Kelompok Bersenjata di Papua
Cerita Pratu Miftahul Arifin yang Gugur Ditembak KKB, Rela Utang demi Bisa Jadi Prajurit TNI
Berikut cerita perjuangan Pratu Miftahul Arifin yang rela utang demi bisa jadi prajurit TNI. Sebelumnya Pratu Miftahul gugur usai ditembak KKB.
Penulis:
Endra Kurniawan
Editor:
Suci BangunDS
Aziza tak pernah mengira pesan tersebut merupakan pesan terakhir dari sang suami.
“Sebenarnya biasa, suami saya selalu minta doa ketika mau patroli atau menjaga pos.
Tapi terakhir telepon itu berpesan menjaga anak kami,” ujar Aziza, dikutip dari TribunJatim.com.
“Nahasnya suami saya yang menjadi korban. Dari informasi sudah ditemukan titik lokasi jenazah. Tapi masih belum bisa dievakuasi,” tambahnya.
Informasi tambahan, Pratu Miftahul Arifin tercatat warga Dusun Krajan, Desa Nanggungan, Kecamatan/Kabupaten Pacitan.
Ia meninggalkan seorang istri dan anak yang masih berusia 2 tahun.
Baca juga: Soal Penyerangan KKB Terhadap Prajurit TNI di Papua, Kapolri Sebut akan Lakukan Penegakan Hukum
Proses evakuasi jenazah Pratu Miftahul

Kepala Staf Umum Tentara Nasional Indonesia (TNI), Letjen Bambang Ismawan, mengungkap jenazah Pratu Miftahul Arifin masih belum bisa dievakuasi.
Adapun helikopter belum bisa merapat ke lokasi penyerangan KKB Papua.
Diketahui, Pratu Miftahul Arifin ditembak KKB Papua setelah mencoba mencari keberadaan pilot Susi Air, Philips Mark Methrtens di Distrik Mugi, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan, Sabtu (15/4/2023).
Menurut Bambang, jenazah Pratu Miftahul Arifin belum bisa dievakuasi karena terkendala cuaca ekstrem.
Dia pun mengungkap kondisi cuaca di sekitar lokasi penyerangan KKB Papua tersebut.
"Sampai tadi siang belum bisa diambil karena memang pertama disana cuacanya tidak menentu kadang-kadang satu hari hanya dua jam cerah abis itu tertutup kabut," ujar Bambang saat ditemui di Kawasan Monas, Jakarta, Senin (17/4/2023).
Bambang menjelaskan, evakuasi memakai helikopter juga masih belum bisa dilaksanakan. Sebab tak hanya cuaca buruk, kondisi medan di tempat jenazah Pratu Miftahul Arifin bukan medan yang datar.
"Jadi untuk pengambilan jenazah helikopter kan kita tidak bisa langsung merapat. Karena memang di samping cuaca kan medannya bukan medan datar. Ya itu memang kendala utama," tukasnya.
(Tribunnews.com/Endra Kurniawan/Igman Ibrahim)(TribunJatim.com/Pramita Kusumaningrum)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.