Sabtu, 1 November 2025

Kuas Melawan Batas, Batik Difabelpreneur Sriekandi Patra Menggores Asa di Panggung Dunia

Difabelpreneur Desa Tawangsari Boyolali tak hanya sebuah status, namun menghasilkan karya seni Go Global di tengah keterbatasan fisik

Istimewa
DIFABEL MEMBATIK - Kegiatan difabelpreneur binaan CSR Pertamina membatik memproduksi aneka produk batik di Desa Tawangsari 

TRIBUNNEWS.COM, BOYOLALI – Jemari lentik Darmawan Fadli Abdul Syukur (25), atau akrab disapa Wawan, menari lincah di atas kain putih polos. Tremor yang mengguncang tangannya sejak lahir tak mampu menghentikan kuasnya menciptakan pola bunga rumit, yang kelak bertransformasi menjadi kain batik tulis bernilai filosofis tinggi. 

Bukan canting tradisional yang ia genggam, melainkan kuas modifikasi jenius dari seorang pemuda tuna daksa untuk menaklukkan keterbatasannya.

Hasil karyanya? Bulanan, ia dan empat rekannya di Sanggar Inspirasi Karya Inovasi Difabel (Sriekandi) Patra memproduksi kain batik serta pakaian siap pakai berharga hingga setengah juta rupiah, yang laris manis tersebar ke seluruh Nusantara.

Wawan, satu-satunya pria di sanggar binaan CSR Pertamina Regional Jawa Bagian Tengah ini, adalah bukti hidup bahwa keterbatasan fisik bisa jadi sumber inovasi terhebat.

Perjalanan Wawan dimulai dari titik nol paling kelam.

Darmawan Fadli Abdul Syukur, Difabelpreneur Sriekandi Patra Boyolali.
Darmawan Fadli Abdul Syukur, Difabelpreneur Sriekandi Patra Boyolali. (Tribunnews.com/Suci Bangun DS)

"Saya lulus sekolah, lalu cuma tidur dan nonton televisi seharian. Tak ada kegiatan, tak ada harapan," kenangnya saat ditemui Minggu (26/10/2025).

Social mapping CSR Pertamina kemudian membuka pintu, menawarkan keterlibatan untuk bergabung dengan Sriekandi Patra. Didorong keluarga, ia melangkah dengan semangat membara berkarya melanjutkan kehidupan yang menantang.

Awalnya, mimpi itu seperti mimpi buruk.

"Tak bisa menggambar, apalagi batik. Tremor ini bikin tangan goyang terus," ceritanya.

Tapi Wawan tak menyerah. Latihan rutin harian mengalahkan tremornya, dan ia menciptakan teknik unik yakni dengan kuas menggantikan canting untuk membatik. "Sekarang, saya bisa! Ini cara saya membatik, lebih mudah buat saya," bangganya.

Di sanggar, Wawan menemukan keluarga baru. Meski hanya 3-4 jam sehari berkumpul untuk memproduksi pakaian batik, ikatan di antara lima difablepreneur ini kuat. "Teman-teman seperti saudara. Yang penting, saya bisa berkarya di sini," ujarnya, mata berbinar.

Berkat pelatihan dan pendampingan yang dilakukan Pertamina, Sriekandi Patra mampu bertahan bahkan melewati situasi sulit Pandemi Covid-19.

Jumlah penyandang disabilitas di Jawa Tengah pada tahun 2025 tercatat mencapai sekitar 1,6 juta jiwa, atau setara dengan 4–5 persen dari total penduduk provinsi. 

Data Badan Pusat Statistik (BPS) ini menunjukkan bahwa isu inklusivitas bukan sekadar wacana, melainkan kebutuhan nyata yang menyentuh jutaan warga. 

Dari jumlah tersebut, mayoritas merupakan penyandang disabilitas fisik dan sensorik, sementara sisanya terdiri atas disabilitas intelektual serta mental atau psikososial. 

Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved