'Less, Better, No Plastic', Strategi Bertahap Hadapi Darurat Sampah Kemasan
Prinsip tersebut mencakup pengurangan jumlah plastik, penggunaan bahan yang lebih mudah didaur ulang, serta pengembangan sistem tanpa kemasan
Editor:
Dodi Esvandi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Di tengah meningkatnya ancaman limbah plastik, Unilever Indonesia menerapkan pendekatan bertahap dalam pengelolaan kemasan produknya.
Tiga prinsip menjadi pijakan: less plastic, better plastic, dan no plastic.
Prinsip tersebut mencakup pengurangan jumlah plastik, penggunaan bahan yang lebih mudah didaur ulang, serta pengembangan sistem tanpa kemasan melalui gerai isi ulang.
“Kami tidak hanya bicara soal pengurangan, tapi juga soal kualitas dan alternatif,” ujar Maya Tamimi, Head of Division Environment & Sustainability Unilever Indonesia Foundation, Selasa (16/9/2025).
Langkah ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang perusahaan untuk mengurangi penggunaan plastik baru (virgin plastic) dan meningkatkan proporsi plastik daur ulang (post-consumer recycled/PCR).
Selain itu, mereka menghadirkan kemasan yang dapat digunakan kembali atau diurai menjadi kompos.
Sejak 2015, Unilever Indonesia telah menerapkan kebijakan zero waste to landfill, memastikan tidak ada limbah operasional yang berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Di sisi hilir, mereka membina lebih dari 4.000 bank sampah dan membuka lebih dari 1.000 titik gerai isi ulang di Jabodetabek dan Surabaya.
Namun, tantangan terbesar bukan hanya pada sisi produksi, melainkan pada kesadaran konsumen.
“Kami terus mendorong masyarakat untuk memilah dan mengelola sampah plastik, karena perubahan tidak bisa dilakukan sendiri,” kata Maya.
Baca juga: Masjid di Garut Dibangun dari 12 Ton Sampah Plastik, Diprediksi Bisa Selamatkan 8 Ribu Pohon
Pada 2024, Unilever Indonesia mengumumkan empat pilar keberlanjutan global: iklim (Net Zero Emission), alam (pertanian regeneratif), plastik (pengakhiran limbah plastik), dan mata pencaharian (upah layak di seluruh rantai nilai).
Pilar-pilar ini menjadi kerangka kerja dalam mengintegrasikan prinsip ESG (Environment, Social, Governance) ke dalam strategi bisnis.
Maya menekankan bahwa pertumbuhan bisnis tetap penting agar perusahaan memiliki ruang untuk menjalankan komitmen keberlanjutan.
Namun, ia juga menyoroti kompleksitas rantai pasok sebagai tantangan utama, terutama dalam memastikan praktik bertanggung jawab dari hulu ke hilir.
Atas konsistensinya, Unilever Indonesia tersebut masuk dalam daftar 20 perusahaan FMCG dan ritel yang diapresiasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI pada 2024.
Mereka juga menjadi salah satu yang pertama menyerahkan Peta Jalan Pengurangan Sampah ke KLHK sejak 2021, berisi strategi penanganan sampah plastik dari hulu ke hilir.
“Fokusnya adalah bagaimana kita bisa hidup harmonis. Sampah yang tidak terpakai harus bisa dikelola dengan baik. Ini butuh kolaborasi semua pihak,” tutup Maya.
Kerjasama dengan UAE, Surabaya Jadi Kota Pertama Proyek Penanganan Sampah Plastik di Sungai |
![]() |
---|
BRI Dorong Aksi Nyata Atasi Sampah Plastik Lewat Program Zero Waste to Landfill |
![]() |
---|
BPKH dan Muhammadiyah Gagas Haji Hijau untuk Kurangi Sampah Plastik |
![]() |
---|
Bagi Dividen Rp 3,35 Triliun, Saham UNVR Masih Dipegang Ketat oleh Pasar |
![]() |
---|
RUPST UNVR Restui Bagi Dividen 99,7 Persen dari Laba 2024 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.