Mushola Ambruk di Sidoarjo
Penyelidikan Ambruknya Ponpes Al Khoziny Dimulai: Polisi Bakal Panggil Pimpinan, 17 Saksi Diperiksa
Penyidik gabungan Polda Jatim telah memeriksa 17 saksi guna menyelidiki penyebab pasti ambruknya bangunan Ponpes Al Khoziny.
Namun, bukan diartikan bahwa TKP merupakan suatu tempat yang tidak terjamah sama sekali oleh seseorang atau individu.
Tak ada masalah jika TKP tersebut terjamah oleh seseorang, apalagi konteksnya Tim SAR gabungan yang sedang mencari dan menyelamatkan para korban.
"Nah, terkait dengan upaya penyelidikan, upaya penyidikan ya. Apakah nantinya akan diawali dengan TKP itu itu sudah pasti, ya. Pasti kita akan melangkah dari TKP," kata Kombes Pol Jules Abraham Abast, Selasa, masih dari Surya.co.id.
"Namun TKP yang ada tentu bukannya TKP sebagaimana tindak pidana yang lain, ya. Oh, harus ada bukti yang memang benar-benar tidak terjamah atau terkontaminasi oleh hal lain. Nah, ini tentu berbeda," terangnya.
Pencarian Selesai
Pencarian dan upaya pertolongan kepada para korban robohnya bangunan di Ponpes Al Khoziny sudah selesai pada Selasa (7/10/2025).
Total tercatat ada 171 orang korban dengan rincian 104 orang selamat dan 67 korban meninggal dunia (termasuk 8 body part).
Pada tahap akhir pencarian, tim SAR gabungan melakukan penyisiran di lokasi kejadian.
Hasilnya, sudah tidak ada lagi korban di lokasi.
Baca juga: Pusdokkes Polri Terima 153 Sampel DNA Korban Musala Ambruk di Ponpes Al Khoziny

“Kita sudah menyelesaikan operasi pencarian dan pertolongan terhadap para korban. Dan kita juga sudah memindahkan seluruh material bangunan yang runtuh,” ungkap Kepala Basarnas Marsdya TNI Mohammad Syafii di lokasi kejadian, Selasa, dikutip dari Surya.co.id.
Dalam kesempatan itu, Syafii menyampaikan apresiasinya terhadap semua pihak yang sejak 29 September 2025 ikut terlibat dalam semua proses pencarian dan pertolongan.
Ia menjelaskan, semua proses telah berjalan baik dan terukur sebagaimana ketentuan yang ada.
Mengenai adanya kesan lambat, disebutnya ada beberapa faktor yang menjadi kendala.
Di antaranya adalah akses masuk alat berat yang terbilang sempit, area yang terbatas untuk manuver alat berat, dan beberapa hal lain.
“Kita juga melakukan dengan penuh kehati-hatian. Utamanya ketika masih diketahui ada korban hidup di bawah reruntuhan. Kita berupaya maksimal untuk menyelamatkan mereka,” papar Syafii.
(Tribunnews.com/Nuryanti) (Surya.co.id/Ahmad Faisol/M Taufik/Luhur Pambudi)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.