Paparan Gas Air Mata Berulang Berpotensi Risiko Kesehatan Jangka Panjang, Ini Penjelasan Dokter
Berikut penjelasan dari dokter tentang paparan Gas Air Mata yang berulang dapat berpotensi risiko kesehatan jangka panjang.
Penulis:
Lanny Latifah
Editor:
Facundo Chrysnha Pradipha
"Jadi meskipun dampaknya sementara, efeknya bisa lebih berat pada kelompok rentan. Gangguan pernapasan juga bisa bertahan lebih lama, terutama jika gas dihirup dalam konsentrasi tinggi dan dalam waktu lama," tambahnya.
Pertolongan Pertama
Dalam kondisi darurat, langkah pertolongan pertama menjadi sangat penting.
Dokter Ardi menegaskan, penanganan sederhana dapat membantu mencegah iritasi semakin parah.
"Pertolongan pertama yang paling efektif adalah menjauh dari lokasi paparan dan mencuci bagian tubuh yang terkena dengan air bersih mengalir sebanyak-banyaknya," ungkapnya.
Tidak ada obat penawar khusus untuk gas air mata, sehingga cara terbaik adalah membersihkan dengan air.
"Jika masih terasa sesak, asma kambuh, atau mata tetap perih parah, maka harus segera ke unit gawat darurat. Apalagi ketika ada iritasi kulit berupa kemerahan atau rasa panas, itu juga perlu penanganan medis," jelasnya.
Masyarakat pun diimbau agar tidak berlama-lama berada di area yang penuh gas air mata.
Segera menjauh, hindari mengucek mata, lalu cuci dengan air bersih sebanyak mungkin.
Dokter Ardi menekankan, meski paparan singkat umumnya tidak menimbulkan dampak jangka panjang, paparan berulang atau berkepanjangan dapat memperparah kondisi kesehatan, terutama pada kelompok rentan.
Baca juga: 7 Cara Mengatasi Gas Air Mata yang Terbukti Efektif, Lakukan Ini Jika Terpapar!
Sejarah Penemuan Gas Air Mata
Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, sebagai salah satu senjata non-mematikan, gas air mata kerap digunakan aparat keamanan untuk mengendalikan kerusuhan maupun membubarkan massa.
Meski disebut “gas”, gas air mata sebenarnya berbentuk partikel padat yang tersebar di udara dalam wujud aerosol.
Paparan gas air mata dapat menyebabkan mata perih dan berair, saluran pernapasan terasa sesak, serta menimbulkan sensasi terbakar pada kulit untuk sementara waktu.
Mengutip Science History, ide pembuatan gas air mata berawal dari eksperimen ilmuwan Jerman yang berhasil menciptakan chloroacetophenone pada akhir abad ke-19.
Beberapa tahun kemudian, di awal abad ke-20, ahli kimia Prancis melanjutkan penelitian ini dengan tujuan menemukan cara baru untuk digunakan sebagai senjata pengendali kerusuhan massa.
Gas air mata pertama kali digunakan pada Perang Dunia I.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.