Cerita Orang Tua dan Murid Usai Lulus dari SMA Pangudi Luhur Van Lith: Bersyukur, Ada Suka dan Duka
Van Lith telah menjadi tempat yang bukan hanya membentuk aspek akademis, tetapi juga karakter dan spiritualitas para siswa.
Editor:
willy Widianto
Berbicara mengenai momen tak terlupakan, Catherine mengaku bahwa momen yang paling membekas adalah saat acara farewell angkatan 32.
"Itu baru kerasa banget keakraban dan kekompakannya. Kita saling rangkul, benar-benar solid," kenangnya.

Sementara Bella menyebut momen paling berkesan justru terjadi saat OASE (Orientasi Asrama dan Sekolah). "Dibimbing kakak kelas itu keras banget. Agak trauma sih, tapi justru itu yang paling membekas sampai sekarang,” katanya sambil tertawa kecil.
Menjalani kehidupan berasrama selama tiga tahun tentu membawa suka dan duka tersendiri bagi para siswa dan siswi. "Sukanya banyak banget, bisa kenal teman dari berbagai daerah dan belajar banyak hal baru. Dukanya? Jelas, kangen orang tua. Dan yang paling nggak enak itu kalau pas ada konflik di asrama, ya antar teman begitu, itu berat banget, karena kan kita tinggal bareng, apalagi kalau satu unit, jadi canggung dan nggak enak gitu suasananya," ujar Bella.
Sementara Catherine, yang mengaku dirinya seorang introvert, merasa Van Lith telah mengubahnya menjadi pribadi yang lebih terbuka. "Aku belajar survive, kenal banyak watak orang, dan belajar public speaking. Tapi itu juga tantangan buat aku,” ujarnya.
Keduanya juga menitipkan pesan untuk adik kelas mereka, agar menikmati dan menjalani seluruh waktu yang masih tersisa di SMA Pangudi Luhur Van Lith, sehingga dapat dikenang menjadi momen paling berharga.
"Nikmati saja semua prosesnya,” pesan Bella.
"Waktu tiga tahun itu cepat banget. Rasanya baru kemarin masuk, eh sekarang sudah lulus. Semangat terus ya, terutama waktu kelas 10 dan 11 yang paling berat. Tapi pas kelas 12, kalian akan sadar kalau banyak momen di Van Lith yang luar biasa dan berkesan," tambah Catherine.
Baca juga: 11 Motor Dibakar Massa dalam Bentrok di Muntilan Minggu Sore
Tak hanya siswa, para orang tua juga menyampaikan rasa syukur dan haru atas proses yang telah dijalani oleh anak-anak mereka. Salah satunya datang dari perwakilan orang tua, Dr. Sn. Yusup S. Martyastadi, S.T., M.I.T.
Dalam sambutannya, ia menekankan bahwa Van Lith telah menjadi tempat yang bukan hanya membentuk aspek akademis, tetapi juga karakter dan spiritualitas para siswa.
“Kami bangga menitipkan anak-anak kami di sini. Mereka dibentuk secara utuh. Kami juga berterima kasih kepada Bruder, Suster, para pendamping, dan seluruh staf SMA Van Lith yang telah menjaga dan membimbing anak-anak kami selama tiga tahun ini," ucapnya.
Tak lupa, harapan besar juga disampaikan oleh para orang tua, yang berharap agar api Van Lith terus menyala dalam diri anak- anak mereka, menjadi cahaya dalam perjalanan hidup selanjutnya, di mana pun mereka diutus.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.