Minggu, 21 September 2025

Harga Bitcoin Kembali Naik Tembus Level 110 Ribu Dolar AS, Berikut Faktor Pendorongnya

Harga Bitcoin (BTC) kembali mengalami kenaikan tembus ke level 110.000 dolar AS pada 10 Juni 2025

Editor: Sanusi
dok.
HARGA BITCOIN - Harga Bitcoin (BTC) mengalami kenaikan ke level 110.000 dolar AS pada 10 Juni 2025, setelah sebelumnya sempat terkoreksi hingga di bawah 101.000 dolar AS pada 5 Juni 2025. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga Bitcoin (BTC) kembali mengalami kenaikan tembus ke level 110.000 dolar AS pada 10 Juni 2025, setelah sebelumnya sempat terkoreksi hingga di bawah 101.000 dolar AS pada 5 Juni 2025.

Kenaikan ini menandai penguatan hampir 9 persen dalam sepekan terakhir dan menempatkan Bitcoin hanya sekitar 2?ri rekor harga tertingginya di lebih dari 111.000 dolar AS yang dicapai pada Mei lalu.

Kenaikan harga ini terjadi di tengah sentimen positif dari pasar global, khususnya perkembangan hubungan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok yang kembali menunjukkan tanda-tanda positif dan meredanya ketegangan. 

Baca juga: Harga Bitcoin Merosot Usai Cetak Rekor Tertinggi, Investor Diimbau Evaluasi Ulang Portofolio

Investor global pun merespons potensi kesepakatan dagang baru yang berimbas pada aset berisiko seperti kripto.

Di sisi lain, volume transaksi di Indodax juga menunjukkan peningkatan signifikan seiring dengan lonjakan harga BTC. 

Pada 10 Juni 2025, total volume transaksi  tercatat sebesar Rp707,8 miliar, mencerminkan kenaikan aktivitas perdagangan dan minat yang meningkat dari para pelaku pasar domestik.

Vice President Marketing Indodax, Antony Kusuma, menanggapi kenaikan ini sebagai titik balik penting dalam narasi Bitcoin secara global. 

Baca juga: Investor Kripto AS Didakwa Culik dan Siksa Turis Italia demi Kata Sandi Dompet Bitcoin

"Lonjakan harga ke level 110.000 dolar AS mencerminkan bahwa pasar melihat Bitcoin bukan hanya sebagai aset alternatif, tetapi sebagai komponen strategis dalam bagian ekonomi digital yang baru,” kata Antony dikutip Rabu (11/6/2025).

Di market domestik, kata Antony, lonjakan harga ini juga berpengaruh terhadap kenaikan volume. Hal ini ditunjukkan dari antusiasme investor ritel Indonesia kembali menguat seiring pergerakan harga BTC yang positif. 

'Ini sinyal penting bahwa market lokal turut berkontribusi terhadap dinamika pasar global,” tambah Antony.

Sementara itu, berbagai indikator makroekonomi Amerika Serikat minggu ini juga menjadi perhatian pelaku pasar. Rilis data inflasi (CPI) yang dijadwalkan pada 11 Juni dan prediksi angka pengangguran pada 12 Juni diperkirakan akan memberikan pengaruh terhadap arah kebijakan suku bunga The Fed.

Menurutnya, kombinasi antara tekanan inflasi, gejolak geopolitik, dan ketidakpastian terhadap arah suku bunga global telah mendorong investor untuk mencari aset yang tidak terikat pada keputusan bank sentral dan pemerintah.

Baca juga: Harga Bitcoin Sentuh Level Rp1,7 Miliar, Berikut Faktor Pendorongnya

"Bitcoin menjadi relevan karena ia bebas dari intervensi kebijakan moneter konvensional. Di saat aset lain tunduk pada stimulus atau pengetatan, Bitcoin beroperasi pada prinsip yang tetap: transparansi, suplai terbatas, dan konsensus global," jelas Antony.

Ia menekankan, adopsi institusional yang semakin meluas telah mengubah cara pasar memandang Bitcoin. Kini, banyak lembaga keuangan besar tidak lagi melihat Bitcoin sebagai spekulasi, tetapi sebagai elemen penting dalam manajemen risiko dan diversifikasi portofolio jangka panjang.

“Jika beberapa tahun lalu institusi masih meraba-raba posisi Bitcoin, kali ini mereka sudah memasukkannya ke dalam strategi aset digital. Bahkan beberapa sovereign wealth fund mulai mengevaluasi eksposurnya terhadap kripto. Ini adalah fase transisi dari skeptisisme ke
penerimaan,” ujar Antony.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan