Jerit Suku Afsya di Sorong Selatan, 67 Tahun Hidup Tanpa Air Bersih, dalam Keterasingan & Kesunyian
Di tengah hamparan hutan lebat, tersembunyi sebuah kisah pilu dari Kampung Bariat, Distrik Konda, Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat Daya.
Editor:
Malvyandie Haryadi
Dorsila mengatakan, bgi warga Suku Afsya setiap tetes air begitu berharga.
"Saat persediaan habis, para mama-mama harus berjalan sejauh 300 hingga 400 meter ke sumur di tengah dusun sagu, hanya untuk menyiapkan air minum, mandi, atau sekadar membuat secangkir teh di pagi hari," ujarnya.
Sementara Kepala Kampung Bariat Adrianus Kemeray (52) menuturkan, kondisi tersebut juga dialami hampir seluruh wilayah Distrik Konda, termasuk kampung-kampung tetangganya.
Mereka bergantung pada sumber air yang sama.
Sayangnya, kondisi alam yang didominasi hutan gambut memperparah krisis air bersih yang mereka hadapi.
"Sebagian besar wilayah kami adalah hutan gambut. Air bersih sangat sulit ditemukan, dan air yang ada sering menyebabkan sakit kulit bahkan penyakit dalam," ujarnya.
Benteng Kekayaan Hayati
Hutan adat milik Suku Afsya mencakup lebih dari 1.000 hektare lahan gambut.
Area ini tidak hanya menjadi rumah bagi masyarakat, tetapi juga benteng terakhir bagi kekayaan hayati Papua termasuk dusun sagu seluas 2.500 hektare dan habitat burung cenderawasih yang kini semakin terancam.
Bagi Masyarakat Adat Suku Afsya, hutan adat bukan sekadar hamparan pepohonan melainkan ibu kandung dan apotek alami yang telah diwariskan turun-temurun.
Hutan tersebut menjadi sumber kehidupan, penyembuh berbagai penyakit, dan tempat sakral yang menyatu dengan identitas suku mereka.
Ironisnya, meski tinggal di tanah yang kaya akan sumber daya alam, masyarakat Afsya hidup dalam ironi kekayaan alam mengelilingi mereka, namun kebutuhan dasar seperti air bersih pun masih sekadar mimpi yang entah kapan akan terwujud.
Dorsila dan Adrianus hanya bisa berharap, jeritan sunyi dari tengah hutan Konda ini bisa menggugah nurani dan menjadi perhatian serius bagi pemerintah.
"Kami ingin anak cucu kami tidak lagi hidup seperti ini. Kami butuh air bersih, butuh kehidupan yang lebih layak," pungkas Dorsila.
Penulis: Safwan Ashari/Tribun Sorong
Berita ini berjudul: NESTAPA di Negeri 1.001 Sungai, 67 Tahun Warga Suku Afsya Sorsel Hidup Tanpa Air Bersih
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia
MPR for Papua Kritik Penanganan Kerusuhan di Sorong, Sesalkan Jatuhnya Korban |
![]() |
---|
Rusuh di Sorong, Rumah Gubernur Papua Barat Daya Diserang Massa, 1 Warga Tertembak |
![]() |
---|
Rumah Gubernur Papua Barat Daya Diserang Massa Buntut Pemindahan 4 Tahanan, Empat Mobil Dirusak |
![]() |
---|
Ibu di Sarmi Papua Ngaku Anaknya Diculik: Warga Blokade Jalan Utama, Ternyata Korban Dibunuh |
![]() |
---|
Awal Mula Kasus Dugaan Makar 4 Anggota NFRPB yang Picu Aksi Blokade Jalan di Kota Sorong Papua |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.