Rabu, 3 September 2025

Paparan Gas Air Mata Berulang Berpotensi Risiko Kesehatan Jangka Panjang, Ini Penjelasan Dokter

Berikut penjelasan dari dokter tentang paparan Gas Air Mata yang berulang dapat berpotensi risiko kesehatan jangka panjang.

Danang Triatmojo
GAS AIR MATA - Sisa gas air mata di Jalan Kramat Kwitang, Senen, Jakarta Pusat tepatnya di seberang Mako Brimob Polda Metro Jaya masih terasa pekat menusuk mata, Senin (1/9/2025) pukul 12.00 WIB. Berikut penjelasan dari dokter tentang paparan Gas Air Mata yang berulang dapat berpotensi risiko kesehatan jangka panjang. 

TRIBUNNEWS.COM - Gas air mata kerap digunakan sebagai alat pengendalian massa dalam situasi demonstrasi atau kerusuhan.

Gas air mata ini bukan hanya menimbulkan ketidaknyamanan sementara, tetapi juga berpotensi memicu gangguan kesehatan serius.

Dilansir dari situs resmi Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah V Yogyakarta, para ahli kesehatan mengingatkan bahwa paparan berulang terhadap gas air mata ini bukanlah hal yang bisa dianggap sepele.

Sejumlah risiko kesehatan jangka panjang bisa mengintai, terutama bagi individu yang terpapar secara terus-menerus atau dalam durasi yang lama.

Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif RS PKU Gamping, dr. Ardi Pramono, menjelaskan bahwa gas air mata sejatinya merupakan senyawa kimia yang bekerja dengan cara mengiritasi selaput mukosa tubuh manusia.

Gas Air Mata Mengandung Zat Iritan

Dokter yang sekaligus dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) tersebut menegaskan gas air mata pada dasarnya mengandung zat iritan, dengan senyawa yang paling umum digunakan adalah chlorobenzylidene malononitrile (CS).

"Zat ini bekerja dengan mengiritasi membran mukosa seperti selaput mata, hidung, dan mulut. Itu sebabnya, ketika terpapar, mata terasa sangat perih, merah, berair, dan sulit dibuka. Pada saat yang sama, mukosa di hidung maupun tenggorokan juga merasakan sensasi panas dan pedih yang memicu batuk hingga sesak napas," jelas dr. Ardi.

Menurutnya, kerusakan paling dominan akibat paparan gas air mata terjadi pada lapisan luar selaput mukosa.

Mukosa sendiri merupakan lapisan tipis yang melindungi bagian dalam organ tubuh.

Jika mengalami iritasi berulang, lapisan ini berpotensi mengalami peradangan.

Baca juga: Dokter Spesialis Paru Ungkap 4 Faktor Berat Ringannya Dampak Gas Air Mata

Efek gas air mata umumnya bersifat cepat dan intens, namun biasanya hanya berlangsung singkat.

Dalam kondisi normal, iritasi bisa mereda dalam 15 hingga 30 menit, terutama jika konsentrasi gas di udara menurun karena angin.

Risiko pada Individu dengan Penyakit Pernafasan

Risiko lebih serius dapat terjadi pada individu dengan penyakit pernapasan kronis.

Jika seseorang memiliki riwayat asma atau bronkitis, paparan gas air mata bisa memicu kekambuhan dan memperburuk kondisi paru-parunya.

Begitu juga penderita penyakit mata kronis, gas air mata akan memperparah iritasi yang sudah ada.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan