HUT Kemerdekaan RI
HUT ke-80 RI, Masyarakat Hendaknya Memahami Makna Kemerdekaan yang Lebih Dalam
Indonesia merayakan hari ulang tahun (HUT) ke-80 pada 17 Agustus 2025.
Penulis:
Muhammad Zulfikar
Editor:
Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia merayakan hari ulang tahun (HUT) ke-80 pada 17 Agustus 2025.
Memperingati 80 tahun kemerdekaan Indonesia Founder Restorasi Jiwa Indonesia, Syam Basrijal mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk selalu menyelami makna kemerdekaan yang lebih dalam, yakni kemerdekaan batin.
Makna kemerdekaan bagi bangsa Indonesia bukan hanya sekadar bebas dari penjajahan, tetapi juga mencerminkan kedaulatan, kebebasan menentukan nasib sendiri, dan tanggung jawab kolektif untuk membangun bangsa.
Restorasi Jiwa Indonesia adalah sebuah gerakan nasional yang berfokus pada pemulihan kesehatan mental, kesadaran diri, dan spiritualitas produktif di tengah masyarakat Indonesia.
Syam mengingatkan bahwa usia 80 tahun bukan sekadar angka, melainkan jarak panjang yang ditempuh sebuah bangsa melewati berbagai tantangan sejarah, politik, dan perubahan zaman.
Ia menegaskan bahwa usia kemerdekaan ini seharusnya melahirkan kebijaksanaan dan kejelasan arah masa depan, bukan hanya kebanggaan akan masa lalu.
“Usia ini adalah fase kematangan yang seharusnya melahirkan kebijaksanaan—bukan sekadar kebanggaan masa lalu, melainkan kejelasan arah masa depan,” ujar Syam Basrijal dalam keterangan persnya, Jumat (15/8/2025).
Syam pun mengajak seluruh bangsa Indonesia untuk mempertanyakan kembali, apakah kemerdekaan yang selalu dirayakan selama ini sudah benar-benar menjadi kemerdekaan sejati.
“Kita memang tak lagi di bawah kolonialisme fisik, tetapi benarkah kita telah merdeka dari penjajahan bentuk lain—penjajahan pikiran, keserakahan, korupsi nilai, dan ketakutan kolektif yang membuat kita saling curiga?” tuturnya.
Meskipun Indonesia sudah terbebas dari kolonialisme fisik, masih banyak warga yang terbelenggu oleh bentuk penjajahan lain, seperti penjajahan pikiran, keserakahan, korupsi nilai, dan ketakutan kolektif yang menimbulkan saling curiga.
Ia menggambarkan situasi ini sebagai kemerdekaan yang tersisa di luar, namun terpenjara di dalam, di mana banyak jiwa belum bebas karena takut bersuara akibat ancaman sosial dan politik.
“Adanya kelompok yang memandang perbedaan sebagai ancaman, serta pejabat yang menjual integritas demi keuntungan sesaat. Inilah bentuk penjajahan batin yang mengendalikan hati dengan ego, nafsu, dan prasangka,” ujarnya.
Syam menegaskan bahwa jika kemerdekaan 1945 adalah pembebasan tubuh bangsa, maka kemerdekaan saat ini haruslah pembebasan jiwa bangsa.
Pembebasan tersebut hanya mungkin terjadi dari keberanian kolektif untuk mengakui luka sejarah, melihat ketidakadilan masa kini, dan memilih jalan penyembuhan daripada dendam.
“Kemerdekaan sejati berdiri di atas integritas yang tak bisa ditawar. Ia menolak segala bentuk manipulasi, korupsi, dan penyelewengan, meski di baliknya ada janji kekuasaan atau keuntungan,” ujar Syam Basrijal.
Oleh sebab itu, Syam mengajak seluruh elemen bangsa Indonesia untuk bersama-sama membangun fondasi kemerdekaan batin melalui empat pilar kesadaran yang saling terkait.
Pertama, kesadaran akan nilai, yakni kemerdekaan sejati yang berdiri di atas integritas tanpa kompromi dan menolak segala bentuk manipulasi, korupsi, serta penyelewengan meski ada janji kekuasaan atau keuntungan di baliknya.
Kedua, kesadaran akan kebersamaan, yang menempatkan Indonesia sebagai satu tubuh di mana luka satu bagian adalah luka seluruh tubuh, sehingga perbedaan suku, agama, bahasa, dan pandangan politik harus diletakkan dalam bingkai persatuan.
Ketiga, kesadaran akan batas, yaitu saling menghormati hak orang lain dan menjaga ruang bersama, dengan memahami bahwa kebebasan seseorang berhenti di titik kebebasan orang lain dimulai.
“Keempat, kesadaran akan tanggung jawab, di mana kemerdekaan dipandang sebagai amanah yang harus dirawat terus-menerus, bukan sekadar hadiah yang dirayakan sesaat,” tambahnya.
Syam juga menyoroti pentingnya membangun infrastruktur jiwa yang terdiri dari kejujuran, empati, dan solidaritas, yang selama ini sering terlupakan di tengah fokus pembangunan infrastruktur fisik seperti jalan, pelabuhan, dan gedung pencakar langit.
Tanpa fondasi jiwa yang kuat, ia memperingatkan bahwa kemerdekaan akan menjadi rapuh dan bendera hanya berkibar di tiang, bukan di hati.
Oleh karena itu, pembangunan infrastruktur jiwa berarti mendidik anak-anak untuk berpikir kritis namun penuh empati, melatih para pemimpin agar mau mendengar suara rakyat tanpa menutup telinga terhadap kritik, serta mengukur kemajuan bangsa tidak hanya dari angka produk domestik bruto (PDB), tetapi juga dari kualitas kepercayaan sosial, tingkat keadilan, dan ketangguhan moral.
Lebih jauh, Syam menyatakan bahwa kemerdekaan batin juga berarti merdeka untuk memaafkan, bukan karena kelemahan, melainkan sebagai cara agar tidak terikat oleh beban masa lalu.
Kemerdekaan batin juga membuka ruang untuk berkolaborasi lintas perbedaan, bukan karena kesamaan, tetapi karena memahami bahwa perbedaan adalah bahan bakar inovasi dan kekuatan kolektif bangsa.
“Kemerdekaan batin juga berarti merdeka untuk memaafkan, bukan karena kita lemah, tetapi karena kita tidak ingin terikat pada beban masa lalu,” katanya.
Menghadapi usia 80 tahun, Syam menekankan bahwa momentum ini adalah masa transisi menuju perayaan 100 tahun kemerdekaan Indonesia pada 2045. Dua dekade ke depan akan menjadi ujian penting apakah bangsa mampu menyatukan pembangunan fisik dengan pembangunan batin.
Ia mengajukan pertanyaan penting: apakah Indonesia akan dikenang sebagai bangsa yang hanya megah di infrastruktur namun kehilangan hati, atau sebagai bangsa yang berdiri tegak karena memiliki jiwa yang bersih dan utuh?
Maka dari itu, Syam Basrijal pun mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk menjaga agar bendera merah putih tetap berkibar di hati, bukan sekadar di tiang sebagai sarana seremonial semata.
“Merdeka untuk mencintai, merdeka untuk membangun, merdeka untuk menjadi manusia yang utuh,” tuturnya.
Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia diperingati setiap tanggal 17 Agustus, menandai momen bersejarah ketika Proklamasi Kemerdekaan dibacakan oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta pada tahun 1945.
Tahun 2025 ini, Indonesia merayakan HUT ke-80, sebuah tonggak penting menuju satu abad kemerdekaan.
Tema resmi HUT Kemerdekaan tahun ini adalah “Bersatu, Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju”, tema ini mencerminkan semangat persatuan dan visi besar menuju Indonesia Emas 2045.
Baca juga: Istana Akan Gelar Karnaval HUT RI Pada 17 Agustus 2015 Malam, Catat Rutenya
Sedangkan logo angka 80 berbentuk simbol infinity, melambangkan semangat perjuangan yang tak terputus dan kekuatan persatuan.
HUT Kemerdekaan RI
30 Contoh Pakaian Wastra Nusantara untuk Upacara HUT Ke-80 RI |
---|
Rundown dan Jadwal Upacara Bendera HUT ke-80 RI di Istana Merdeka, 17 Agustus 2025 |
---|
Sambut HUT ke-80 RI, KAI Commuter Beri Tarif Khusus Rp80 untuk Semua Relasi Jabodetabek |
---|
Filosofi Logo HUT Kemerdekaan RI Ke-80, Lengkap dengan Tema Peringatannya Tahun Ini |
---|
Tarif Transportasi Publik Rp80 Berlaku 17-18 Agustus 2025, Ini Cara Mendapatkannya |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.