Kamis, 21 Agustus 2025

Batik Gemilang: Api Semangat dari Sragen Menyala hingga Mancanegara, Kebaikan JNE Membersamai

Inilah cerita Aji Gilang Romadhon (29), perajin batik serta pemilik UMKM Batik Gemilang, yang berkarya dan berproses dalam usahanya. JNE membersamai.

|
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)
BATIK GEMILANG SRAGEN - Aji Gilang Romadhon (28) perajin muda asal Sragen, pemilik UMKM Batik Gemilang saat memperlihatkan salah satu koleksi batik abstrak MILIKNYA. 

Bagi saya batik menjadi ruang untuk berkreasi, setiap satu busana batik adalah karya seni, di situ ada ide, usaha, kreativitas. Sementara JNE membersamai bisnis dan proses kreatif tersebut." 

TRIBUNNEWS.COM - Corak api membara berwarna jingga, terlihat menyala di atas bebatuan hitam.

Begitu pintu showroom Batik Gemilang dibuka, motif batik abstrak yang bernama Dewindari itu langsung menyapa setiap mata yang hadir.

Pun dengan corak batik lainnya, ramai mewarnai kain hingga busana di showroom yang terletak di Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah tersebut. 

Di balik setiap goresan motif itu, tersimpan kisah tekad dan kreativitas seorang anak muda Sragen, Jawa Tengah bernama Aji Gilang Romadhon (29).

Batik Gemilang bukan sekadar jenama busana, ia adalah bukti bahwa keberanian untuk bermimpi dan bergerak bisa membentuk jejak global.

Berawal dari masa sulit saat pandemi Covid-19 melanda, Aji yang saat itu merantau dan bekerja di Bekasi, harus menerima kenyataan pahit: kehilangan pekerjaan setelah tujuh tahun.

Baca juga: 5 Tahun Saling Dukung Majukan UMKM Indonesia, Evermos dan JNE Perkuat Kerja Sama Strategis

Alih-alih terpuruk, Aji pulang kampung dengan segudang ide.

Ia membekali diri dengan keterampilan digital marketing dan pada Mei 2022, ia melahirkan Batik Gemilang.

Saat sebagian besar pelaku usaha mengencangkan ikat pinggang, Aji justru menggenjot produksi batik, percaya bahwa batik bisa tetap bersinar, asal dikemas dengan cara yang berbeda, tekadnya saat itu.

“Waktu itu, justru penjualan online sedang naik. Saya tidak ingin melewatkan peluang itu,” kata Aji kepada Tribunnews, saat dikonfirmasi Senin (30/6/2025).

Kini, tiga tahun berkarya, Batik Gemilang menjelma menjadi salah satu Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) batik bersinar di Sragen.

Dengan desain busana dari motif-motif khas tradisional yang dipadukan dengan kain brokat dan palet warna segar, brand ini mampu menjual lebih dari 1.000 potong busana batik per bulan.

Aji yang dulunya hanya bisa menjual delapan potong per bulan kini bahkan kewalahan memenuhi permintaan pasar.

Menembus Papua hingga Pasar Global

Aji Gilang Romadhon (28) perajin muda asal Sragen, pemilik UMKM Batik Gemilang saat memperlihatkan salah satu koleksi batik abstrak miliknya, Jumat (21/6/2024).
Aji Gilang Romadhon (28) perajin muda asal Sragen, pemilik UMKM Batik Gemilang saat memperlihatkan salah satu koleksi batik abstrak miliknya, saat ditemui di Sragen, Jawa Tengah. (Tribunnews.com/Garudea Prabawati)

Yang menarik, pasar utama Batik Gemilang bukanlah kota besar seperti Jakarta atau Bandung.

Justru Papua menyumbang 30-40 persen dari total pengiriman bulanan mereka.

Disusul oleh Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

Di wilayah Indonesia Timur inilah, batik dari Sragen menemukan rumah barunya.

Tak hanya domestik, Batik Gemilang juga telah mendarat di lemari konsumen Malaysia, Taiwan, Hong Kong, dan Singapura.

Beberapa di antaranya bahkan bukan dalam bentuk busana, melainkan produk batik lainnya yang menyesuaikan selera konsumen luar negeri.

Meski harga kemeja batik dibanderol Rp275.000 dan dress mencapai Rp375.000, Aji percaya kualitas dan desain unik yang ditawarkan bisa bersaing di pasar yang padat.

JNE, Teman Perjalanan dan Bertumbuh Batik Gemilang

Aji memilih JNE untuk menemani prosesnya menjalankan UMKM Batik Gemilang

Bagi Aji, JNE bukan sekadar mitra logistik.

Sejak hari pertama Batik Gemilang berdiri, JNE adalah tangan kanan dalam mewujudkan impian Aji. 

“Dari awal sampai sekarang saya selalu pakai JNE, tidak pernah ganti ekspedisi lain,” ujar Aji mantap.

“Kalau pakai JNE, saya yakin barang pasti sampai," lanjutnya. 

JNE bukan hanya urusan pengiriman. Bagi Aji, JNE adalah mitra yang responsif, suportif, dan konsisten.

Pengiriman ke luar negeri yang cepat, misalnya ke Malaysia hanya 2–3 hari, hingga pelayanan yang sigap ketika ada kendala, membuat Aji tak pernah tergoda berpaling ke ekspedisi lain.

“Bagi saya batik menjadi ruang untuk berkreasi, setiap satu busana batik adalah karya seni, di situ ada ide, usaha, kreativitas. Sementara JNE membersamai bisnis dan proses kreatif tersebut," ujar Aji. 

Miliaran Rupiah dari Sragen

UMKM BATIK GEMILANG - Aji Gilang Romadhon (29) perajin batik dan pemilik UMKM Batik Gemilang saat ditemui Tribunnews.com di Sragen, Jawa Tengah. JNE membersamai bisnis Batik Gemilang. (Tribunnews.com/Garudea Prabawati)
UMKM BATIK GEMILANG - Aji Gilang Romadhon (29) perajin batik dan pemilik UMKM Batik Gemilang saat ditemui Tribunnews.com di Sragen, Jawa Tengah. JNE membersamai bisnis Batik Gemilang. (Tribunnews.com/Garudea Prabawati)

Kini Batik Gemilang mencatat omzet rata-rata Rp400–500 juta per bulan, puncaknya pernah menyentuh Rp1 miliar. 

Dari satu penjahit kini menjadi empat sentra produksi.

Dari satu reseller kini jadi belasan, tersebar di seluruh Indonesia.

“Setiap busana adalah karya seni. Di dalamnya ada ide, ada usaha, ada semangat. Batik Gemilang adalah ruang kami untuk terus berkarya,” tutur Aji.

Baca juga: Peduli Sesama, JNE Serahkan Mobil Jenazah dan Gelar Aksi Kesehatan di Jambi

Melangkah ke Depan: Mimpi Eropa dan Dukungan yang Konsisten

Meski telah menembus pasar Asia, Aji masih menyimpan mimpi besar: menjajaki pasar Eropa.

Ia percaya bahwa batik Indonesia punya tempat di hati dunia.

Dan bersama mitra seperti JNE, Aji optimistis mimpi itu bukanlah sekadar angan.

“Saya ingin Batik Gemilang bisa dikenal lebih luas lagi. Dunia harus tahu, batik Indonesia itu luar biasa,” katanya.

Dan di balik setiap paket batik yang dikirim dari Sragen, baik ke Papua, Nusa Tenggara, hingga luar negeri, terselip semangat tak kenal lelah dari anak muda yang berani memulai, dan ekspedisi yang selalu membersamai.

Batik Gemilang dan JNE, sebuah kisah kolaborasi lokal yang membuktikan bahwa ketika kreativitas bertemu dengan dukungan yang tepat, mimpi bisa melintasi batas, bahkan sampai ke seberang lautan. 

Melesat SAT SET: Inspirasi Tanpa Batas

Agus Yunanto Branch Manager JNE Solo menyebut memajukan UMKM dalam negeri, termasuk batik menjadi semangat perusahaan tersendiri.

Agus menyampaikan sejak era jual beli online mulai marak sekitar tahun 2010, menurut data JNE, Soloraya termasuk menjadi daerah asal pengiriman yang menonjol di Pulau Jawa. 

Hal ini salah satunya dipengaruhi banyaknya industri konveksi juga fesyen yang berada di kawasan Soloraya. 

“Jenis kiriman yang dikirim pada periode high season biasanya didominasi produk  makanan dan fesyen,” ujar Agus saat dikonfirmasi Tribunnews.com, Rabu (25/6/2025).

Agus menyampaikan JNE sangat mendukung pengembangan local brand, satu di antaranya melalui podcast Cerita Joni Yati yang menayangkan kisah-kisah inspiratif dari UMKM dan brand owner di Indonesia. 

Dari program ini dikembangkan juga hemat ongkir yaitu promo ongkir untuk pembelian produk dari UMKM local brand.

Koleksi Produk UMKM Batik Gemilang di Sragen, Jawa Tengah. (Tribunnews.com/Garudea Prabawati)
Koleksi Produk UMKM Batik Gemilang di Sragen, Jawa Tengah. (Tribunnews.com/Garudea Prabawati) ((Tribunnews.com/Garudea Prabawati))

JNE juga terus menggaungkan serta mengimplementasikan semangat ‘Melesat SAT SET: Inspirasi Tanpa Batas’, juga dalam rangka pengembangan UMKM, khususnya di Soloraya.

“Bersama-sama dengan UMKM kita menumbuhkan semangat kreativitas agar UMKM naik kelas dan pertumbuhan ekonomi nasional terus terdongkrak,” tutup Agus.

JNE Bantu UMKM Lokal Bertumbuh

JNE,perusahaan jasa pengiriman yang telah beroperasi sejak tahun 1990 ini telah memiliki jaringan yang luas di seluruh Indonesia. 

JNE berkomitmen memperkuat ekosistem bisnis lokal, khususnya memberikan dukungan bagi UMKM. 

Pengamat Ekonomi Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Lukman Hakim, menyebut dukungan bagi UMKM Indonesia tentunya sangat diperlukan, tujuan utamanya adalah untuk kemandirian finansial usaha lokal. 

Menurutnya pada saat ini, kemandirian ekonomi menjadi salah satu tujuan utama bagi banyak negara di dunia, dan Indonesia dapat menciptakannya, salah satunya lewat sepak terjang UMKM lokal. 

"Dalam konteks Indonesia, kemandirian ekonomi menjadi sangat penting mengingat negara ini memiliki potensi besar untuk mengembangkan sektor bisnis lokal, khususnya UMKM," ujarnya kepada Tribunnews, Senin (30/6/2025).

UMKM di Indonesia menyumbang sekitar 62,3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) dan menyerap sekitar 97 persen tenaga kerja di Indonesia.

Lukman menyebut oleh karenanya, memperkuat ekosistem bisnis lokal menjadi sangat penting untuk mendukung kemandirian ekonomi Indonesia.

"Sehingga dengan dukungan tersebut (termasuk yang diberikan JNE) diharapkan UMKM di Indonesia dapat menjadi lebih produktif dan bersaing di pasar yang semakin ketat," tutur Lukman. 

#JNE #ConnectingHappiness #JNE34SatSet #JNE34Tahun #JNEContentCompetition2025 #JNEInspirasiTanpaBatas

(Tribunnews.com/Garudea Prabawati) 

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan