Selasa, 11 November 2025

Ledakan di Jakarta Utara

Pelaku Ledakan di SMAN 72 Jakarta Sering Internetan Pakai Ponsel dan Laptop di Kamar

Teman-teman F juga sering datang bermain ke rumahnya untuk belajar kelompok. Akan tetapi perilaku F mulai berubah sejak bersekolah di SMAN 72 Jakarta.

|
Editor: willy Widianto
Tribunnews/Fahdi Fahlevi
LEDAKAN SMAN 72 - Ratusan siswa mendatangi SMAN 72 Jakarta, Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada Sabtu (8/11/2025) sore. 
Ringkasan Berita:
  • Saat SMP teman F banyak dan sering datang ke rumah
  • F hanya keluar rumah saat berangkat sekolah dan ke tukang fotokopi
  • F sering berselancar di dunia maya

 

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Terduga pelaku ledakan di masjid SMAN 72 Kelapa Gading, Jakarta Utara berinisial F diduga menjadi korban perundungan alias bullying. Remaja kelas XII tersebut padahal sebelumnya dikenal sebagai sosok yang ceria dan pandai bergaul.

Baca juga: Cerita Penjual Teh Saat Ledakan di SMAN 72 Jakarta, Sempat Mengira Gas Meledak hingga Ban Pecah

Teman-teman F juga sering datang bermain ke rumahnya untuk belajar kelompok. Namun, perilaku F mulai berubah sejak masuk ke SMAN 72 Jakarta.

Rumahnya mendadak sunyi senyap karena tidak ada lagi teman-teman sebayanya datang. "Saat SMP menurut dari anak pegawai (rekan kerja ayah F) yang sudah dewasa, dia sering ke rumah banyak temannya, kerja kelompok sering. Tapi setelah SMA mulai nggak ada teman," ujar tetangga rumah F bernama Danny, Senin(10/11/2025).

F juga tidak memiliki perilaku aneh dan catatan buruk di sekitar lingkungan rumahnya. F diketahui hanya keluar rumah saat ada keperluan atau saat berangkat ke sekolah.

"Aktivitasnya itu sekolah, terus pulang kerumah, besok begitu lagi. Sekuriti sini juga lihat begitu. Paling keluar lagi pas diantar ayahnya ke tukang fotokopi," ujar Danny.

FN disebut hanya bersosialisasi ketika dirinya hendak makan saja. 

Selebihnya, ia lebih memilih untuk mengurung diri di kamar dengan laptop dan handphonenya dan asyik dengan dunianya sendiri di dunia maya.

"Sama juga di rumah tidak pernah berinteraksi dengan anak-anak sebayanya di sini ya, dengan pegawai di rumah juga, sesama yang tinggal di sana juga sangat jarang berkomunikasi," ujarnya.

Bahkan, pemilik rumah yang merupakan bos ayahnya FN pun bercerita kepada Danny jika dirinya tak pernah ditegur ketika berpapasan dengan anak pegawainya tersebut. 

Perubahan sikap itu, disebut Danny, sangat terasa ketika ia menginjak masa SMA.

Padahal, saat F masih menimba ilmu di jenjang SMP, ia dikenal sebagai anak yang ceria dan mudah bergaul.

Diketahui seorang siswa nekat meledakan sekolahnya saat salat Jumat berlangsung Jumat (7/11/2025). 

F meledakan masjid yang ada di sekolahnya dan melukai puluhan orang yang tengah ibadah.

Baca juga: Cerita Siswa yang Dekat dari Sumber Ledakan di SMAN 72: Suaranya Keras Banget

Usai melakukan perbuatannya, F nekat mengakhiri hidup. Namun nyawanya berhasil diselamatkan setelah mendapatkan penanganan medis. 

Usut punya usut, diduga F menjadi korban perundungan di sekolahnya. Siswa kelas XII itu dikenal tidak memiliki teman sebaya dan dijauhi karena dianggap aneh.

Namun demikian Polisi masih mendalami motif FN melakukan teror di sekolahnya. 

Kasus ini pun menjadi perhatian DPR RI, Pemprov DKI Jakarta, hingga Kementerian.

Psikolog Anak Remaja dan Keluarga Sani Budiantini Hermawan menilai pelaku anak Peledakan SMA Negeri 72 Jakarta sesungguhnya adalah korban sebenarnya. 

Pelaku inisial F yang diketahui masih berusia 17 tahun meledakan bom rakitan di masjid SMA Negeri 72 Jakarta saat salat Jumat berlangsung pada Jumat (7/11/2025).

Sani mengatakan bahwa FN merupakan korban dari sistem yang terjadi di dalam lingkungannya terutama sekolah.

Kabar bahwa F adalah korban perundungan bisa jadi membuat anak tersebut terganggu mentalnya. 

Di mana F tidak bisa menyalurkan kemarahannya terhadap teman yang merundungnya. 

Akibatnya kata Sani, F menyalurkan rasa kebencian dan amarahnya dengan menyaksikan konten-konten negatif terkait teror di media sosial. 

Pun hal ini bisa dilihat dari tokoh-tokoh terorisme yang menjadi idola F dan tertulis di senjata mainan yang dipakainya saat melakukan aksi teror. 

“Jadi jangan anak ini ditempatkan seolah-olah menjadi pelaku, karena dia itu korban, korban dari sistem yang ada di lingkungannya,” jelas Sani.

Aksi peledakan dan teror tersebut kata Sani bisa jadi dipilih F lantaran siswa tersebut menganggap sistem tidak bisa melindunginya.

 

Artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul 'Pelaku Peledakan SMA Negeri 72 Jakarta Sempat Jadi Anak Ceria Saat SMP' 

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved