Jumat, 10 Oktober 2025

Mayjen Freddy Ardianzah: Saya Kapuspen TNI Termuda, Bukti Meritokrasi Berlaku

Presiden Prabowo Subianto menyoroti pentingnya reformasi dalam proses seleksi kepemimpinan di tubuh Tentara Nasional Indonesia (TNI). 

Penulis: Gita Irawan
Editor: Dodi Esvandi
Tribunnews/Gita Irawan
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen (Mar) Freddy Ardianzah bersama Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksma Tunggul (sebelah kanannya) dan Wakapuspen TNI Brigjen Osmar Silalahi usai berolahraga bersama awak media di Lapangan Tridek Mabes TNI Cilangkap Jakarta pada Kamis (9/1/2025). Freddy mengungkapkan bukti tentang suksesi kepemimpinan TNI bukan soal senioritas. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Dalam pidatonya pada peringatan HUT Ke-80 TNI di Silang Monas, Jakarta Pusat, Minggu (5/10/2025), Presiden Prabowo Subianto menyoroti pentingnya reformasi dalam proses seleksi kepemimpinan di tubuh Tentara Nasional Indonesia (TNI). 

Ia menegaskan bahwa promosi jabatan tidak lagi semata-mata berdasarkan senioritas, melainkan harus mengedepankan prestasi dan profesionalisme.

“Kepemimpinan di TNI harus dibangun dengan keteladanan dan profesionalisme, bukan sekadar urutan masa dinas,” tegas Prabowo dalam pidatonya. Menurutnya, setiap prajurit berhak mendapatkan pemimpin yang kompeten dan berintegritas.

Menanggapi pernyataan tersebut, Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen (Mar) Freddy Ardianzah menyatakan bahwa prinsip meritokrasi seperti yang disampaikan Presiden sudah diterapkan di internal TNI, khususnya di lingkungan Markas Besar TNI.

Ia mencontohkan bahwa jabatan Kapuspen TNI dalam beberapa tahun terakhir diisi oleh perwira tinggi dari berbagai angkatan kelulusan yang tidak berurutan. Freddy menyebut jabatan tersebut pernah dipegang oleh Laksda TNI Julius Widjojo (AAL 1989), kemudian oleh Mayjen TNI Nugraha Gumilar (Akmil 1989), dilanjutkan oleh Mayjen TNI Hariyanto (Akmil 1991), lalu Mayjen TNI Kristomei Sianturi (Akmil 1997), dan terakhir oleh dirinya sendiri, lulusan AAL 1998.

“Beberapa kali pimpinan TNI termasuk saya itu junior. Dari Kapuspen leting 1989, kemudian diganti 1991, kemudian 1997. Nah dari 1991 ke 1997 itu kan jaraknya jauh sekali. Pak Kristomei itu baru ke saya. Jadi dari 1989 ke 1991 ke 1997 itu enam leting, enam angkatan dilalui. Itu kan berarti menunjukkan bahwa Bapak Panglima sudah menerapkan itu,” ujar Freddy usai olahraga bersama awak media di Lapangan Tridek, Mabes TNI Cilangkap, Kamis (9/10/2025).

“Kompetensi yang diutamakan. Jadi bukan lagi berdasarkan subjektivitas. Kemampuan, profesionalisme,” lanjutnya.

Baca juga: Cerita Jenderal Bintang Dua Marinir TNI AL yang Hampir Bernasib Seperti Almarhum Praka Zaenal

Freddy menambahkan bahwa pidato Prabowo merupakan arahan strategis bagi pimpinan TNI, dan sejalan dengan reformasi internal yang telah berlangsung selama beberapa dekade.

“Jadi statement Bapak Presiden Republik Indonesia itu merupakan penyampaian yang bersifat perintah strategis ya terhadap pimpinan TNI,” ungkapnya.

“Sehingga memang itu sudah sejalan dan sudah berjalan reformasi di internal TNI, selalu berkala, selalu dievaluasi terus. Jadi itu sudah berjalan,” sambung dia.

Makna Pidato Presiden

Pengamat militer sekaligus Kepala Center for Intermestic and Diplomatic Engagement (CIDE), Anton Aliabbas, menilai bahwa gagasan Prabowo layak diapresiasi. 

Menurutnya, selama ini faktor senioritas sering menjadi pertimbangan utama dalam promosi dan mutasi prajurit, sementara aspek lain seperti riwayat pendidikan dan penugasan kerap terabaikan.

Akibatnya, kata Anton, muncul dugaan favoritisme atau kecenderungan memihak pada individu atau kelompok tertentu yang mendapat perlakuan istimewa.

Ia juga mencatat bahwa kebijakan internal TNI telah mendukung arah reformasi tersebut, termasuk pemangkasan Masa Dalam Pangkat (MDP) perwira. 

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved