KKP Sebut Konsumsi Ikan di Indonesia Belum Optimal, Bau Amis hingga Mitos Ribet Jadi Tantangan
Indonesia adalah salah satu produsen perikanan terbesar di dunia. Kekayaan lautnya melimpah.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Indonesia adalah salah satu produsen perikanan terbesar di dunia.
Dengan garis pantai yang panjang dan kekayaan laut yang melimpah, potensi ini seharusnya menjadi kekuatan utama dalam mendorong konsumsi ikan masyarakat.
Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS yang diolah Ditjen PDSPKP Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat, konsumsi ikan masyarakat Indonesia pada 2024 mencapai 25,31 kg/kapita (setara utuh segar).
Angka tersebut menunjukkan tren positif, bahkan di beberapa wilayah konsumsi ikan jauh lebih tinggi dari rata-rata nasional.
Baca juga: Cegah Stunting, KKP Dorong Masyarakat Konsumsi Ikan
Lima provinsi dengan konsumsi ikan tertinggi adalah Papua Barat Daya (43,70 kg/kapita), Sulawesi Tenggara (43,38), Sulawesi Utara (42,95), Kalimantan Utara (40,69), dan Kepulauan Bangka Belitung (40,05). Tingginya angka ini mencerminkan budaya makan ikan yang masih kuat di daerah pesisir.
Tak hanya dari sisi jumlah, preferensi masyarakat juga menarik.
Komoditas yang paling banyak dipilih adalah Tuna, Cakalang, dan Tongkol (TCT), catfish, tilapia, kembung, serta bandeng.
Bahkan, dalam riset Menu Check Study oleh Kantar, “ikan goreng” menempati posisi ketiga sebagai menu favorit sehari-hari.
Tantangan di Balik Tren Positif Konsumsi Ikan
Meski data menunjukkan angka yang cukup menjanjikan, ternyata masih banyak tantangan yang dihadapi.
Direktur Pengolahan, Ditjen PDSPKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (KKP RI), Ir. Tri Aris Wibowo, M.Si menyebut ada sejumlah hambatan di lapangan yang membuat konsumsi ikan belum optimal.
“Kami melihat bahwa minat masyarakat untuk mengonsumsi ikan sangat menjanjikan, namun di lapangan masih ditemukan berbagai tantangan," ungkapnya pada Konferensi Pers Pertama Kalinya di Indonesia, Royco Hadirkan Bumbu Kaldu Rasa Ikan untuk Mantapkan Kelezatan Semua Jenis Hidangan Ikan di Jakarta, Senin (22/9/2025).
Beberapa tantangan yang dihadapi seperti kurangnya kesadaran masyarakat akan tingginya kandungan gizi pada ikan.
Selain itu, pola konsumsi masyarakat masih mengandalkan dari sumber protein hewani lainnya.
"Masih ada anggapan ikan identik dengan rasa amis, berbagai mitos yang menyudutkan konsumsi ikan, dan asumsi ribet dalam mengolahnya, sehingga agak kurang diminati,” ujar Aris.
Pandangan itu bukan tanpa alasan. Masih banyak keluarga yang memilih protein hewani lain seperti ayam atau daging karena dianggap lebih mudah diolah dan lebih tahan lama.
Sementara itu, ikan sering diasosiasikan dengan bau amis dan repot dalam penyajian.
Program Gemarikan dan Harapan Generasi Emas 2045
Untuk menjawab tantangan tersebut, pemerintah sejak 2004 menggulirkan program Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan).
Melalui program ini, kampanye makan ikan terus digencarkan agar masyarakat memahami manfaat besar ikan bagi kesehatan.
“Program ini bertujuan meningkatkan konsumsi ikan sebagai sumber pangan yang bergizi, sehat dan berkualitas khususnya untuk pemenuhan gizi anak dan pencegahan stunting guna mewujudkan Generasi Emas 2045," imbuhnya.
"Untuk itu, kami mengajak kolaborasi lintas sektor agar bersama-sama memperkuat sektor kelautan dan perikanan dalam mendukung ketahanan pangan nasional sekaligus pemenuhan gizi masyarakat,” sambung Aris.
Gemarikan juga menjadi salah satu strategi untuk menekan angka stunting di Indonesia.
Sebab, ikan memiliki kandungan protein, omega-3, vitamin, dan mineral penting yang sangat dibutuhkan anak-anak dalam masa pertumbuhan.
(Tribunnews.com/ Aisyah Nursyamsi)
Komisi IV DPR Pertanyakan Izin Amdal Tanggul Beton di Kawasan Pesisir Cilincing |
![]() |
---|
Panggil KKP, Komisi IV DPR Bakal Konfirmasi Soal Izin Pembangunan Tanggul Beton di Laut Cilincing |
![]() |
---|
Cegah Klaim Produk Perikanan RI oleh Negara Lain, Ini Langkah Pemerintah |
![]() |
---|
Heboh Tanggul Beton di Cilincing, Komisi IV DPR Bakal Panggil KKP |
![]() |
---|
Kisah Nelayan Terpaksa Putar Jalan imbas Tanggul Beton di Laut Jakut, KKP Tak Bisa Ambil Tindakan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.