Selasa, 28 Oktober 2025

Warga Pekalongan Rugi Rp2,6 M Usai Tertipu Seleksi Masuk Akpol, Ujungnya Gagal Seleksi

Dwi rugi Rp2,6 M usai tertipu jalur masuk Akpol. Dua polisi aktif diduga terlibat penipuan.

Editor: Glery Lazuardi
KOMPAS.com/NURWAHIDAH
POLISI - Demi anak masuk Akpol, Dwi serahkan Rp2,6 M. Harapan pupus, uang raib, janji tinggal dusta. 

TRIBUNNEWS.COM - Dwi Purwanto (42), warga Pekalongan, Jawa Tengah mengalami kerugian Rp 2,6 Miliar setelah tertipu seleksi masuk Akademi Kepolisian (Akpol).

Dwi Purwanto menjadi korban dugaan penipuan yang melibatkan empat orang, di mana dua di antaranya disebut sebagai anggota aktif Polres Pekalongan.

Kasus ini terungkap setelah Dwi Purwanto melapor ke Polda Jawa Tengah pada Agustus 2025.

Laporan itu berawal dari tawaran jalur istimewa yang disebut sebagai “Kuota Kapolri”, jalur fiktif yang diklaim bisa meloloskan calon taruna Akpol dengan membayar sejumlah uang besar.

Kasus ini bermula pada 9 Desember 2024, saat Dwi menerima pesan WhatsApp dari seorang polisi bernama Aipda F alias Rohim, anggota Polres Pekalongan (Kajen).

Dalam pesan tersebut, Aipda F menawarkan bantuan agar anak Dwi bisa masuk Akpol lewat jalur khusus.

“Beliau menawarkan untuk membantu mengurus anak saya supaya bisa masuk Akpol,” ujar Dwi di Semarang, Rabu (22/10/2025).

Menurut Aipda F, jalur itu disebut sebagai “Kuota Kapolri”, yang dikatakan bisa menjamin kelulusan jika membayar sebesar Rp3,5 miliar.

Sistemnya pun dibuat seolah profesional — Rp500 juta dibayarkan di awal sebagai tanda jadi, dan sisanya setelah anak Dwi lolos seleksi pusat (Panpus atau Pantukhir Pusat, tahap akhir dalam seleksi taruna Akpol di tingkat nasional).

Awalnya Dwi menolak, tetapi bujukan demi bujukan terus datang dari Aipda F.

Beberapa hari kemudian, F datang langsung ke rumah Dwi bersama seorang rekannya, Bripka AUK alias Alex, yang juga merupakan anggota aktif Polres Pekalongan.

Alex bahkan mengaku sebagai mantan anggota Densus 88 dan adik leting (angkatan di pendidikan kepolisian) dari Aipda F.

Keduanya meyakinkan Dwi bahwa mereka memiliki koneksi dengan seorang pensiunan jenderal polisi bernama Babe, yang disebut mampu “mengatur kuota khusus” bagi calon taruna.

 Tak hanya itu, muncul pula nama Agung, sosok yang dikatakan sebagai adik Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

Nama besar ini digunakan untuk memperkuat keyakinan korban.

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved