Senin, 10 November 2025

Jenis Wayang Populer di Indonesia, Lengkap dengan Asal Mula Kemunculan Wayang

Hari Wayang nasional diperingati pada tanggal 7 November, berikut jenis wayang yang populer di Indonesia, lengkap dengan sejarah asal mulanya.

WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA NUGRAHA
WAYANG - Kerajinan wayang dari Yogyakarta hadir di Jakarta Fair 2022 Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (20/6/2022). Asal mula wayang dan jenis wayang terpopuler di Indonesia. 

TRIBUNNEWS.COM - Hari ini merupakan hari peringatan bersejarah bagi bangsa Indonesia.

7 November 2025 diperingati sebagai Hari Wayang Nasional.

Dikutip dari Kemdikbud.go.id, peringatan Hari Wayang Nasional pertama kali ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) melalui Keputusan Presiden Nomor 30 Tahun 2018.

Mengutip dari Kemenkopmk.go.id, peringatan hari wayang nasional diperingati karena wayang sendiri merupakan salah satu warisan budaya Indonesia.

Peringatan ini menjadi bentuk wujud kepedulian pada warisan budaya Indonesia dan bertujuan untuk mendorong apresiasi masyarakat terhadap wayang sebagai aset budaya nasional.

Baca juga: Legenda Wayang Kulit Manusia Jadi Buah Bibir Usai Diulas Ghoat Ranger Indonesia

Sejarah Asal Mula Wayang

Wayang adalah salah satu warisan budaya khas dari Indonesia.

Penamaan Wayang ini diambil dari bahasa Jawa, dari kata wewayanganing ngaurip.

Kata tersebut berarti wayang adalah refleksi kehidupan.

Wayang sendiri memiliki nilai-nilai intangible (tidak berwujud).

Mengutip dari diskominfo.sukoharjokab.go.id, wayang merupakan seni pertunjukan yang juga mejadi perwujudan nilai-nilai budaya yang harus terus dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat.

Wayang merupakan salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia yang paling menonjol di antara banyak karya budaya lainnya.

Dikutip dari kemendikdasmen.go.id, wayang merupakan salah satu ekspresi budaya adiluhung bangsa Indonesia yang sarat nilai tontonan (falsafah), dan tuntunan hidup (filsafat).

Makna-nilai disajikan dalam rupa wayang, jalan cerita yang dituturkan, dan gending yang dihasilkan dari instrumen gamelan sebagai iringan musiknya.

Nilai-nilai tersebut dikemas secara indah dan mudah dipahami, sehingga terpatri kuat dalam tata kehidupan masyarakat Nusantara.

Data-data arkeologis menunjukkan bahwa budaya wayang bersumber dari Jawa lalu menyebar luas ke seluruh penjuru Nusantara.

Merujuk berbagai prasasti, relief candi, dan karya sastra yang dijumpai, cerita wayang telah berkembang sejak era Mataram Hindu abad ke 8-9 M.

Sedangkan sebagai bentuk pertunjukan, wayang telah tumbuh berkembang pesat pada era Majapahit abad ke 14-15 M.

Perjalanan budaya wayang yang panjang dan menyebar luas ke seluruh penjuru Nusantara melahirkan beragam rupa dan corak bahan yang digunakan, cara penyajian, dan cerita yang dikemas dalam lakon pada pertunjukan.

Berdasarkan ceritanya, dikenal wayang purwa, wayang panji, wayang potehi, wayang kancil, wayang menak, dan wayang wahyu.

Dari aspek rupa ada wayang beber, wayang kulit, wayang golek, wayang klithik, dan wayang suket.

Dari aspek bahan, ada wayang yang dibuat dari kulit, kayu, rumput, dan kain.

Sementara dari asal daerahnya dikenal wayang gagrak Surakarta, wayang gagrak Yogyakarta, wayang gagrak Cirebon, wayang Bali, wayang Sasak (Lombok), wayang Madura, wayang Palembang, wayang Banjar, dan seterusnya.

Baca juga: Ira Wibowo dan Maudy Koesnaedi akan Tampil di Panggung Wayang Orang Gatotkaca

Wayang yang Populer di Indonesia

Mengutip dari buku Wayang Pengayaan Bahan Ajar Muatan Lokal, yang ditulis oleh Mikka Wildha N dkk, terbitan Kemdikbudristek tahun 2014, terdapat beberapa daftar wayang terpopuler yang ada di Indonesia.

Wayang yang terpopuler di Indonesia antara lain, Wayang Kulit Purwa Jawa, Wayang Parwa, Wayang Sasak, Wayang Golek Sunda, Wayang Banjar dan Wayang Palembang.

1. Wayang Kulit Purwa (Jawa)

Asal daerah: Jawa Tengah dan Jawa Timur

Bahan: Kulit kerbau yang dipahat dan diberi warna (disebut wayang kulit).

Tokoh cerita: Diambil dari kisah Mahabharata dan Ramayana.

Ciri khas:

  • Pertunjukan menggunakan kelir (layar putih) dan blencong (lampu minyak).
  • Dalang memainkan boneka wayang di balik kelir sehingga bayangannya terlihat di layar.
  • Iringan gamelan Jawa dan suluk (nyanyian dalang).
  • Mengandung ajaran moral, filsafat hidup, dan nilai spiritual Jawa seperti sabda pandita ratu, tata krama, dan kehalusan budi.

Makna budaya:

Wayang Kulit Purwa dianggap sebagai bentuk seni tertinggi masyarakat Jawa — bukan sekadar hiburan, tetapi juga media pendidikan, ritual, dan dakwah budaya.

2. Wayang Parwa (Bali)

Asal daerah: Bali

Cerita: Diambil dari Itihasa Parwa, yaitu bagian kisah Mahabharata.

Bentuk: Wayang kulit seperti di Jawa, tetapi gaya tokoh dan pewarnaannya khas Bali (lebih ekspresif dan berwarna terang).

Ciri khas:

  • Cerita lebih menonjolkan nilai-nilai agama Hindu dan spiritualitas Bali.
  • Dibalut dengan upacara dan sesajen sebagai bagian dari ritual keagamaan.
  • Dalang Bali sering berperan sebagai pemuka adat atau tokoh spiritual.

Makna budaya:

Wayang Parwa tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sarana penyampaian ajaran dharma (kebenaran) dan nilai-nilai Hindu dalam masyarakat Bali.

Baca juga: Tour Wayang Golek Santri Malaysia 2025: Merajut Persaudaraan Negeri Serumpun

3. Wayang Sasak (Lombok, NTB)

Asal daerah: Pulau Lombok (Suku Sasak, Nusa Tenggara Barat)

Cerita: Berasal dari kisah Menak, yaitu versi Islam dari Amir Hamzah, paman Nabi Muhammad SAW.

Bahan: Wayang kulit seperti di Jawa, tetapi bentuk tokohnya lebih sederhana.

Ciri khas:

  • Cerita mengandung nilai Islam, seperti perjuangan, dakwah, dan keimanan.
  • Bahasa pengantar campuran Sasak, Jawa, dan Arab Melayu.
  • Biasanya dimainkan pada acara keagamaan, khitanan, atau maulid.

Makna budaya:

Wayang Sasak merupakan wujud akulturasi antara budaya Jawa dan Islam di Lombok, menggambarkan bagaimana tradisi lokal menyesuaikan dengan ajaran agama.

4. Wayang Golek (Sunda)

Asal daerah: Jawa Barat (Sunda)

Bahan: Terbuat dari kayu, berbentuk tiga dimensi (boneka).

Cerita: Umumnya kisah Menak, Ramayana, atau cerita rakyat Sunda.

Ciri khas:

  • Tokohnya berbentuk boneka kayu berwarna cerah.
  • Dalang memegang tongkat di badan dan kepala wayang untuk menggerakkannya.
  • Bahasa pengantar: Bahasa Sunda dan diiringi gamelan Sunda (degung) dan sinden (penyanyi).

Makna budaya:

Wayang Golek menjadi sarana hiburan rakyat sekaligus media pendidikan moral dan sosial bagi masyarakat Sunda. Tokoh Cepot, misalnya, terkenal lucu tapi penuh nasihat.

5. Wayang Banjar (Kalimantan Selatan)

Asal daerah: Kalimantan Selatan (Suku Banjar)

Bahan: Kulit atau kertas tebal, digambar dan diwarnai.

Cerita: Adaptasi dari Mahabharata dan Ramayana, tetapi disesuaikan dengan nilai Islam.

Ciri khas:

  • Bahasa pengantar: Bahasa Banjar.
  • Musik pengiring khas Banjar (rebab, gendang, dan gong).
  • Penampilan tokohnya sederhana, tapi penuh warna lokal.

Makna budaya:

Wayang Banjar menunjukkan akulturasi budaya Jawa dan Banjar, menggambarkan penyebaran budaya wayang dari Jawa ke Kalimantan melalui jalur perdagangan dan dakwah Islam.

6. Wayang Palembang (Sumatera Selatan)

Asal daerah: Palembang, Sumatera Selatan

Cerita: Kisah Menak Amir Hamzah dan beberapa kisah lokal.

Bahan: Kulit tipis atau kertas tebal yang digambar manual.

Ciri khas:

  • Dikenal juga sebagai Wayang Menak Palembang.
  • Menggabungkan unsur Islam dan tradisi Melayu.
  • Iringan musik rebana, gendang, dan alat musik Melayu lainnya.
  • Bahasa pengantar: Bahasa Melayu Palembang.

Makna budaya:

Wayang Palembang menjadi media penyebaran ajaran Islam dan nilai moral melalui seni pertunjukan, menggambarkan perpaduan budaya Jawa, Melayu, dan Arab di wilayah Sumatera Selatan.

(Tribunnews.com/Oktavia WW)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved