Jumat, 5 September 2025

Paparan Gas Air Mata Berulang Berpotensi Risiko Kesehatan Jangka Panjang, Ini Penjelasan Dokter

Berikut penjelasan dari dokter tentang paparan Gas Air Mata yang berulang dapat berpotensi risiko kesehatan jangka panjang.

Danang Triatmojo
GAS AIR MATA - Sisa gas air mata di Jalan Kramat Kwitang, Senen, Jakarta Pusat tepatnya di seberang Mako Brimob Polda Metro Jaya masih terasa pekat menusuk mata, Senin (1/9/2025) pukul 12.00 WIB. Berikut penjelasan dari dokter tentang paparan Gas Air Mata yang berulang dapat berpotensi risiko kesehatan jangka panjang. 

Menurut Britannica, saat itu senjata kimia ini cukup efektif untuk mengacaukan barisan musuh, menyengat mata, dan melemahkan tenaga tentara.

Namun, karena efeknya hanya sementara dan tidak mematikan dalam waktu singkat, gas air mata akhirnya mulai ditinggalkan sebagai alat perang.

Setelah pertama kali digunakan dalam konteks militer pada Perang Dunia I, gas air mata mulai dialihkan penggunaannya ke ranah sipil.

Pada tahun 1921, Divisi Perang Kimia (CWD) memulai penelitian untuk mengeksplorasi potensi gas air mata sebagai alat pengendali kerusuhan.

Tujuannya adalah membubarkan kerumunan tanpa menimbulkan korban jiwa, berbeda dengan penggunaan senjata konvensional.

Seiring berjalannya waktu, gas air mata pun menjadi alat standar bagi kepolisian di berbagai negara dalam menghadapi aksi demonstrasi, mulai dari unjuk rasa politik hingga protes sosial.

(Tribunnews.com/Latifah)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan