Lakpesdam PWNU dan UIN Surakarta Gelar Workshop Wujudkan Desa Inklusif untuk Perempuan dan Anak
Workshop Desa Ramah Perempuan dan Anak, Dorong Kesadaran Kolektif Wujudkan Kebijakan Inklusif
Setelah sesi diskusi, dua kelompok mempresentasikan hasil gagasannya di depan peserta lain.
Mereka menjelaskan bagaimana desa ideal versi mereka menempatkan perempuan dan anak sebagai penentu arah kebijakan lokal, bukan sekadar penerima manfaat.
Dalam penutupnya, Maria mengingatkan pentingnya mengubah pola pikir bersama agar perubahan sosial bisa benar-benar terjadi.
"Perubahan sosial tidak akan terjadi jika kita hanya diam dan merasa cukup dengan keadaan yang ada. Dibutuhkan keberanian untuk berpikir ulang dan mengubah pola pikir bersama," ungkapnya.
Ia juga menjelaskan tiga kelas dalam kerangka perubahan sosial: Power (kekuasaan), Prestise (wibawa), dan Privilege (keistimewaan).
Menurutnya, ketiganya harus dipahami secara adil agar hak dan peluang bisa diakses oleh semua, termasuk perempuan dan anak.
Baca juga: Fatma Saifullah Yusuf Dorong Kolaborasi dan Gerakan Sinergi Batik Inklusif di Kota Solo
Kolaborasi Nyata untuk Desa Inklusif
Kegiatan ini menjadi ruang perjumpaan antara akademisi, aktivis, dan masyarakat dalam merumuskan arah perubahan sosial.
Kolaborasi antara Lakpesdam PWNU Jawa Tengah dan UIN Raden Mas Said Surakarta bukan sekadar kerja sama kelembagaan, tetapi wujud nyata komitmen mengarusutamakan nilai keadilan, kesetaraan, dan kepedulian sosial.
Melalui workshop ini, harapan untuk mewujudkan Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA) bukan lagi sebatas wacana, melainkan langkah awal menuju gerakan sosial yang berkelanjutan dan berpihak pada kemanusiaan.
(Tribunnews.com)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.