Rabu, 17 September 2025

Banjir di Denpasar Bali

Kepala BMKG: Curah Hujan Harian Ekstrem yang Menjadi Pemicu Utama Banjir Bali

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengatakan intensitas hujan ekstrem tersebut dipicu oleh kombinasi faktor regional dan lokal. 

Penulis: Fahdi Fahlevi
Tribun Bali/HO
BANJIR DI BALI - Sebuah kendaraan terendam banjir di Bali akibat cuaca ekstrem, Rabu 10 September 2025. BMKG menyebutkan banjir dan longsor yang melanda Bali pada 9–10 September 2025 memperlihatkan dampak hidrometeorologi basah yang luar biasa. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - BMKG menyebutkan banjir dan longsor yang melanda Bali pada 9–10 September 2025 memperlihatkan dampak hidrometeorologi basah yang luar biasa.

BMKG adalah singkatan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, yaitu lembaga pemerintah nonkementerian di Indonesia yang bertugas dalam bidang Meteorologi: Pengamatan dan analisis cuaca, Klimatologi: Studi tentang iklim dan perubahan iklim dan Geofisika: Pemantauan gempa bumi, tsunami, dan fenomena geologi lainnya.

Baca juga: Pasca Banjir Bandang, Polda Bali Kerahkan Personel Bersihkan Denpasar

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengatakan intensitas hujan ekstrem tersebut dipicu oleh kombinasi faktor regional dan lokal.

Hujan ekstrem adalah kondisi curah hujan yang sangat tinggi dalam waktu singkat, melebihi batas normal yang biasa terjadi di suatu wilayah. 

"Aktivitas Madden–Julian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin, dan Rossby ekuator yang aktif bersamaan dengan kondisi atmosfer labil di Bali memperbesar risiko terbentuknya awan konvektif secara masif," ujar Dwikorita melalui keterangan tertulis, Jumat (12/9/2025). 

Laporan BNPB mencatat bencana terjadi di tujuh kabupaten/kota dengan lebih dari 120 titik banjir

Kota Denpasar menjadi wilayah dengan jumlah titik terbanyak mencapai 81, disusul Gianyar 14 titik, Badung 12 titik, Tabanan 8 titik, Karangasem dan Jembrana masing-masing 4 titik, serta Klungkung di Kecamatan Dawan.

BMKG melaporkan curah hujan harian ekstrem yang menjadi pemicu utama banjir besar tersebut. 

Di Jembrana, curah hujan tercatat mencapai 385,5 mm dalam satu hari, disusul Tampak Siring 373,8 mm, Karangasem 316,6 mm, Klungkung 296 mm, dan Abiansemal 284,6 mm. 

Bahkan beberapa titik lain seperti Denpasar Barat, Petang, Kerambitan, dan Padangbai juga mencatat curah hujan di atas 200 mm per hari. 

Padahal, secara klimatologis, hujan di atas 150 mm/hari sudah dikategorikan ekstrem.

Selain akibat dinamika atmosfer, BMKG juga menyoroti faktor lingkungan dan infrastruktur yang memperparah dampak banjir

Sistem drainase di beberapa wilayah dinilai belum mampu menyalurkan volume air hujan yang sangat besar, diperburuk oleh sedimentasi dan sampah yang menyumbat saluran air. 

Alih fungsi lahan dari area resapan menjadi permukiman dan komersial juga mengurangi kemampuan tanah menyerap air, sehingga risiko genangan semakin tinggi.

Baca juga: Tim SAR Ditpolairud Polda Bali Temukan Empat Korban Banjir Perempuan di Denpasar

Kejadian ini semakin menegaskan pentingnya sistem peringatan dini yang cepat dan akurat. 

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan