Warga Perkotaan Padat Penduduk Rentan Terpapar Mikroplastik
Pada studi hewan, mikroplastik sudah ditemukan di beberapa organ dan berpotensi menyebabkan gangguan reproduksi.
Dari sisi industri perlu mengembangkan sistem pengembalian kemasan dan daur ulang produk.
“Program pengurangan sampah bisa dilakukan lewat kolaborasi industri dan masyarakat. Intinya, sampah harus dikurangi dari sumbernya,” ujarnya.
Keberadaan mikroplastik yang kini ditemukan di atmosfer, bahkan pada air hujan dan awan, memperlihatkan bahwa siklus plastik telah menjangkau seluruh lapisan lingkungan. Riset di Jepang menunjukkan partikel mikroplastik ditemukan di awan, menandakan bahwa polusi ini telah bersifat global.
Fenomena ditemukannya mikroplastik dalam air hujan di Jakarta menandai fase baru pencemaran lingkungan yang berpotensi mengancam kesehatan manusia.
Hasil riset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menunjukkan partikel plastik mikroskopis tersebut berasal dari serat sintetis pakaian, debu kendaraan, hingga sisa pembakaran sampah plastik.
Mikroplastik yang melayang di udara kemudian terbawa angin dan turun kembali bersama air hujan.
Secara terpisah, dokter spesialis paru (Pulmonologi dan Respirasi)Prof. Dr. dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P(K), FISR, FAPSR menuturkan risiko kesehatan yang bisa terjadi.
Mikroplastik yang berukuran sangat kecil bisa terhirup dan masuk ke saluran pernapasan.
“Mikroplastik merupakan partikel-partikel plastik halus hasil degradasi plastik dengan ukuran 1 milimeter sampai dengan 5 milimeter,” tutur Prof Agus kepada awak media di Jakarta, Kamis (24/10/2025).
Mikroplastik di udara yang terhirup untuk ukuran di atas 5 milimeter umumnya hanya sampai saluran napas atas.
Efeknya menyebabkan iritasi di hidung dan saluran napas atas menimbulkan keluhan hidung berair, gatal-gatal di hidung, sakit tenggorokan hingga batuk.
Sementara, mikroplastik dengan ukuran 0,5 milimeter sampai dengan 5 milimeter bisa sampai saluran napas bawah dan alveoli paru.
Efeknya bisa menimbulkan iritasi dan peradangan saluran napas bawah dan paru sehingga timbul gejala batuk-batuk, berdahak, sesak napas.
Dalam jangka panjang mikroplastik yang terhirup, berpotensi menimbulkan penyakit paru seperti asma, PPOK, peradangan paru, penyakit fibrosis paru hingga kanker paru.
Karena itu dalam mencegah efek jangka pendek dan panjang, dokter Agus mengingatkan kembali untuk penggunaan masker ketika aktivitas di luar ruangan terutama saat polusi atau banyak debu.
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan istirahat cukup dan makan bergizi.
“Kurangi mikroplastik di udara dengan tidak membakar sampah sendiri, serta mengurangi produk plastik dalam keseharian,” pesan Guru Besar FKUI ini.
(Tribunnews.com/ Rina Ayu)
| Apa Beda Keracunan dan Alergi Makanan? Kenali Tanda dan Cara Pertolongan Pertama |
|
|---|
| Viral Air Hujan Mengandung Mikroplastik, Peneliti BRIN Ungkap Penyebab, Dampak, dan Solusi |
|
|---|
| Riset BRIN Ungkap Air Hujan di Jakarta Mengandung Mikroplastik, Ini Bahayanya terhadap Satwa Liar |
|
|---|
| Mengandung Mikroplastik! Jangan Sembarangan Manfaatkan Air Hujan di Jakarta, Ikuti Cara Aman Ini |
|
|---|
| Air Hujan di Jakarta Mengandung Mikroplastik, Segera Mandi Air Bersih Usai Kehujanan? |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.