Megathrust
Mengenal Gempa Megathrust, Bisakah Diprediksi? Ketahui Zona, Tanda-Tanda, Dampak dan Upaya Mitigasi
Mengenal gempa megathrust, zona subduksi di Indonesia, mengapa perlu waspada? apa saja tanda-tandanya? apa dampaknya jika terjadi dan upaya mitigasi.
Sejarah mencatat beberapa gempa dan tsunami besar yang disebabkan oleh aktivitas di zona megathrust, seperti gempa dan tsunami Aceh pada tahun 2004 yang menewaskan ratusan ribu orang.
Diketahui dari data BMKG, berikut zona dan potensi magnitudo gempa megathrust di wilayah Indonesia:
- Megathrust Aceh-Andaman
Magnitudo: 9.2 - Megathrust Nias-Simeulue
Magnitudo: 8.7 - Megathrust Batu
Magnitudo: 7.8 - Megathrust Mentawai-Siberut
Magnitudo: 8.9 - Megathrust Mentawai-Pagai
Magnitudo: 8.9 - Megathrust Enggano
Magnitudo: 8.4 - Megathrust Selat Sunda
Magnitudo: 8.7 - Megathrust West-Central Java
Magnitudo: 8.7 - Megathrust East Java
Magnitudo: 8.7 - Megathrust Sumba
Magnitudo: 8.5 - Megathrust North Sulawesi
Magnitudo: 8.5 - Megathrust Philippine
Magnitudo: 8.2 - Megathrust Papua
Magnitudo: 8.7
Mengapa Perlu Waspada Gempa Megathrust?
Dari catatan BMKG, diketahui segmen megathrust di Selat Sunda terakhir kali melepaskan gempa besar pada tahun 1757.
Sementara itu, segmen Mentawai-Siberut belum aktif sejak gempa tahun 1797.
Kondisi tersebut dikenal sebagai Seismic Gap, yaitu wilayah yang secara geologis menyimpan potensi besar karena lama tidak melepaskan energi.
Jadi, meskipun belum terjadi, potensi gempa megathrust itu nyata dan harus kita waspadai.
Sebab hingga kini, tidak ada teknologi yang bisa memprediksi waktu, lokasi, dan kekuatan gempa secara pasti.
BMKG mengingatkan sejumlah wilayah yang termasuk zona megathrust agar lebih waspada, sebab menyimpan potensi besar karena sudah lama tidak melepaskan energi.
Namun, bukan berarti gempa akan terjadi dalam waktu dekat.
Apa Tanda-Tanda Terjadi Gempa Megathrust dan Tsunami?
Baca juga: Gempa 6,3 SR Guncang Mazar-i-Sharif Afghanistan, 20 Tewas, 300 Lebih Terluka, Masjid Biru Rusak
1. Terjadinya Gempa Bumi Kuat di Wilayah Pesisir atau Bawah Laut
Salah satu indikator utama potensi tsunami akibat gempa megathrust adalah terjadinya gempa bumi dengan magnitudo besar, umumnya di atas 6,5 skala Richter.
Jika pusat gempa berada di bawah laut dengan kedalaman kurang dari 30 kilometer, dan guncangannya terasa kuat di wilayah pesisir, maka hal ini patut diwaspadai sebagai pemicu tsunami.
Masyarakat yang merasakan gempa kuat selama lebih dari 30 detik di dekat pantai sebaiknya segera menjauh ke tempat yang lebih tinggi tanpa menunggu peringatan resmi.
2. Perilaku Aneh pada Hewan Laut dan Darat
Beberapa hewan memiliki kepekaan terhadap perubahan geofisika yang tidak disadari manusia. Sebelum terjadi tsunami, hewan-hewan seperti burung, anjing, atau ikan sering menunjukkan perilaku tidak biasa.
Misalnya melarikan diri dari pantai, berkumpul di tempat tinggi, atau berenang ke arah daratan.
Perubahan perilaku fauna ini bisa menjadi sinyal alami bahwa ada gangguan besar di bawah permukaan bumi atau laut.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.