Minggu, 23 November 2025

PP KAMMI dan Kementan Gelar Sosialisasi, Bahas Swasembada Pangan Mustahil Tanpa Irigasi Stabil

Dr. Asmarhansyah, menjelaskan prioritas utama pemerintah dalam memastikan ketersediaan air untuk sektor pertanian.

Penulis: Wahyu Aji
HO/IST
SWASEMBADA PANGAN - Diskusi “Sosialisasi Program Strategis Ditjen Lahan dan Irigasi Pertanian dalam Mendukung Swasembada Pangan Nasional” yang digelar di Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Malang, Jumat (21/11/2025). 

“Kita bicara visi lumbung pangan dunia, tetapi harga beras masih tinggi di pasar rakyat. Itu menunjukkan ada persoalan tata kelola distribusi dan pascapanen yang belum rampung," ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, Aulia juga memberikan apresiasi terbuka kepada Menteri Pertanian yang dinilainya berhasil mengambil langkah berani dalam menahan impor beras dan menjaga kesejahteraan petani.

“Kami mengapresiasi langkah Menteri Pertanian yang sudah tidak melakukan impor serta menaikkan harga pembelian padi menjadi Rp 6.500. Ini langkah penting untuk melindungi petani,” ujarnya.

Namun, Aulia menegaskan bahwa langkah tersebut belum cukup apabila tidak diikuti dengan perbaikan tata kelola distribusi dan manajemen penyimpanan pangan.

“Kami menghargai keberpihakan kepada petani, tetapi swasembada tidak akan berarti apa-apa kalau distribusinya tidak diperbaiki. Gudang harus modern, rantai pasok harus efisien, dan harga di masyarakat harus turun. Jika distribusi tidak dibenahi, swasembada hanya berhenti di angka produksi, bukan kesejahteraan rakyat,” tegasnya.

Ia kemudian menekankan betapa vitalnya peran Ditjen Lahan dan Irigasi Pertanian dalam keseluruhan agenda swasembada.

“Maka peran Ditjen LIP sangat vital dalam mensukseskan swasembada pangan. Irigasi yang stabil adalah titik sentral produksi. Jika air dijamin dan infrastruktur diperkuat, maka petani mampu meningkatkan hasil panen dan harga di masyarakat dapat ditekan," katanya.

Sementara itu, Plt. Sekretaris BPPSDMP Kementan, Nurul Qomariyah, mengungkap pentingnya regenerasi petani dalam memperkuat ketahanan pangan nasional.

Ia menyampaikan bahwa petani muda merupakan garda terdepan dalam modernisasi pertanian.

“Petani muda bukan hanya penyedia pangan, tetapi penggerak ekonomi dan pencipta lapangan kerja,” ujarnya.

Baca juga: Guru Besar Ekonomi Pertanian Kini Sebut Indonesia Beyond Swasembada Pangan

Nurul menekankan percepatan modernisasi pertanian melalui penggunaan drone, transplanter, traktor modern, hingga combine harvester sebagai kebutuhan mendesak, bukan sekadar pilihan.

Kegiatan ini menunjukkan bahwa ketahanan pangan nasional membutuhkan kerja bersama antara pemerintah, pemuda, dan petani muda dalam menghadapi tantangan perubahan iklim, perbaikan irigasi, distribusi pangan, hingga stabilisasi harga.

“Mahasiswa dan petani muda bukan penonton. Kami ada di garda depan memastikan masa depan pertanian bangsa. Negara harus hadir, mulai dari air, distribusi, hingga harga," kata Aulia.

Sumber: Tribunnews.com
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved