Gelar Pahlawan Nasional
Profil Jenderal Sarwo Edhie Wibowo yang Dapat Gelar Pahlawan Nasional
Presiden Prabowo Subianto menganugerahkan gelar pahlawan nasional tahun 2025 kepada 10 tokoh, salah satunya ialah Sarwo Edhie Wibowo.
Ringkasan Berita:
- Presiden Prabowo Subianto menganugerahkan gelar pahlawan nasional tahun 2025 kepada 10 tokoh, salah satunya ialah Sarwo Edhie Wibowo.
- Penganugerahan tersebut dilakukan di Istana Negara, Jakarta, Senin (10/11/2025).
- Sarwo Edhie Wibowo adalah seorang tokoh militer Indonesia yang lahir pada 25 Juli 1927 dan meninggal dunia pada 9 November 1989.
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Prabowo Subianto menganugerahkan gelar pahlawan nasional tahun 2025 kepada 10 tokoh, salah satunya ialah Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo.
Penganugerahan tersebut dilakukan di Istana Negara, Jakarta, Senin (10/11/2025).
Penganugerahan ini dilakukan berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) Nomor 116/TK/Tahun 2025 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.
"Marilah kita sejenak mengenang arwah dan jasa-jasa para pahlawan yang telah berkorban untuk kemerdekaan, kedaulatan, dan kehormatan bangsa Indonesia yang telah memberi segala-galanya agar kita bisa hidup merdeka dan kita bisa hidup dalam alam yang sejahtera," ujar Presiden saat mengheningkan cipta.
Profil Sarwo Edhie
Sarwo Edhie Wibowo adalah seorang tokoh militer Indonesia yang lahir pada 25 Juli 1927 dan meninggal dunia pada 9 November 1989.
Ia merupakan anak dari pasangan Raden Kartowilogo dan Raden Ayu Sutini.
Keluarga orang tua Edhie adalah pegawai dari pemerintah kolonial Belanda.
Sejak kecil, Edhie sangat suka belajar silat sebagai bentuk pertahanan diri.
Saat mulai tumbuh dewasa, dirinya mulai kagum dengan tentara Jepang.
Pada 1942, ketika Jepang menguasai Indonesia, Sarwo Edhie pergi ke Surabaya untuk mendaftar sebagai prajurit Pembela Tanah Air (PETA).
Setelah kemerdekaan Indonesia, ia lantas bergabung dengan Badan Keamanan Rakyat (BKR).
BKR merupakan organisasi milisi yang menjadi cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Baca juga: Profil Mochtar Kusumaatmadja Sandang Gelar Pahlawan Nasional, Kukuhkan Prinsip Negara Kepulauan
Keluarga Sarwo Edhie
Sarwo Edhie menikah dengan Sunarti Sri Hadiyah binti Danu Sunarto, mereka mempunyai 7 anak.
Mereka adalah Widjiasih Tjahjasasi, Wirahasti Tjendrawasih, Kristiani Herrawati, Mastuti Rahaju, Pramono Edhie Wibowo, Retno Tjahjaningtyas, dan Hartanto Edhie Wibowo.
Kristiani Herrawati alias Ani Yudhoyono merupakan istri dari Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Karier Sarwo Edhie
Dilansir Kompas.com, Sarwo Edhie diangkat menjadi Komandan Batalion di Divisi Diponegoro (1945—1951).
Selanjutnya, ia ditunjuk sebagai Komandan Resimen Divisi Diponegoro (1951—1953).
Kemudian, Edhie menjabat sebagai Wakil Komandan Resimen di Akademi Militer Nasional (1959—1961).
Pada 1962-1964, Sarwo Edhie ditunjuk menjadi Kepala Staf Resimen Pasukan Komando (RPKAD).
Ketika dirinya menjabat sebagai komandan RPKAD, pecah peristiwa Gerakan 30 September (G30S) pada 1965.
Saat itu, sebanyak enam jenderal dan satu perwira tewas.
Sarwo Edhie yang berpihak kepada Soeharto ingin menumpas Partai Komunis Indonesia (PKI).
Soeharto lantas menunjuk Sarwo Edhie sebagai penanggung jawab untuk memulihkan keadaan setelah pecahnya G30S.
Berdasarkan laporan Sarwo Edhie, operasi penumpasan PKI yang dilakukannya memakan hingga tiga juta korban jiwa di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali.
Setelah kekuasaan Orde Lama di bawah Soekarno digantikan oleh era Orde Baru di mana Soeharto menjadi Presiden ke-2 RI, Sarwo Edhie menjabat sebagai Panglima Kodam II/Bukit Barisan di Sumatera.
Pada 1970-an, Edhie diamanahi sebagai Gubernur Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) di Magelang.
Selanjutnya, pada 1974, Sarwo Edhie ditunjuk sebagai duta besar Indonesia untuk Korea Selatan di Seoul hingga 1976.
Semenjak itu, karier Edhie perlahan redup dan dirinya meninggal dunia pada 9 November 1989.
Ia dimakamkan di Kampung Ngupasan, Kelurahan Pangenjurutengah, Purworejo, Jawa Tengah.
10 Tokoh Dapat Gelar Pahlawan
Berikut tokoh-tokoh yang mendapatkan gelar pahlawan pada 10 November 2025:
- Abdurachman Wahid (Jawa Timur)
- Jenderal Besar TNI Soeharto (Jawa Tengah)
- Marsinah (Jawa Timur)
- Mochtar Kusumaatmaja (Jawa Barat)
- Hajjah Rahma El Yunusiyyah (Sumatera Barat)
- Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo (Jawa Tengah)
- Sultan Muhammad Salahuddin (NTB)
- Syaikhona Muhammad Kholil (Jawa Timur)
- Tuan Rondahaim Saragih (Sumatera Utara)
- Zainal Abisin Syah (Maluku Utara).
Sebagai informasi, Hari Pahlawan Nasional diperingati setiap tanggal 10 November untuk mengenang jasa para pahlawan Indonesia, khususnya mereka yang gugur dalam Pertempuran Surabaya tahun 1945.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Indonesia menghadapi ancaman dari pasukan Sekutu dan Belanda yang ingin kembali berkuasa.
Pada 10 November 1945, terjadi pertempuran besar antara rakyat Surabaya dan pasukan Inggris yang dipimpin Brigjen AWS Mallaby.
Pertempuran berlangsung selama tiga minggu dan menelan banyak korban jiwa.
Akhirnya tanggal 10 November ditetapkan sebagai Hari Pahlawan melalui Keputusan Presiden No. 316 Tahun 1959.
Tema Hari Pahlawan 2025 ialah “Pahlawan Teladanku, Terus Bergerak, Melanjutkan Perjuangan”.
Tema ini mengajak masyarakat untuk meneladani semangat juang para pahlawan dan terus berkarya demi kemajuan bangsa.
(Tribunnews.com/Deni/Taufik)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.