Batik Gemilang: Api Semangat dari Sragen Menyala hingga Mancanegara, Kebaikan JNE Membersamai
Inilah cerita Aji Gilang Romadhon (29), perajin batik serta pemilik UMKM Batik Gemilang, yang berkarya dan berproses dalam usahanya. JNE membersamai.
Penulis:
garudea prabawati
Editor:
Bobby Wiratama
“Bagi saya batik menjadi ruang untuk berkreasi, setiap satu busana batik adalah karya seni, di situ ada ide, usaha, kreativitas. Sementara JNE membersamai bisnis dan proses kreatif tersebut."
TRIBUNNEWS.COM - Corak api membara berwarna jingga, terlihat menyala di atas bebatuan hitam.
Begitu pintu showroom Batik Gemilang dibuka, motif batik abstrak yang bernama Dewindari itu langsung menyapa setiap mata yang hadir.
Pun dengan corak batik lainnya, ramai mewarnai kain hingga busana di showroom yang terletak di Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah tersebut.
Di balik setiap goresan motif itu, tersimpan kisah tekad dan kreativitas seorang anak muda Sragen, Jawa Tengah bernama Aji Gilang Romadhon (29).
Batik Gemilang bukan sekadar jenama busana, ia adalah bukti bahwa keberanian untuk bermimpi dan bergerak bisa membentuk jejak global.
Berawal dari masa sulit saat pandemi Covid-19 melanda, Aji yang saat itu merantau dan bekerja di Bekasi, harus menerima kenyataan pahit: kehilangan pekerjaan setelah tujuh tahun.
Baca juga: 5 Tahun Saling Dukung Majukan UMKM Indonesia, Evermos dan JNE Perkuat Kerja Sama Strategis
Alih-alih terpuruk, Aji pulang kampung dengan segudang ide.
Ia membekali diri dengan keterampilan digital marketing dan pada Mei 2022, ia melahirkan Batik Gemilang.
Saat sebagian besar pelaku usaha mengencangkan ikat pinggang, Aji justru menggenjot produksi batik, percaya bahwa batik bisa tetap bersinar, asal dikemas dengan cara yang berbeda, tekadnya saat itu.
“Waktu itu, justru penjualan online sedang naik. Saya tidak ingin melewatkan peluang itu,” kata Aji kepada Tribunnews, saat dikonfirmasi Senin (30/6/2025).
Kini, tiga tahun berkarya, Batik Gemilang menjelma menjadi salah satu Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) batik bersinar di Sragen.
Dengan desain busana dari motif-motif khas tradisional yang dipadukan dengan kain brokat dan palet warna segar, brand ini mampu menjual lebih dari 1.000 potong busana batik per bulan.
Aji yang dulunya hanya bisa menjual delapan potong per bulan kini bahkan kewalahan memenuhi permintaan pasar.
Menembus Papua hingga Pasar Global

Yang menarik, pasar utama Batik Gemilang bukanlah kota besar seperti Jakarta atau Bandung.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.