Prada Lucky Namo Meninggal
Berkaca dari Kasus Prada Lucky, TNI Diminta Awasi Pembinaan Prajurit Secara Berkala dan Berjenjang
Pakar hukum, Bakhrul Amal menilai harus ada pengawasan prajurit secara berkala & berjenjang demi cegah kasus penganiayaan seperti Prada Lucky.
Penulis:
Faryyanida Putwiliani
Editor:
Suci BangunDS
Hingga akhirnya faktor tersebut, bisa membuat seseorang melakukan tindakan penganiayaan yang tidak manusiawi seperti itu.
"Nah, ini jadi proses yang secara berkala ini harus dilakukan. Itu yang pertama ya. Jadi ada asesmen yang terus-menerus, karena kondisi hari ini dan kondisi besok kan kita tidak tahu. Saya yakin apa yang terjadi pada kejadian ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, tidak serta-merta langsung terjadinya pemukulan."
"Tapi mungkin ada aspek-aspek psikologis yang dialami, yang kemudian beban yang sudah berat itu ditambah dengan peristiwa yang berat, akhirnya memunculkan keberanian orang untuk melakukan tindakan yang lebih jauh daripada kemanusiaan," terang dosen yang menyelesaikan pendidikan Doktor Ilmu Hukum-nya di Universitas Diponegoro, Semarang tersebut.
Baca juga: Keluhan Ayah Prada Lucky atas Kematian Anaknya, Duga Ada Manipulasi Laporan Medis, Klaim Punya Bukti
Pengawasan Pembinaan Prajurit Secara Berjenjang
Selanjutnya, soal pengawasan secara berjenjang, hal ini perlu dilakukan untuk memastikan setiap komandan batalyon ini mendapat testimoni yang baik dan tidak bermasalah.
Karena jika komandan batalyon ini bermasalah, maka bisa saja muncul sikap-sikap untuk memanfaatkan prajurit yang ada di bawahnya.
Jika ini dibiarkan terlalu lama, dikhawatirkan akan menjadi budaya dalam batalyon tersebut.
"Yang kedua yang tadi saya sampaikan sifatnya berjenjang. berjenjang ini untuk memastikan setiap komandan yang kemudian diberikan tanggung jawab terhadap kesatuan batalyon ini juga harus turut diberikan asesmen. Apakah selama masa dia apa namanya mengomandani batalyon ini memperoleh testimoni yang baik, memperoleh saran-saran dan masukan dari prajurit yang tidak pernah kemudian ditindaklanjuti."
Baca juga: Prada Lucky Sempat Tak Bisa Diautopsi di RS Milik TNI Hingga Sang Ayah Geram, Kadispenad Klarifikasi
"Ini karena ada dalam beberapa peristiwa terjadi karena tidak dilakukan asesmen berjenjang ini. Nah, komandan-komandan yang bermasalah yang cenderung sudah lama disitu dan memanfaatkan prajurit itu tidak diubah, sehingga itu menjadi budaya," ungkap Bakhrul.
Jika suatu batalyon terdapat budaya pembinaan prajurit yang menyalahi aturan, maka bisa menjadi masalah dalam kesatuan militer tersebut.
Untuk itu, diperlukan adanya asesmen atau penilaian secara berjenjang dari atas sampai bawah.
Tujuan militer yang humanis harus bisa tercapai dalam pembinaan prajurit ini.
Selain itu, Bakhrul menilai, pembinaan prajurit harus bisa mengubah stigma militer yang identik dengan orang-orang yang keras, garang.
Baca juga: Kala Dalih Pembinaan Buat Prada Lucky Meregang Nyawa Dianiaya 20 Seniornya
Melalui pembinaan ini diharapkan bisa mewujudkan simbol-simbol bahwa tentara adalah sahabat rakyat.
"Kalau sudah menjadi budaya itu menjadi problem di satu kesatuannya. Jadi yang pertama perubahannya adalah perubahan yang sifatnya berkala melalui proses asesmen dan yang kedua yang berjenjang harus dipantau dari atas sampai ke bawah."
"Dipastikan bahwa semua modul yang ada di dalam tujuan militer yang humanis itu tercapai. Kalau tidak ada pengawasan, kecenderungan orang mempunyai pasukan dalam waktu yang lama itu kan juga secara psikologis tidak baik. Itu kalau dari sisi yang paling mendalam ya."
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.