Jumat, 26 September 2025

Warga Indramayu Mulai Pilah Sampah dari Rumah, ISWMP Dorong Perubahan Menyeluruh dari Hulu ke Hilir

Persoalan sampah di Indramayu memasuki tahap krusial. Dengan hanya mengandalkan satu TPA di Pecuk, beban operasional terus meningkat

Editor: Dodi Esvandi
HANDOUT
Pemerintah menghadirkan Program Improvement of Solid Waste Management to Support Regional and Metropolitan Cities Project (ISWMP) di Indramayu sejak 2023. Program ini tidak hanya membangun infrastruktur fisik, tetapi juga memperkuat tata kelola melalui regulasi, kelembagaan, pembiayaan, aspek teknis, dan yang paling penting: partisipasi aktif masyarakat. 

TRIBUNNEWS.COM, INDRAMAYU — Persoalan sampah di Kabupaten Indramayu kini memasuki tahap krusial. 

Dengan hanya mengandalkan satu Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) di Pecuk, beban operasional terus meningkat, sementara sistem pengangkutan belum optimal, kesadaran masyarakat untuk memilah sampah masih rendah, dan infrastruktur pengolahan pun terbatas.

Situasi ini menuntut perubahan menyeluruh, mulai dari sistem hingga perilaku masyarakat sebagai produsen utama sampah.

Untuk menjawab tantangan tersebut, Pemerintah Pusat menghadirkan Program Improvement of Solid Waste Management to Support Regional and Metropolitan Cities Project (ISWMP) di Indramayu sejak 2023. 

Program ini tidak hanya membangun infrastruktur fisik, tetapi juga memperkuat tata kelola melalui regulasi, kelembagaan, pembiayaan, aspek teknis, dan yang paling penting: partisipasi aktif masyarakat.

Perubahan Dimulai dari Rumah: Membangkitkan Kesadaran Warga

Salah satu strategi utama ISWMP adalah paket kerja Penguatan Peran Aktif Masyarakat (PPAM). 

Melalui pendekatan edukatif dan pendampingan, PPAM hadir langsung di tengah warga untuk menumbuhkan kesadaran lingkungan dari level paling dasar: rumah tangga.

Sejak awal 2025, PPAM memfasilitasi proyek percontohan di RT 06 RW 01, Jembangan Jaya, Kelurahan Lemah Abang, Kecamatan Indramayu—wilayah padat penduduk yang dinilai potensial sebagai model perubahan.

Sebelum pendampingan dimulai, hampir seluruh warga mencampur sampah rumah tangga tanpa memilah. 

Namun, hanya dalam dua bulan, perubahan mulai terlihat. 

Berdasarkan data tim PPAM, 54 persen dari 120 kepala keluarga kini rutin memilah sampah menjadi tiga kategori: organik, anorganik, dan residu.

Sampah organik dimanfaatkan menjadi kompos melalui lubang biopori, sementara sampah anorganik bernilai ekonomi disetor ke Bank Sampah Jembangan Jaya. 

Praktik ini tidak hanya mengurangi volume sampah ke TPA, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi langsung bagi warga.

Gerakan ini mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk Bupati Indramayu, Lucky Hakim

Dalam audiensi bersama tim ISWMP, ia menyampaikan komitmennya terhadap penguatan peran masyarakat dalam pengelolaan sampah.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan