Rabu, 5 November 2025

Radikalisme Digital Jadi Sorotan, LP2M UIN Surakarta Gaungkan Moderasi dan Etika Bermedia

LP2M UIN Surakarta merumuskan langkah konkret untuk memperkuat moderasi beragama sekaligus menangkal radikalisme dan ekstremisme di ruang digital.

Istimewa
WORKSHOP MODERASI BERAGAMA - Para peserta workhshop Penguatan Moderasi Beragama pada Era Digital yang digelar Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Raden Mas Said Surakarta berfoto di akhir sesi acara. Workshop ini digelar di Hotel Lor In Syariah, Surakarta, pada 31 Oktober–1 November 2025. 

Paparan Para Pakar

Instruktur Moderasi Beragama Dr. Mayadina Rohmi Musfiroh membuka sesi pertama dengan pemaparan tentang konsep moderasi beragama dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Berikutnya, Ali Formen, M.Ed., Ph.D. dari Universitas Negeri Semarang membahas pentingnya literasi digital dan etika bermedia.

Menurutnya, kemampuan memilah informasi dan bersikap bijak di media sosial adalah langkah awal membentengi diri dari pengaruh ekstremisme.

Pada hari kedua, Dr. Luthfi Makhasin, S.IP., M.A., Ph.D. dari Universitas Jenderal Sudirman mengajak peserta melihat praktik baik penerapan nilai-nilai moderasi dari berbagai daerah yang dapat direplikasi di komunitas masing-masing.

Baca juga: Cegah Paham Radikalisme Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Datangi Kampus UIN Semarang Jateng

Etika Bermedia Jadi Cermin Moderasi

Etika bermedia menjadi benang merah dari seluruh diskusi. Moderasi beragama, kata para narasumber, tidak hanya soal keyakinan, tapi juga tentang bagaimana seseorang berperilaku di dunia digital.

Setiap unggahan, komentar, hingga konten yang dibagikan di media sosial mencerminkan sejauh mana nilai-nilai toleransi dihayati oleh masyarakat.

Karena itu, literasi digital dan kesadaran etis dalam bermedia disebut sebagai “vaksin” utama menghadapi penyebaran kebencian dan paham intoleran.

Jejaring Moderasi dan Harapan Baru

Di penghujung acara, para peserta bersepakat membangun jejaring antarlembaga dan komunitas untuk memperkuat gerakan moderasi beragama di tingkat lokal.

Harapannya, alumni workshop ini dapat menjadi agen perubahan — menyuarakan Islam yang ramah, menjaga ruang digital tetap sehat, serta merawat kerukunan di tengah kemajemukan bangsa.

Nilai-nilai itu diharapkan terus bergema setelah para peserta kembali ke daerah masing-masing, membawa semangat moderasi dari Surakarta untuk Indonesia yang lebih damai.

(Tribunnews.com/Tio)

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved