul Haris.

Rombongan berangkat dari Lanud Roesmin Nurjadin.

"Saya bersama Bapak Kapolda, Bapak Pangdam Bukit Barisan beserta Danlanud dan Pak Sekjen Kehutanan baru saja meninjau langsung ke lapangan," kata Raja Antoni dalam keterangannya, Rabu.

Berdasarkan pemantauan udara tersebut, Raja Antoni menduga kejadian kebakaran disebabkan adanya aktivitas pembukaan lahan dengan cara dibakar.

Terdapat juga sejumlah lahan yang kering dan bekas terbakar. Selain itu, masih terlihat asap putih di sejumlah titik.

"Tadi ke Rohil, ada 2 tempat, satu di Pujud, satu lagi di Bangko Pusako. Itu terlihat sekali bahwa ini memang dibakar untuk kepentingan land clearing antara dua kebun sawit. Kelihatan mau bikin baru ada cara-cara lama yang harusnya nggak boleh dilakukan lagi. Sebenarnya nanti kita bahas secara lebih detail," jelasnya.

Raja Antoni menerangkan, berdasarkan hasil pemantauan, ada penurunan jumlah titik api di lokasi.

Nantinya hasil peninjauan ini akan dilaporkan dalam rapat koordinasi bersama Menkopolkam Budi Gunawan, Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol, hingga pemerintah daerah terkait.

Dalam kesempatan itu, Raja Antoni juga meminta agar masyarakat tidak bermain api saat cuaca panas ekstrem karena berpotensi mengakibatkan kebakaran luas.

Baca juga: Karhutla di Riau Meluas, Waka MPR Dorong Pemerintah Gerak Cepat

"Secara umum titik api sudah menurun. Tinggal nanti memang cuaca ekstrimnya kita antisipasi. Laporan BMKG tingkat kekeringannya ekstrem, mudah terbakar. Pak Kapolda tadi katakan jangan main api nanti ditangkap beneran," jelas dia.

Operasi Penanganan Berlangsung 941 Kali Semester Ini

Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Kehutanan (Ditjen Gakkumhut) Kementerian Kehutanan mencatat hingga Juli 2025 terdapat 941 frekuensi operasi penanganan kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di mana luas area yang ditangani mencapai 4.749 hektare.

"Sampai semester ini ada 941 upaya pengendalian kejadian kebakaran hutan, areal yang ditangani 4.700-an hektare," ujar Sekretaris Direktorat Jenderal Gakkumhut, Lukita Awang, dalam konferensi pers di Kantor Kemenhut, Jakarta, Rabu (23/7/2025).

Kebakaran hutan dapat dipicu oleh faktor alami maupun ulah manusia. Kemenhut menyebutkan pada 2023 jumlah titik panas atau hotspot mengalami kenaikan signifikan, sejalan dengan peningkatan luas karhutla yang dipengaruhi fenomena El Nino.

El Nino merupakan fenomena alam ketika suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur menjadi lebih hangat dari biasanya.

Perubahan suhu ini mengganggu pola angin dan arus laut, berdampak besar pada iklim global, termasuk Indonesia.

Kenaikan jumlah hotspot umumnya terjadi antara Juli hingga Oktober tiap tahun.

Berdasarkan data Satelit Terra/Aqua (NASA), jumlah hotspot semester I 2025 hingga 21 Juli mencapai 854 titik, lebih rendah dibanding periode yang sama pada 2024 yang tercatat 1.118 titik. Penurunan sebesar 284 titik atau 23 persen.

Akumulasi luas karhutla pada 1 Januari–31 Juni 2025 mencapai 8.594 hektare.

Rinciannya, 19,85 persen merupakan lahan gambut dan 80,15 persen lahan mineral.

Lahan gambut adalah tanah hasil akumulasi sisa tumbuhan yang membusuk secara perlahan dalam kondisi basah dan minim oksigen.

Sementara lahan mineral terbentuk dari pelapukan batuan induk.

Baca juga: Karhutla Riau 2025: Petugas Padamkan Api di Rohil, Pelaku Pembakaran Ditangkap di Kuansing

Kasus karhutla terjadi di sejumlah provinsi, seperti NTT, Kalimantan Barat, Riau, NTB, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Maluku, Aceh, Kalimantan Timur, dan Sumatera Utara.

Kemenhut mengutamakan pencegahan karena pemadaman karhutla sangat sulit dilakukan.

Upaya seperti modifikasi cuaca di Riau dan wilayah sekitarnya dilakukan untuk menurunkan hujan dan membasahi lahan.

"Terkait pengendalian kebakaran hutan kita mengutamakan pencegahan. Karena kalau sudah terjadi kebakaran itu sulit untuk melakukan upaya pemadaman walaupun kita juga melakukan pemadaman," kata pejabat eselon II Kemenhut.

Selain penanganan karhutla, Kemenhut telah melaksanakan 46 operasi pengamanan hutan, hasil hutan, tumbuhan, dan satwa liar.

Operasi tersebut terdiri atas 24 pengamanan hutan, 7 pembalakan liar, dan 15 perlindungan satwa.

Sebanyak 19 perkara pidana kehutanan telah mencapai tahap P21.

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan