PSI Sambut Positif Pertemuan Prabowo dan Jokowi: Mereka Bestie, Selalu Pikirkan Rakyat
Andy Budiman menyebut bahwa Prabowo dan Jokowi merupakan bestie yakni teman dekat atau sahabat yang selalu memikirkan rakyat.
TRIBUNNEWS.COM - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menyambut positif pertemuan Presiden Prabowo Subianto dan Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) pada Sabtu (4/10/2025) lalu.
Jokowi diketahui menyambangi kediaman Prabowo di Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan dan bertemu selama hampir dua jam, dari pukul 13.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB.
Wakil Ketua Umum DPP PSI, Andy Budiman, menyebut bahwa Prabowo dan Jokowi merupakan bestie yakni teman dekat atau sahabat yang selalu memikirkan rakyat.
"Pertemuan kedua tokoh tersebut menghangatkan hati. Pak Prabowo dan Pak Jokowi adalah dua pemimpin yang, kata anak sekarang, bestie. Mereka rutin membicarakan nasib bangsa. Pikiran dan hati mereka selalu untuk rakyat," kata Andy dalam keterangan tertulis yang diterima Tribunnews, Senin (6/10/2025).
Andy mengatakan, kedua tokoh bangsa itu bertemu untuk membahas terkait solusi-solusi terbaik untuk rakyat dan demi kemajuan bangsa.
PSI, kata Andy, juga selalu berdoa agar mereka berdua selalu diberi kesehatan yang prima.
"Mereka bertemu untuk mendiskusikan solusi terbaik untuk rakyat dan kemajuan bangsa," kata Andy.
Dengan ini, Andy juga mengingatkan kepada pihak-pihak yang berusaha menjauhkan Prabowo dan Jokowi agar berhenti.
"Kami juga berdoa agar pihak-pihak tertentu yang ingin menjauhkan Pak Prabowo dan Pak Jokowi untuk berhenti dan insyaf. Keinginan buruk itu mustahil tercapai," pungkas Andy.
Sementara itu, pengamat politik Agung Baskoro, menilai bahwa pertemuan kedua tokoh itu sebagai bentuk penghormatan Jokowi terhadap Prabowo.
"Secara institusional, pertemuan keduanya mungkin membahas agenda-agenda kebangsaan. Namun, tak bisa dihindari bahwa perihal ini bentuk penghormatan Presiden ke-7 kepada Presiden Prabowo bahwa ia berpartai," kata Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis tersebut kepada Tribunnews.com, Minggu (5/10/2025).
Baca juga: Bara JP Sebut Pertemuan Prabowo dan Jokowi Banyak Bahas Masalah Besar, Termasuk soal 2 Periode
Agung lantas menyoroti keterlibatan aktif Jokowi bersama PSI dalam beberapa waktu terakhir.
Hal ini yang kemudian dinilai sebagai sinyal afiliasi politik Jokowi setelah tidak lagi menjabat sebagai presiden.
"Karena dalam beberapa waktu terakhir, Jokowi intensif bersama PSI termasuk hadir dalam agenda di Bali," ujar Agung.
Agung juga menilai relasi personal antara Jokowi dan Prabowo tetap terjaga meski dinamika politik nasional terus bergerak.
"Secara personal, pertemuan keduanya membuktikan bahwa relasi antarkeduanya baik-baik saja di tengah pasang surut dinamika kebangsaan," ungkapnya.
Jokowi diketahui memang tidak memiliki jabatan resmi di PSI, tetapi ia sangat dekat secara politik dan ideologis dengan partai tersebut.
PSI bahkan menjadikan Jokowi sebagai figur sentral atau “kiblat politik” mereka.
Pertemuan Jokowi dan Prabowo Bahas Isu-isu Krusial
Mengenai pertemuan Prabowo dan Jokowi itu, analis komunikasi politik, Hendri Satrio (Hensa), menilai bahwa hal tersebut bukan sekadar silaturahmi biasa.
Analis komunikasi politik dan pendiri lembaga survei KedaiKOPI (Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia) tersebut mengatakan, sejumlah dinamika politik belakangan ini menjadi latar belakang yang memperkuat dugaan bahwa pertemuan tersebut membahas isu-isu krusial.
Menurutnya, pertemuan selama dua jam itu kemungkinan turut membicarakan isu ijazah Wakil Presiden Gibran, serta kunjungan tokoh kontroversial Abu Bakar Ba'asyir ke kediaman Jokowi beberapa waktu lalu.
"Kejadian selanjutnya apalagi? Abu Bakar Ba'asyir ke rumahnya Pak Jokowi, terus meningkat eskalasi isu ijazah Gibran. Jadi, kejadian-kejadian itu yang kemudian akhirnya diduga oleh masyarakat penyebab kenapa Pak Jokowi mengharuskan dirinya ketemu dengan Pak Prabowo," kata Hensa kepada wartawan, Senin.
Hendri berpandangan, meskipun hubungan Jokowi dan Prabowo dikenal akrab, pertemuan kali ini terasa berbeda karena berlangsung di tengah situasi politik yang dinamis.
Dia merujuk pada gelombang unjuk rasa besar pada 28–31 Agustus 2025 yang menyeret nama Jokowi, serta pernyataan Jokowi yang secara terbuka meminta relawannya mendukung pasangan Prabowo-Gibran untuk dua periode.
"Kalau lihat kejadian-kejadiannya, menurut saya ada beberapa hal yang dibahas. Bisa saja tentang Abu Bakar, bisa saja tentang ijazah, bisa saja tentang reshuffle, atau dukungan Prabowo-Gibran dua periode," ujarnya.
"Justru saya menilainya dukungan Prabowo-Gibran dua periode itu pasti diungkapkan pada saat itu. Dua jam waktu yang sebentar kalau sambil makan kan," ucapnya.
Hendri juga menyoroti langkah Prabowo yang memanggil dua menteri usai pertemuan, yakni Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin dan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Brian Yuliarto.
Sebab, dia menilai bahwa waktu pemanggilan tersebut cukup menarik perhatian publik karena bertepatan dengan meningkatnya eskalasi isu ijazah Gibran dan potensi dampak kunjungan Ba'asyir terhadap keamanan nasional.
Hensa lantas menuturkan, pertemuan tersebut merupakan pertemuan penting lantaran sampai membuat Jokowi bertandang ke kediaman Prabowo.
"Kalau kemudian sampai Pak Jokowi ketemu Pak Prabowo itu pasti ada hal yang penting. Mungkin salah satu di antara yang saya sebutkan tadi, kalau enggak penting kan Whatsapp-an aja gitu bisa jadi atau teleponan aja," ungkapnya.
Oleh karena itu, Hensa memandang publik harus mengantisipasi kebijakan atau keputusan apa yang keluar setelah pertemuan kedua tokoh bangsa tersebut.
"Pertemuan ini adalah hal yang menarik, sudah pasti, tapi setelah ini kita lihat apakah ada kebijakan-kebijakan yang tiba-tiba muncul pasca pertemuan Pak Prabowo dan Pak Jokowi," imbuh Hensa.
(Tribunnews.com/Rifqah/Fersianus)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.