Selasa, 14 Oktober 2025

Pesan Terakhir Siswa SD di Wonosobo sebelum Meninggal usai Dipukul Teman Sekelas

TA (9), siswa kelas tiga sebuah SD negeri di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, meninggal dunia karena diduga menjadi korban bullying.

TribunJateng.com/Imah Masitoh
DUGAAN PERUNDUNGAN - Pembongkaran makam bocah 9 tahun di Wonosobo yang diduga menjadi korban perundungan di sekolah, Kamis (9/10/2025). Proses ekshumasi dilakukan untuk mengungkap penyebab pasti kematian terhadap TA. 

TRIBUNNEWS.COM - TA (9), siswa kelas tiga sebuah SD negeri di Dusun Kenjer, Kelurahan Kertek, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, meninggal dunia karena diduga menjadi korban bullying rekan-rekannya.

Kediaman orang tua korban di Dusun Kenjer masih diselimuti suasana duka pada Jumat (10/10/2025).

Ibu korban, Siti Fatimah mengatakan, sebelum meninggal dunia putranya mengalami sejumlah keluhan kesehatan yang diduga berkaitan dengan perundungan.

Ia masih mengingat jelas bagaimana anaknya mengeluh sakit perut hingga dibawa berobat ke dokter. 

Akan tetapi, keluhannya kemudian berkembang menjadi sesak napas.

Melihat hal tersebut, Siti segera membawa anaknya ke RS PKU Muhammadiyah, Wonosobo

TA memperoleh penanganan awal berupa infus, uap, dan bantuan oksigen di unit gawat darurat (IGD).

Ia lantas dipindahkan ke bangsal, tetapi kondisinya belum menunjukkan perbaikan.

Dokter pun memutuskan untuk memindahkan korban ke ruang ICU dan melakukan pemeriksaan rontgen. 

Hasil pemeriksaan memperlihatkan adanya cairan di paru-paru. 

Pihak rumah sakit mengatakan kepada keluarga bahwa cairan itu perlu segera disedot.

Baca juga: Siswa SD di Wonosobo Diduga Jadi Korban Bullying, Meninggal Saat Dirawat di Rumah Sakit

"Anak saya ngga punya riwayat sakit apa pun. Cairan yang disedot itu warnanya merah, katanya kalau infeksi paru-paru warnanya kuning, tapi ini merah segar," ujar Siti kepada TribunJateng.com, Jumat.

Siti juga membeberkan, sebelum dipindah ke ICU, anaknya sempat mengutarakan sesuatu yang kini menjadi kenangan terakhir.

"Bu, TA mau pindah sekolah, karena TA dipukul teman. Bu, sudah ngga usah nangis lagi, besok TA sudah ngga sakit lagi, itu pesan dia yang terakhir," tuturnya mengenang kata-kata terakhir putra ketiganya.

Mengenai dugaan perundungan yang terjadi saat upacara Hari Kesaktian Pancasila di sekolah, Siti Fatimah menegaskan bahwa anaknya saat itu tidak masuk karena sedang sakit.

"Yang 1 Oktober itu kayanya si bapaknya anak saya salah ngomong (karena saya sudah pisah dengan bapak anak saya), anak saya libur. Karena sudah izin dari 26 September," jelasnya.

Pihak keluarga mengakui ada kemungkinan pemukulan terhadap korban yang dilakukan teman sekolah, tetapi waktu dan detail kejadiannya masih belum bisa dipastikan.

Menurutnya, sejak naik ke kelas tiga, semangat TA untuk bersekolah mulai menurun. 

Bahkan, anaknya sering terlihat malas saat hendak berangkat ke sekolah.

Ia menyebut, di rumah anaknya dikenal sebagai sosok pendiam dan jarang mengeluh, terutama karena tidak ingin membuat ibunya sedih.

"Kalau di sekolah memang guru pernah bilang anak saya pendiam, tapi ngga pernah gangguin siapa-siapa. Saya belum pernah dapat info anak saya nakalin anak lain."

"Anak saya kalau minta sesuatu pasti tanya dulu, ibu punya uang ngga aku pengin beli ini, kalau mau beli ini ibu masih pegang uang ngga," tuturnya.

Saat ini, pihak keluarga sedang menunggu hasil autopsi untuk mengetahui penyebab pasti kematian TA.

"Kami menunggu hasil autopsi, menunggu kejelasan dan keadilan. Kalau hasil autopsi ngga ditemukan apa-apa ya kita ikhlas."

"Kalau ditemukan tanda-tanda penganiayaan kami minta keadilan, biar sekolah juga ada pengawasan yang lebih dari guru-guru," pungkasnya.

Makam Korban Dibongkar

Sebelumnya, menyusul dugaan bahwa korban meninggal akibat perundungan, polisi akhirnya membongkar makam TA.

TA dinyatakan meninggal pada Selasa (7/10/2025) malam seusai menjalani perawatan di rumah sakit dan dimakamkan di Kelurahan Kertek pada Rabu (8/10/2025).

Jenazah korban diekshumasi untuk mengungkap penyebab pasti kematian di mana TA sebelumnya dimakamkan tanpa autopsi. 

Kasatreskrim Polres Wonosobo, AKP Arif Kristiawan mengatakan, langkah ini diambil setelah polisi menerima informasi awal tentang adanya dugaan kematian yang tidak wajar.

“Kami melakukan tindakan ekshumasi ini dalam arti untuk memperoleh kejelasan tentang sebab-sebab kematian dari korban tersebut,” ujar AKP Arif saat ditemui di RSUD Wonosobo, Kamis (9/10/2025).

Ia menyebut, proses ekshumasi masih berjalan dan hasilnya akan dikoordinasikan lebih lanjut dengan tim dari forensik. Pihak kepolisian belum menyimpulkan penyebab pasti kematian.

“Kami belum bisa menyimpulkan. Kami nanti menunggu hasil dari autopsi,” tegasnya.

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Makam Bocah 9 Tahun di Wonosobo Dibongkar, Muncul Dugaan Korban Perundungan.

(Tribunnews.com/Deni)(TribunJateng.com/Imah Masitoh)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved