Reshuffle Kabinet
Menhan Sjafrie Sjamsoeddin Dianggap Kurang Pantas Jika Rangkap Jabatan Menko Polkam Terlalu Lama
Pakar Hukum Tata Negara UGM nilai rangkap jabatan Menhan Sjafrie Sjamsoeddin sebagai Menko Polkam Ad Interim kurang pantas jika terlalu lama.
Penulis:
Ibriza Fasti Ifhami
Editor:
Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pakar hukum tata negara Universitas Gadjah Mada (UGM) Yance Arizona menyoroti Menteri Pertahanan (Menhan) Sjafrie Sjamsoeddin menjabat Menko Polkam ad interim atau sementara.
Hal tersebut berdasarkan penggantian menteri atau reshuffle kabinet yang dilakukan Presiden Prabowo Subianto, pada Senin (8/9/2025).
Yance Arizona mengatakan, rangkap jabatan tersebut tidak akan berdampak signifikan terhadap jalannya pemerintahan.
Menurutnya, masih ada Wakil Menko Polkam yang masih menjabat, yakni Lodewijk Freidrich Paulus.
"Saya rasa tidak akan berdampak signifikan terhadap jalannya pemerintahan. Apalagi juga ada Wamenko Polkam," kata Yance Arizona yang aktif menulis di berbagai platform akademik seperti President University dan ORCID saat dihubungi Tribunnews.com, Selasa (9/9/2025).
Meski demikian, Yance Arizona menilai, rangkap jabatan tersebut kurang pantas jika dilakukan dalam waktu yang lama. Sehingga, kata Yance Arizona, Presiden Prabowo sebaiknya menghindari rangkap jabatan yang dilakukan menterinya dalam waktu panjang.
Baca juga: Ditandatangani Prasetyo Hadi, Sjafrie Sjamsoeddin Buka Surat Penunjukan jadi Menko Polkam Ad Interim
"Kurang pantas kalau menteri ad interim menjabat terlalu lama, meskipun pengalaman-pengalaman sebelumnya pernah terjadi. Jadi perlu dihindari rangkap jabatan terlalu lama," ucap Yance yang pernah menerima penghargaan dan fellowship bergengsi dari Indigenous Leaders Conservation Fellowship dari Conversation International 2014 dan Sasakawa Young Leadership Fellowship (SYLFF) dari Tokyo Foundation (2019) untuk riset di Australia dan Jepang.
Reshuffle Prabowo Terlalu Tergesa-gesa
Secara umum, Yance menilai penggantian menteri atau reshuffle kabinet Presiden Prabowo Subianto dilakukan tergesa-gesa.
Yance menyoroti reshuffle kabinet itu menimbulkan adanya kesan menteri yang digantikan tidak terinformasi terlebih dahulu.
Padahal, menurutnya, suatu pergantian pemerintahan membutuhkan proses transisi yang smooth alias mulus.
"Saya melihat proses reshuffle yang dilakukan oleh Presiden Prabowo sangat tergesa-gesa. Ada kesan bahkan menteri yang digantikan tak terinformasi terlebih dahulu," kata Yance yang pernah bekerja 10 tahun sebagai aktivis NGO yang memperjuangkan hak masyarakat adat di Indonesia sejak 2007-2017 itu.
Baca juga: PDIP Tak Masalah Budi Gunawan Direshuffle: Semua itu Hak Presiden, Kami Hormati
Selain itu, Yance menuturkan, kesan reshuffle yang dilakukan secara tergesa-gesa juga terlihat dari belum diumumkannya figur pengganti Menkopolkam dan Menpora.
"Ketergesaan itu terlihat pula dengan belum siapnya pengganti Menkopolkam dan Menpora, meskipun sudah diumumkan bahwa dua posisi itu akan diganti," jelasnya.
Khusus terkait dengan Menkopolkam yang merupakan kementerian tingkat koordinator, menurut Yance, bukan hal yang mendesak untuk segera diumumkan penggantinya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.