Banjir di Denpasar Bali
Kepala BMKG: Curah Hujan Harian Ekstrem yang Menjadi Pemicu Utama Banjir Bali
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengatakan intensitas hujan ekstrem tersebut dipicu oleh kombinasi faktor regional dan lokal.
Penulis:
Fahdi Fahlevi
Editor:
Muhammad Zulfikar
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - BMKG menyebutkan banjir dan longsor yang melanda Bali pada 9–10 September 2025 memperlihatkan dampak hidrometeorologi basah yang luar biasa.
BMKG adalah singkatan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, yaitu lembaga pemerintah nonkementerian di Indonesia yang bertugas dalam bidang Meteorologi: Pengamatan dan analisis cuaca, Klimatologi: Studi tentang iklim dan perubahan iklim dan Geofisika: Pemantauan gempa bumi, tsunami, dan fenomena geologi lainnya.
Baca juga: Pasca Banjir Bandang, Polda Bali Kerahkan Personel Bersihkan Denpasar
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengatakan intensitas hujan ekstrem tersebut dipicu oleh kombinasi faktor regional dan lokal.
Hujan ekstrem adalah kondisi curah hujan yang sangat tinggi dalam waktu singkat, melebihi batas normal yang biasa terjadi di suatu wilayah.
"Aktivitas Madden–Julian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin, dan Rossby ekuator yang aktif bersamaan dengan kondisi atmosfer labil di Bali memperbesar risiko terbentuknya awan konvektif secara masif," ujar Dwikorita melalui keterangan tertulis, Jumat (12/9/2025).
Laporan BNPB mencatat bencana terjadi di tujuh kabupaten/kota dengan lebih dari 120 titik banjir.
Kota Denpasar menjadi wilayah dengan jumlah titik terbanyak mencapai 81, disusul Gianyar 14 titik, Badung 12 titik, Tabanan 8 titik, Karangasem dan Jembrana masing-masing 4 titik, serta Klungkung di Kecamatan Dawan.
BMKG melaporkan curah hujan harian ekstrem yang menjadi pemicu utama banjir besar tersebut.
Di Jembrana, curah hujan tercatat mencapai 385,5 mm dalam satu hari, disusul Tampak Siring 373,8 mm, Karangasem 316,6 mm, Klungkung 296 mm, dan Abiansemal 284,6 mm.
Bahkan beberapa titik lain seperti Denpasar Barat, Petang, Kerambitan, dan Padangbai juga mencatat curah hujan di atas 200 mm per hari.
Padahal, secara klimatologis, hujan di atas 150 mm/hari sudah dikategorikan ekstrem.
Selain akibat dinamika atmosfer, BMKG juga menyoroti faktor lingkungan dan infrastruktur yang memperparah dampak banjir.
Sistem drainase di beberapa wilayah dinilai belum mampu menyalurkan volume air hujan yang sangat besar, diperburuk oleh sedimentasi dan sampah yang menyumbat saluran air.
Alih fungsi lahan dari area resapan menjadi permukiman dan komersial juga mengurangi kemampuan tanah menyerap air, sehingga risiko genangan semakin tinggi.
Baca juga: Tim SAR Ditpolairud Polda Bali Temukan Empat Korban Banjir Perempuan di Denpasar
Kejadian ini semakin menegaskan pentingnya sistem peringatan dini yang cepat dan akurat.
BMKG telah mengeluarkan peringatan sejak 5 September 2025 melalui prospek cuaca sepekan, diperkuat dengan peringatan dini tiga harian, hingga pembaruan secara jam-jaman melalui sistem nowcasting pada saat hujan ekstrem mulai terjadi.
Dalam periode 9–10 September saja, BMKG menerbitkan 11 kali pembaruan peringatan dini cuaca ekstrem untuk wilayah Bali.
Banjir besar melanda Bali pada tanggal 9–11 September 2025, menyebabkan kerusakan luas, korban jiwa, dan status tanggap darurat di sejumlah wilayah.
Wilayah Terdampak
- Kota Denpasar
- Kabupaten Jembrana
- Kabupaten Gianyar, Badung, Klungkung, Tabanan.
Banjir di Denpasar Bali
Update Banjir di Bali, BNPB: 16 Orang Meninggal dan 1 Masih Hilang, Tanggap Darurat Dipersingkat |
---|
Kemensos Akan Santuni Ahli Waris Korban Meninggal dan Luka Berat Banjir Bali |
---|
Mengenal Perumahan Permata Residence Mengwitani, Satu Unit Rumah Amblas, 3 Pemilik Rumah Hilang |
---|
UPDATE: Korban Jiwa Banjir Bandang di Bali Bertambah jadi 16 Orang, 1 Masih Hilang |
---|
Kata Wayan Koster soal Penyebab Banjir di Bali, Sebut Bukan karena Alih Fungsi Lahan |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.