Jumat, 15 Agustus 2025

Prada Lucky Namo Meninggal

Berkaca dari Kasus Prada Lucky, TNI Diminta Awasi Pembinaan Prajurit Secara Berkala dan Berjenjang

Pakar hukum, Bakhrul Amal menilai harus ada pengawasan prajurit secara berkala & berjenjang demi cegah kasus penganiayaan seperti Prada Lucky.

Kolase: POS-KUPANG.COM/HO
ANGGOTA TNI TEWAS - (Kiri) Foto Prada Lucky Namo (23), anggota Batalyon Infanteri Teritorial Pembangunan 834/Wakanga Mere (Yonif TP 834/WM) semasa hidup dan (Kanan) Jenazah Prada Lucky Namo (23), anggota Batalyon Infanteri Teritorial Pembangunan 834/Wakanga Mere (Yonif TP 834/WM), saat berada di RSUD Aeramo, Kabupaten Nagekeo, pada Rabu (6/8/2025). Dosen Fakultas Syariah UIN Raden Mas Said Surakarta, Dr Bakhrul Amal, menilai TNI harus melakukan pengawasan pembinaan prajurit secara berkala dan berjenjang menyusul adanya kasus penganiayaan pada Prada Lucky itu. 

Hingga akhirnya faktor tersebut, bisa membuat seseorang melakukan tindakan penganiayaan yang tidak manusiawi seperti itu.

"Nah, ini jadi proses yang secara berkala ini harus dilakukan. Itu yang pertama ya. Jadi ada asesmen yang terus-menerus, karena kondisi hari ini dan kondisi besok kan kita tidak tahu. Saya yakin apa yang terjadi pada kejadian ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, tidak serta-merta langsung terjadinya pemukulan."

"Tapi mungkin ada aspek-aspek psikologis yang dialami, yang kemudian beban yang sudah berat itu ditambah dengan peristiwa yang berat, akhirnya memunculkan keberanian orang untuk melakukan tindakan yang lebih jauh daripada kemanusiaan," terang dosen yang menyelesaikan pendidikan Doktor Ilmu Hukum-nya di Universitas Diponegoro, Semarang tersebut.

Baca juga: Keluhan Ayah Prada Lucky atas Kematian Anaknya, Duga Ada Manipulasi Laporan Medis, Klaim Punya Bukti

Pengawasan Pembinaan Prajurit Secara Berjenjang

Selanjutnya, soal pengawasan secara berjenjang, hal ini perlu dilakukan untuk memastikan setiap komandan batalyon ini mendapat testimoni yang baik dan tidak bermasalah.

Karena jika komandan batalyon ini bermasalah, maka bisa saja muncul sikap-sikap untuk memanfaatkan prajurit yang ada di bawahnya.

Jika ini dibiarkan terlalu lama, dikhawatirkan akan menjadi budaya dalam batalyon tersebut.

"Yang kedua yang tadi saya sampaikan sifatnya berjenjang. berjenjang ini untuk memastikan setiap komandan yang kemudian diberikan tanggung jawab terhadap kesatuan batalyon ini juga harus turut diberikan asesmen. Apakah selama masa dia apa namanya mengomandani batalyon  ini memperoleh testimoni yang baik, memperoleh saran-saran dan masukan dari prajurit yang tidak pernah kemudian ditindaklanjuti."

Baca juga: Prada Lucky Sempat Tak Bisa Diautopsi di RS Milik TNI Hingga Sang Ayah Geram, Kadispenad Klarifikasi

"Ini karena ada dalam beberapa peristiwa terjadi karena tidak dilakukan asesmen berjenjang ini. Nah, komandan-komandan yang bermasalah yang cenderung sudah lama disitu dan memanfaatkan prajurit itu tidak diubah, sehingga itu menjadi budaya," ungkap Bakhrul.

Jika suatu batalyon terdapat budaya pembinaan prajurit yang menyalahi aturan, maka bisa menjadi masalah dalam kesatuan militer tersebut.

Untuk itu, diperlukan adanya asesmen atau penilaian secara berjenjang dari atas sampai bawah.

Tujuan militer yang humanis harus bisa tercapai dalam pembinaan prajurit ini.

Selain itu, Bakhrul menilai, pembinaan prajurit harus bisa mengubah stigma militer yang identik dengan orang-orang yang keras, garang.

Baca juga: Kala Dalih Pembinaan Buat Prada Lucky Meregang Nyawa Dianiaya 20 Seniornya

Melalui pembinaan ini diharapkan bisa mewujudkan simbol-simbol bahwa tentara adalah sahabat rakyat.

"Kalau sudah menjadi budaya itu menjadi problem di satu kesatuannya. Jadi yang pertama perubahannya adalah perubahan yang sifatnya berkala melalui proses asesmen dan yang kedua yang berjenjang harus dipantau dari atas sampai ke bawah."

"Dipastikan bahwa semua modul yang ada di dalam tujuan militer yang humanis itu tercapai. Kalau tidak ada pengawasan, kecenderungan orang mempunyai pasukan dalam waktu yang lama itu kan juga secara psikologis tidak baik. Itu kalau dari sisi yang paling mendalam ya."

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan