Fakta-fakta Guru Ngaji Cabuli 8 Muridnya di Mataram, Modus Rayu Korban dengan Uang hingga Permen
Berikut fakta-fakta guru ngaji cabuli 8 muridnya di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB).. Pelaku rayu korban dengan uang hingga permen.
Penulis:
Endra Kurniawan
Editor:
Facundo Chrysnha Pradipha
Pelaku mencabuli para korban setelah selesai mengaji.
SF lalu merayu korban agar mau diajak rumahnya untuk dicabuli.
Baca juga: Polisi Tangkap Ayah di Bengkulu yang Cabuli Anak Tiri dan Keponakannya: Modusnya Minta Urut
"Modus pelaku menjanjikan uang Rp 1 Ribu hingga Rp10 Ribu, permen, dan alat menggambar kepada korban sebelum melakukan aksinya di ruang tamu maupun di kamar pelaku," ucap Mustofa.
SF diketahui sudah dua tahun menyandang status duda karena berpisah dengan istrinya.
Ia tinggal selama ini tinggal bersama sang cucu di rumah tersebut.
Alami kelainan seksual

Mustofa menyebut pelaku SF mengalami kelainan seksual karena semua korban pencabulan masih di bawah umur.
"Pelaku ini adalah pedofil atau penyuka anak anak," katanya.
Terkait hal ini, polisi akan bekerja sama dengan ahli untuk melakukan pemeriksaan kepada SF.
Mustofa dalam kesempatannya juga meminta untuk para korban lain untuk melapor.
Baca juga: Oknum Polisi di Bengkulu Dilaporkan Cabuli Anak di Bawah Umur Berulang Kali, Korban Depresi
Keluarga korban tidak perlu malu karena polisi akan menjamin kerahasiaan identitas korban.
Selain itu korban juga akan mendapatkan pendampingan mental dan psikologis akibat kekerasan seksual.
"Biasanya mereka mengalami trauma masa kecil akan kembali merasakan trauma atau gangguan setelah dewasa, karena sebaiknya dilaporkan, karena nanti trauma anak anak akan diatasi," tutup Mustofa.
Terancam penjara 15 tahun
SF sudah ditetapkan tersangka dan ditahan di Polres Kota Mataram.
Ia dijerat Pasal 81 ayat 1 juncto Pasal 78 atau Pasal 82 ayat 1 junto pasal 76E Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2014, tentang Perlindungan Anak.
SD terancam hukuman 5 tahun penjara dan paling lama 15 tahun penjara dengan denda Rp 5 miliar.
(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)(TribunLombok.com/Jimmy Sucipto)(Kompas.com/Fitri Rachmawati)